073

Juan berjalan dengan lesu menuju kamar inap tempat Kana dirawat.

Tangannya memegang seikat bunga yang dia beli di jalan.

Riki membuka pintu agar Juan bisa masuk.

Namun saat berdiri di depan pintu matanya menangkap Kana yang tengah terbaring lemah dengan alat serta perban di kepalanya.

Air matanya kembali menetes.

Ibu Lina berdiri memeluk Juan menenangkan dirinya.

Sean dan Riki menatap sahabatnya sedih. Baru kali ini dia melihat Juan seputus asa ini.

Sedangkan Juan hanya diam, matanya masih menatap Kana dalam tangisnya.

Dia melepaskan diri dari pelukan Ibu Lina yang juga menangis.

“Kana..” panggilnya lirih.

Dia mendudukkan diri di kursi yang ada di samping tempat tidur.

Meletakkan bunga yang dia bawa di tangan Kana.

Hatinya sakit melihat Kana seperti ini. Sudah tiga hari tidak ada pertanda bahwa gadis itu akan sadar.

“Kana, Juan disini.” Ucapnya sambil mengusap air matanya yang dengan sengaja menetes lebih deras.

“Juan bawain Kana bunga loh.”

Tidak ada suara, Ibu Lina memilig untuk meninggalkan ruangan itu. Tidak sanggup melihat keadaan Kana maupun Juan.

“Kana, Kana jangan marah ya sama Juan. Ini bunganya Juan beli kok.” Juan menangis lagi, napasnya tercekat saat ingatan dimana Kana memarahinya karena memetik bunga di rumah orang.

“Juan ga metik punya orang lagi, ini Juan beli. Jangan marah ya.”

Sean dan Riki hanya diam menatap Juan.

Sean berbisik mengajak Riki keluar dari sana agar Juan bisa mengobrol dengan Kana.

Juan kembali menangis.

“Kana, Juan janji gabakal bolos lagi. Gabakal berantem lagi, tapi please Kana bangun ya? Juan disini tunggu Kana bangun.”

Hati Juan sangat sesak, air matanya tak tertahankan.

Kepalanya berat karena menangis terlalu banyak. Dia tidak mau kehilangan Kanaya.

Tidak akan.