040

tw // violence, mentioning of death

Juan menarik lengan Kana masuk ke dalam rumahnya. Rencananya mereka akan pergi untuk konsul lagi namun Juan lupa membawa dompet, oleh karena itu mereka mampir ke rumah lelaki itu terlebih dahulu.

Tepat saat mereka masuk suara deru mobil terdengar. Jantung Juan tiba-tiba berdetak sangat cepat. Gugup serta rasa takut menggerogoti dirinya.

Dia menarik Kana ke kamar tamu.

Mengambil hp nya dan mengetikkan sesuatu disana.

Dia menatap Kana yang kebingungan.

“Kana sorry, tapi lo disini dulu ya. Gue ada urusan mendadak, kalo denger suara motor lo keluar secepat yang lo bisa. Pegangan sama tembok aja gada guci kok jadi bisa nuntun lo ke pintu depan atau munculin diri lo aja nanti Riki pasti langsung liat lo dan bawa lo pergi. Ok? Disini ya.” Juan menepuk lengan Kana.

Tanpa membiarkan Kana menjawab, Juan keluar menutup pintu dengan pelan.

“Juannnn!!!!” Teriakan dari sebuah suara berat terdengar membuat Kana tersentak.

Kana mendekat kearah pintu. Sebenarnya dia sangat ingin keluar saat itu juga dan membantu Juan namun sepersekian detik selanjutnya dia kembali berpikir 'bagaimana jika keberadaannya hanya akan memberburuk suasana?' maka dari itu, dia hanya berdiri di pintu. Mendengarkan semuanya.

Pa, papa kenapa? Mabok lagi?

Ah. Itu papa Juan, pikir Kana.

Kenapa hah?! Kenapa kamu harus lahir di dunia ini dan menjadi kesayangan Mama mu? Kenapa?!

Deg. Mata Kana membulat, tanpa sadar matanya mulai berair.

Bagaimana bisa? Seorang ayah mengatakan hal seperti itu kepada anak satu-satunya?

Hati Kana ikut sakit mendengar semua itu.


Di sisi lain Riki yang tiba tidak berani melewati gerbang karena ada Papa Juan serta Juan di ruang tamu.

Hatinya sakit melihat sahabatnya, seorang Juan Ivander yang merupakan raja sirkuit kini bersujud kaku dengan tubuh yang gemetar menerima lecutan ikat pinggang di punggungnya.

Matanya berair. Juan sorry, gue gabisa masuk dan bantuin lo. Gue cuma gamau bikin lo makin disiksa kalo ada gue disana.

Riki memutar ingatannya saat dimana dia dan Sean baru mengetahui keadaan Juan yang sebenarnya.

“Please kalaupun suatu hari nanti lo pada liat bokap gue mukul gue jangan pernah ada pikiran buat bantuin gue.”

“Lah kenapa? Entar lo mati gimana? Protes Sean tak terima.

Juan hanya menggeleng. “Please jangan, dengan diamnya kalian itu bisa bantu gue biar ga mati kok.”

Dan disinilah Riki sekarang, rasanya dia ingin lari karena tak sanggup melihat Juan diperlakukan seperti itu namun dia juga terlalu shock untuk mengangkat kaki dari sana.

“Anak ga berguna!” Maki Papa Juan disusul dengan sebuah tendangan di perutnya membuat Juan terbatuk.

Dengan langkah lunglai Papa Juan yang mabuk kini keluar dari rumah.

Riki langsung menyembunyikan diri.

Mobil Pajero Sport itu kini melaju dengan cepat meninggalkan halaman rumah Juan.