113
Riki menatap gadis yang duduk di depannya menyuap eskrim dengan hati-hati.
Riki terenyuh, entah sejak kapan gadis ini terlihat semakin cantik.
Entah sejak kapan, tawa gadis itu menjadi candu baginya.
Entah sejak kapan, tak melihat gadis itu seharian membuat dirinya menjadi gelisah.
Dan entah sejak kapan, dirinya kesal jika gadis itu berkata bahwa dia merindukan sahabatnya— Juan.
Riki menghela napas.
“Riki kenapa?” Tanya gadis itu.
“Gapapa Naya.”
“Eskrim Kana udah abis, tapi kenapa punya kamu di aduk doang?”
Riki menatap eskrim miliknya yang sudah mencair. “Gapapa.”
Ekspresi Kana seketika berubah. “Riki lagi sedih ya? Bisa cerita sama Kana kok kalau mau.”
Lelaki itu menggeleng. “Gapapa Nay.”
“Yaudah, Riki mau pulang aja ga?”
“Lo mau pulang?”
Kana mengangkat alisnya. “Engga, siapa tau kamu lagi ga mood apa gimana.” Gadis itu terkekeh untuk mencairkan suasana yang tiba-tiba saja terasa canggung.
“Lo masih sering kangen Juan?”
Kana terdiam.
“Masih ya.” Riki tertawa kecil.
“Yaudah yuk pulang.”