200

Kana, Juan serta Sean kini tertawa bersama menikmati piknik yang sudah sejak lama mereka lakukan.

“Kana emang jago banget masaknya.” Puji Sean membuat Kana tersenyun lebar.

Hingga sebuah donat membuat ekspresinya berubah.

“Sean kenapa?”

Sean menghembuskan napas berat.

Dia merogoh sakunya mengambil hp nya dan menatap potret dirinya, Juan serta Riki.

acd7acd20739ee07c47475a4efaa2cb0

Juan ikut memasang ekspresi yang sama.

“Kangen Riki ga sih Ju?”

Juan mengangguk. “Semoga Riki bisa tenang ya disana.”

Plak

“Anjing.” Umpat Juan saat sebuah pukulan mendarat dikepalanya.

“Mulut lo dijaga bangsat.”

Juan hanya cengengesan sementara yang memukul mengambil donat yang dipegang Sean.

“Kana liat tuh masa gue digodain mulu.” Rengeknya.

Kana tertawa. “Kalian berdua jangan gitu sama Riki ih, iseng banget.”

Riki menjulurkan lidahnya ke- arah Juan dan Sean.

“Rasain.”

“Kana pacar Juan bukan si? Kok belain Riki mulu?” Cibir Juan.

“Lo mah sebenernya pemaen cadangan Ju maaf ya.”

“Yeu anjing lo.”

Mereka berempat akhirnya tertawa bersama.

Melepaskan semua beban, semua kekhawatiran serta semua kesalahpahaman yang pernah ada diantara mereka.

Kini Juan telah berdamai dengan papanya, Sean akhirnya mengambil cuti setelah sekian lama dan Riki— Kana mendengus mengingat hari dimana lelaki itu akhirnya bangun dari koma dan menertawai Kana yang sedang menangisinya.

Gue ga mati Kana, stop nangis. Katanya.

Kana hanya berharap, Tuhan senantiasa memberikan kebahagiaan ini. Mereka sudah banyak menangis, sekarang waktunya untuk tersenyum.

So you can tell that they were struggled, but they fought, and the fight paid off in the end.

declipsee