035

Juan menuntun Kana langkah demi langkah memasuki rumah sakit.

“Juan ini kita mau kemana sih?” Tanya Kana bingung.

“Ada, entar juga lo tau.”

Kana cemberut. Juan selalu datang dengan segala kejutan yang tak pernah dia bayangkan.

Bahkan saat bertanya pun Juan akan menjawab dengan kalimat yang sama. Entar juga tau yang tanpa Juan sadari menjadi hal yang sudah tertanam dalam di kepala Kana.

Ga janji Kana.

Gue gapapa.

Entar juga tau adalah tiga frasa favorit Juan.

Frasa yang tidak akan pernah ketinggalan saat dia berbicara dengan lelaki itu.

Juan masih sangat keras pada dirinya sendiri sehingga Kana akan mencoba memberikan afeksinya kepada Juan agar lelaki itu bisa lebih terbuka.

Meskipun hal itu adalah hal yang sulit namun Kana menikmati setiap prosesnya.

“Janji atas mba Kanaya ya?” Kana mengernyit saat seorang wanita menyebut namanya.

“Iya sus.”

“Sebentar ya, bisa duduk dulu.” Juan mengangguk.

Sus? Suster? “Juan kita dimana sih?”

Juan mendudukkan gadis itu di salah satu kursi di ruang tunggu lalu menatapnya lekat.

“Kana, kita bakapan ketemu dokter mata. Lo pengen bisa liat lagi kan?”

Kana terdiam.

“Kanaya, lo mau kan? Terima bantua gue ya?”

“Kenapa?” Tanya Kana.

“Alasan kamu ngelakuin ini apa Juan?”

“Karena lo berhak, lo berhak buat ngeliat kehidupan indah yang lo jalani selama ini. Lo berhak tersenyum dengan tatapan indah dari mata lo. Lo tau ga? Mata lo bantu banget buat bikin orang ngerasa tenang meskipun cuma ada kekosongan disana. Makanya gue mau, lo nerima bantuan gue ya? Biar orang lain bisa ngeliat kehidupan disana. Biar orang bisa punya semangat hidup lagi dengan cara natap lo.”

“Tapi kalau aku bisa ngeliat, berarti kamu gabakal bisa nangis lagi di deket aku. Kamu kan gasuka diliatin kalo lagi nangis.”

Juan tersenyum. “Gausah mikirin gue Kana, lo nih jangan keseringan put everyone at the first place beyond yourself.

Kana tersenyum. “Juan, makasih banyak ya?”

Juan mengangguk.

“Mbak Kanaya udah bisa masuk.”

Juan meraih tangan Kana dan menuntunnya masuk ke dalam ruangan.

Hari itu, mereka menciptakan ikatan tak kasat mata saat kedua tangan mereka saling terpaut.

Kanaya yang dipertemukan dengan dunia serta Juan yang dipertemukan dengan rumahnya.