049

“Halo Kana.”

Seperti biasa, gadis itu selalu tampak bahagia dengan senyuman manis yang menular kepada semua orang yang melihatnya.

Riki tersenyum, pantas saja Juan melakukan semua hal untuk gadis ini. Semua energi positif memang terpancar darinya, mendengar tawanya saja membuat yang mendengarkannya juga ikut tertawa.

“Kakak Iki?” Riki berjongkok mensejajarkan tingginya dengan gadis kecil yang menyapanya itu.

“Halo cantik, kangen ga sama kakak Iki?” Lila tersenyum lalu menoleh ke arah Sean lalu mlambaikan tangannya ceria. “Halo Kakak Ean.”

“Halo Lila.” Jawab Sean lantas gadis kecil itu membuka kedua tangannya menatap Sean dan dengan cepat Sean menggendongnya membuat Riki memasang wajah terkejut yang dilebih-lebihkan.

Sementara Juan mengamati lalu mengangguk paham sepersekian detik setelahnya.

“Wah Lila jahat banget Kakak Iki ga dipeluk.”

“Biarin wle.” Ejek Lila mengundang tawa mereka.

“Yaudah yuk kita main.” Ajak Sean dijawab dengan anggukan semangat dari Lila.

Riki menyusul meninggalkan Juan dan Kana berdua.

“Jadi itu artinya?” Gumam Juan.

Kana menoleh. “Apa?”

“Eh engga, pas gue nginap Lila rentangin tangan gitu tapi karena gue gangerti dia malah ngambek.” Juan mendesis, dia harus belajar banyak.

Kana tertawa membuat lelaki di sampingnya menatap netranya lekat.

Semoga netra itu bisa memperlihatkan keindahan dalam waktu yang dekat. Pintanya.

“Lila emang suka minta gendong, anaknya manja.”

Juan mengangguk. “Ya sorry, gue gapaham.”

“Gapapa.”

“Ohiya, kata dokter lo harus jaga kesehatan. Hati-hati juga biar ga kenapa-kenapa. Kalo mau ke taman sama gue aja, nanti minta tolong Ibu Lina buat ngehubungin gue soalnya jadwal operasi lo belum ada karena rumah sakit masih nyari pendonor.”

Kana mengangguk. “Gapapa kok, kamu udah bantu gini aja aku seneng banget. Kamu kayak malaikat.”

Juan mengernyit bingung. “Mana ada malaikat suka balapan terus berujung tonjok-tonjokan. Gada Kana.”

“Ih malaikat itu gapernah marah, hatinya lembut, dan selalu berbuat kebaikan. Kamu gitu Juan, terlepas dari hal jelek yang kamu pikir ada dalam diri kamu ada banyak hal baik yang kamu sembunyiin. Malaikat emang gapernah ngeclaim diri mereka malaikat, tapi orang disekitarnya bisa rasain.”

Tak ada habisnya kekaguman Juan terhadap cara pikir gadis ini.

Dia mendengus dan ujung bibirnya tertarik membentuk sebuah lengkungan.

Tak jauh dari mereka berdiri, Riki dan Sean juga ikut tersenyum melihat sahabat mereka akhirnya menemukan sebuah lentera untuk hidupnya yang selama ini dirundung kegelapan.

Dan itu adalah Kanaya Belvana.