— 34
tw // car accident
Luna mengerjapkan matanya pelan.
“Udah bangun?”
Riki, itu Riki.
Lelaki itu duduk di pinggiran kasur membantunya untuk bangun.
“Nih minum dulu.” Luna meraih gelas berisi air mineral itu dan meminumnya.
“Lo masih gemeteran?” Luna mengangguk.
“Yaudah, istirahat dulu.” Riki hendak beranjak namun tangannya ditahan oleh Luna.
“Ki? Gue dimana?”
“Apart gue.” Luna mengangguk.
“Sorry ya, gue ngerepotin.” Riki menghela napas, menatap Luna lekat.
“Gara-gara ini gue pengen bantu lo supaya bisa sembuh dari trauma atau apapun yang berkaitan sama kucing Lun. Untung gue tadi ngechat lo, kalo engga? Lo mau sampe kapan di taman dalam keadaan gitu?” Tanya Riki sedikit kesal.
Luna menunduk, memainkan jarinya. Dia sadar, selama ini dia selalu menolak agar bisa keluar dari ketakutannya bahkan saat Sean meminta beberapa kali namun dia selalu menjawab tidak.
“For your good sake dengerin gue kali ini aja Lun.”
Luna menghela napas. “Pas gue kelas 3 SD gue jalan bareng ayah gue ke taman. Ayah gue seneng banget maen sama kucing. Sampe akhirnya pas gue sama dia maenin kucing liar itu...” Luna merasa dadanya sesak.
Entah dorongan dari mana, Riki langsung meraih tangan Luna. Mengusapnya lembut, memberi rasa tenang untuk gadis itu.
“Kucing itu lari ke arah jalan gede dan disana ada mobil yang kencang. Ayah gue lari pengen nyelamatin kucingnya. Tapi telat, kucing itu ketabrak... Bareng ayah gue. Gue yang pas itu ngikutin ayah dari belakang ngeliat kejadian itu tepat di depan mata gue. Dan..” Air mata Luna turun seiring cerita membuat Riki menariknya ke dalam rengkuhannya.
Mengusap surai kecoklatan gadis itu dan membiarkannya menangis dibahunya.
“Udah, gausah dilanjut. Gue disini Lun.”