087

Kanaya gugup, pasalnya hari ini perban yang menutupi matanya akan dibuka.

“Kanaya udah siap?” Tanya Dokter Rian.

Kana menangguk sebagai jawaban.

Disana ada ibu Lina, Riki juga Sean yang menunggu sama gugupnya.

Tangan Dokter Rian terulur membuka balutan perban itu.

Kana bisa merasakan cahaya semakin terang saat balutan perban yang menutupi matanya semakin tipis.

“Kanaya sekarang kamu bisa buka mata kamu, pelan-pelan ya.”

“Baik Dok.”

Kana membuka matanya perlahan.

Dia mengerjap beberapa kali saat sebuah siluet terlihat oleh netranya.

“Ibu?” Panggil Kana.

Ibu Lina menangis memeluk gadis itu bahagia.

“Ibu? Kana bisa liat ibu lagi.”

“Kanaya anak ibu.” Ibu Lina menumpahkan rasa bahagia itu dalam tangisan dan peluk yang ia berikan untuk Kana.

Dokter Rian tersenyum.

“Kanaya?”

Kana menoleh melepaskan pelukannya. “Dokter?”

Dokter Rian tersenyum. “Saya akan periksa dulu.”

Dokter Rian mendekat dan memeriksa mata Kana.

Dia tersenyum puas. “Sejauh ini hasilnya stabil. Kalau ada keluhan kamu bisa panggil saya, saya keluar dulu.”

“Terima kasih dokter.” Ucap Ibu Lina.

Senyuman Kana tidak terlepas dari wajahnya. Dia menoleh mendapati dua lelaki yang berdiri dengan senyuman yang tak kalah lebar.

“Gue Riki.”

“Gue Sean.”

Kanaya mengangguk. “Makasih ya udah temenin aku selama ini.”

Baik Riki maupun Sean mengangguk.

“Ohiya.”

Sean merogoh sakunya mengeluarkan secarik kertas lalu memberikannya kepada Kanaya.

Kana mengernyit. “Ini apa?”

Sean menatap Riki ragu. “Dari Juan.” Singkat Riki.

Seketika senyuman Kana memudar. Dia kembali teringat kepada lelaki itu, dimana dia sekarang? Kenapa dia tidak ada disini dan menjadi orang pertama yang Kana lihat?

Kanaya tersenyum singkat menertawai dirinya. “Makasih.”

“Yaudah nak, kamu istirahat dulu ya? Ibu mau beli makanan dulu untuk kalian.”

Kanaya mengangguk.

“Ibu saya ikut ya?” Tawar Sean yang diangguki ibu Lina sebagai sebuah jawaban.

Mereka keluar meninggalkan Riki dan Kana disana.

Kanaya mulai membuka lipatan kertas itu dan mulai membacanya.

Ohiya, sebelum Kana kecelakaan dia memang sudah sekolah sampai kelas 3 dan merupakan siswi yang pintar namun naas kejadian malang itu menimpanya sehingga dia harus menghentikan pendidikannya dan belajar di panti dengan huruf braile yang untung saja di sponsori oleh seorang donatur yang dermawan.

Riki hanya menatap gadis itu datar, dia masih kesal karena Juan menghilang tanpa mengatakan apapun.