161

Riki memperhatikan wajah gadis disebelahnya.

Tidak ada senyuman seperti biasa, wajahnya tidak secerah hari kemarin.

Riki mengerutkan kening. Ada apa?

“Kana?”

Gadis itu tersentak. “Eh? Kenapa Ki?”

“Keliatannya lo lagi sedih.”

Kana tersenyum. “Keliatan banget ya?”

Riki mengangguk sebagai jawaban. “Kalau lo pengen cerita gapapa, gue dengerin.”

Gadis itu menghela napas. “Kepikiran Juan aja.”

“Kenapa Juan?”

Kana menggeleng. “Gatau, akhir-akhir ini dia sibuk banget dan Kana gatau sibuk apaan. Chat Kana dibales pas malem doang, sebelumnya gapernah gini atau Kana aja ya yang lebay?” Kana menatap Riki meminta jawaban.

“Ga lebay kok, wajar lo kepikiran soalnya dia juga gada ngomong apa-apa kan? Tapi coba tanyain dia lagi apa biar lo ga sedih terus.”

“Nanti Kana tanyain.”

“Kalau dijawab.” Lirih Kana pelan namun tetap terdengar oleh Riki.

“Sepedaan yuk?”

Kana mengangkat kedua alisnya. “Gimana?”

Lelaki itu berdiri menarik tangan gadis itu pelan menuju tempat penyewaan sepeda.

Riki menggunakan segala cara malam itu agar gadis di depannya bisa tersenyum meski hanya sebentar dan melupakan hal-hal yang mengganggu pikirannya.