126

Juan menapakkan kakinya kembali di Indonesia setalah 5 tahun pergi meninggalkan semuanya dalam diam dan tanpa sepatah kata.

Dia bergegas menuju ke tempat yang sudah dia pikirkan bahkan saat dia masih di London.

“Nak Juan?” Ibu Lina yang menyapu halaman depan panti terpaku menatap lelaki yang sudah lama hilang entah kemana. Matanya berkaca-kaca.

Juan tersenyum menampilkan lesung pipinya, berlari kecil memeluk ibu Lina. “Ibu apa kabar?”

Tetes air mata mengalir begitu pelan dari netra milik Ibu Lina. Dia mengangguk tak sanggup menjawab.

“Ibu, Kana mana?”

Ibu Lina mengusap bekas air matanya tersenyum. “Dia tadi bilang mau ke taman nak.”

Juan mengangkat alisnya. “Sendiri?”

Ibu Lina menggeleng. “Sama nak Riki.”

Juan ber-oh ria. “Yaudah bu, Juan mau nyusul Kana dulu ya.”

“Hati-hati nak Juan.” Ucap Ibu Lina saat Juan berlari menuju taman.


Juan berhenti, beberapa meter di depannya seorang gadis yang dia kenali berjongkok menatap bunga yang pastinya kalah cantik olehnya.

Sudut bibir Juan tertarik memperhatikan gerik gadis itu.

Dimana Riki? Pikirnya saat berjalan mendekat berusaha tak menimbulkan suara sedikitpun.

Gadis itu merogoh sakunya mengambil hpnya, Juan tersenyum gemas saat bahu gadis itu akhirnya melemah saat menyadari bahwa benda pipih itu kehabisan baterai.

“Yahhh lowbat.”

“Pantesan chat gue ga dibaca.”