068

tw // car accident, harshwords, mentioning of death, blood, panic attack

Juan berlari setelah turun dari motornya menuju rumah kosong yang tak jauh dari tempatnya berpijak.

Matanya menangkap Travis yang duduk di sudut ruangan dengan Kana yang terikat disana.

“TRAVIS ANJING!”

Lelaki itu menampilkan seringaiannya. “Lo jago juga bisa nemuin gue.”

Juan berjalan mendekati Kana dan Travis.

“Lo gila? Urusan lo sama gue bangsat, bukan sama dia.”

Lelaki jangkung itu mengernyit. “Suka-suka gue lah, lo sayang kan sama cewek buta ini?”

Travis mendengus menarik rambut Kana sehingga gadis itu mendongak, Juan bisa melihat air mata gadis itu mengalir dengan pancaran ketakutan di matanya yang kosong.

“Juan.” Suara Kana bergetar.

“Panggil, panggil Juan lo itu.” Kata Travis di samping telinga Kana.

“Travis lepasin tangan kotor lo dari Kanaya.”

“Kalo gue gamau?”

Juan tersenyum, seketika rumah kosong itu penuh dengan bodyguard kiriman dari papanya beserta Riki dan Sean yang juga muncul.

Air muka Travis berubah, namun dia tidak berhenti.

“Lo salah kayak gini sama gue Juan.”

Travis melepas ikatan Kana dan menyeretnya keluar lewat pintu belakang.

Para bodyguard itu mulai melangkah namun Juan menahannya.

“Ikutin saya dari belakang saja, saya takut dia menyakiti Kanaya.” Satu perintah dari Juan membuat mereka tetap tenang mengikuti Juan dari belakang.

“Juann, Juan tolong aku Juan.” Teriak Kana saat dirinya diseret menjauh oleh Travis.

“Diem!” Bentak Travis.

Kana menangis, perasaannya tidak enak seakan sesuatu yang buruk mendekat entah itu kepadanya atau kepada Juan.

“Tolong lepasin aku.” Rengek Kana.

“Gue bilang diem ya diem bangsat!”

“Travis!” Itu Juan.

“Brengsek.”

Travis mengangkat tubuh Kana dan berlari mendekati jalan besar di pinggir kota.

Juan berlari mengejar lelaki itu.

Travis berlari dengan semberono membuat Juan mendecak kesal bercampur rasa gelisah yang berkecamuk di dada nya. Bagaimana jika dia tidak bisa mengambil Kana dari Travis? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Kana?

Namun pikiran itu terpecah begitu saja saat sebuah suara decitan ban mobil yang bergesekan dengan jalan yang dipaksa untuk berhenti menusuk indra pendengaran Juan.

Matanya membulat, Travis dan Kana terlempar jauh.

Seketika kaki Juan berat untuk melangkah.

“Tuan muda.” Ucap salah satu bodyguard yang baru sampai.

“Juan! Itu Kana kecelakaan.” Ucap Sean memegangi Juan.

Tiba-tiba saja keringat dinginnya mengucur membasahi tubuhnya. Tangannya menjadi dingin dan tubuhnya menegang.

Dia mengingat hari dimana mamanya juga mengalami kecelakaan dan berujung meninggalkan dia selamanya.

Dada Juan terasa sesak.

“Riki, tolongin Kana.” Ucapnya pelan.

Sean menatap Riki memberi isyarat agar dia menghampiri Kana.

“Ini Tuan Muda.” Bodyguard berbadan besar itu memberikan botol air mineral untuk diminum oleh Juan.

“Ju minum dulu.”

Juan menarik napas, meneguk air itu dan mencoba menenangkan diri.

“Kami sudah memanggil ambulance Tuan muda, mereka akan sampai dalam hitungan menit.” Lapor bodyguard itu.

Juan mengangguk pelan. Terlihat dari jauh Riki berlari kecil menggendong tubuh Kana yang sudah dilumuri darah.

Air mata Juan menetes. “Kana...” Suaranya bergetar, ada ketakutan disana.

“Gapapa, Kana kuat Ju. Dia pasti bakal baik-baik aja.” Ucap Sean.