Anak Teknik
Luna menarik napas berat saat dia sudah merasa kelelahan melakukan praktikum sejak 30 menit yang lalu.
Orang-orang disekitarnya juga sudah mulai merapikan barang dan bersiap untuk pulang.
Dia duduk disana memberi kesempatan agar tenaganya kembali.
Hingga tidak terasa hanya dirinya yang tersisa.
Luna berdiri berjalan keluar melewati koridor. Sepi.
Ya gedung tempatnya sekarang berada memanglah sangat jarang digunakan kecuali ada praktek atau kelas susulan dari dosen.
Hingga dia terganggu oleh sebuah suara.
“Ah shit.” Luna mengernyit.
Dia berjalan menuju arah suara yang berasal dari ruangan yang tak jauh di depannya.
Dia mengintip membuka pintu dengan pelan.
Suara itu semakin jelas.
“Ahhh.” Sebentar, itu suara desahan.
Mata Luna membulat. Dia melihat ternyata disana ada seorang lelaki yang melakukan pelepasan seorang diri.
Luna mendengus. Kasian.
Tak ingin berlama-lama Luna memutar badannya namun sial dia tak sengaja menyenggol gelas ukur laboratorium itu.
“Lo siapa?”
Luna berbalik melihat lelaki itu yang menatap dirinya kesal dan sesuatu di selangkangannya yang masih berdiri gagal melakukan pelepasan.
“Sorry gue ga sengaja, gue denger suara aneh gue kira apaan ternyata lo...” Luna menggantungkan ucapannya.
Lelaki itu mendekat dan bisa Luna lihat lelaki itu mengenakan baju praktek fakultas Teknik dan sebuah papan nama disana. Jungwoo.
“Terus kenapa ga pergi?” Tanya Jungwoo.
Luna gelagapan. “Eh iya, sorry.”
Luna berbalik namun tangannya ditahan oleh Jungwoo.
Sial. Umpatnya dalam hati.
“Lo harus tanggung jawab.”
“Hah?” Gugup Luna.
Jungwoo hanya menatap miliknya yang masih setia menegang lalu menatap Luna.
“Gue gajadi sampe gara-gara lo.” Ucap Jungwoo sembari membuka bajunya.
Luna mengerjap, proporsi badan lelaki itu adalah tipe kesukaannya.
Dengan tubuh yang pas dengan otot di perutnya membuat dirinya ingin sekali memegangnya.
Jungwoo sudah tidak lagi mengenakan sehelai benang pun.
Gila nih orang.
Jungwoo mendekat dan memeluk Luna serta dengan sengaja menggesek miliknya ke milik Luna. Meski memakai rok Luna bisa merasakan milik Jungwoo seakan mengetuk mencoba memasukinya.
Luna merasa panas seketika. “Gue anggap lo mau ya, soalnya lo daritadi ga nyoba kabur atau apapun. Lo cuma liatin badan gue kayak singa lapar. Lo juga pengen kan?” Bisik Jungwoo ditelinganya membuat Luna merinding.
Sebuah hisapan di lehernya membuat Luna tidak waras.
Dia menggigit bibirnya menahan desahan keluar dari sana.
Karena tidak ada perlawanan, Jungwoo mengambil alih tas yang dipegang Luna lalu melemparnya sembarangan.
Dia mengambil kedua lengan Luna dan menyampirkannya di kedua bahunya.
Napas Luna mulai memburu dengan permainan Jungwoo pada leher serta rahangnya.
Jungwoo menatap Luna. “Nama lo siapa?”
“Luna.” Jungwoo mengangguk.
Dia lalu meraup bibir milik Luna.
Luna merasa pusing, dia tidak bisa lagi menahan diri.
Dia membalas ciuman Jungwoo tak mau kalah.
Luna menekan leher Jungwoo memperdalam ciuman mereka sementara Jungwoo menekan bokong Luna agar milik mereka tetap bersentuhan dibawah sana.
Suara decak lidah memenuhi ruangan.
Tangan Jungwoo naik menyusuri tubuh Luna. Dia menuju payudara Luna dibalik kaosnya lalu meremasnya kuat membuat Luna mendesah.
“Ahh Jungwoo.” Jungwoo tersenyum saat Luna mendesahkan namanya.
Jungwoo membuka kaos Luna dan menarik branya membuat payudara sintal milik Luna terpampang.
“Bentar, gue capek berdiri.” Jungwoo menggendong Luna dan melanjutkan ciuman mereka.
Jungwoo menidurkan Luna diatas meja praktikum yang kosong.
Melahap payudara milik Luna membuat gadis itu menekan kepalanya agar tenggelam disana.
Jari Jungwoo terulur menuju bagian intim milik Luna yang sudah basah.
Dia menyingkap celana dalamnya dan menusuk milik Luna dengan kedua jarinya.
Luna menegang, menaikkan pinggulnya meminta Jungwoo mempercepat permainannya disana.
“Gimana?”
Luna mengangguk tak karuan. “Ahh please iya gitu.” Luna meracau saat Jungwoo mengacak-ngacak miliknya.
Tangannya terulur meremas payudara miliknya. “Jungwoo fuck me. Gue mau sekarang please.”
Luna menarik junior milik Jungwoo dan menepis tangannya.
Jungwoo duduk di kursi membiarkan Luna bermain dan memompa dirinya.
“Ahhhh” Desah Luna saat milik Jungwoo akhirnya masuk kemiliknya.
Dia menggerakkan tubuhnya naik turun dengan tangan Jungwoo yang menahan bokongnya dan sesekali meremas membuat Luna semakin menggila.
Luna menatap Jungwoo yang tersenyum.
Dia mengulurkan tangannya mengelus otot perut milik Jungwoo yang terbentuk dengan indah disana. Tak ingin tinggal diam melihat payudara sintal Luna memantul begitu saja membuat Jungwoo meremasnya kuat.
“Ahhh ahh Jungwoo lo enak banget.” Luna memaju mundurkan pinggulnya karena posisi ini membuat milik Jungwoo menyentuh titik nikmatnya terus menerus.
Luna melengkungkan tubuhnya menyambut pelepasannya.
Jungwoo tersenyum. “Sudah?” Anggukan diterimanya sebagai jawaban.
Jungwoo menggendong Luna dengan milik mereka masih menyatu lalu menidurkan Luna di meja lagi dan melakukan gilirannya.
“I will fuck you harder Luna.”
“Yes please cepet gue udah gatah- annhh ahhhhh Jungwoo kenapa lo enak banget please harderrr eunghh.” Luna menangis. Permainan Jungwoo sangat nikmat. Dia tidak pernah menerima permainan senikmat ini sebelumnya.
“Ahh please ini enakkhhh.” Tangisan Luna bercampur dengan desahan membuat Jungwoo semakin bersemangat menghentak milik Luna.
Suara tabrakan memantul diruangan kosong membuat suasana makin sensual.
Luna bangun memeluk Jungwoo yang masih menusuknya dengan keras.
Tubuhnya terpantul saat Jungwoo kembali menghentak membuatnya mencakar punggung Jungwoo menyalurkan kenikmatan.
Hingga akhirnya Jungwoo menegang. Dia akhirnya sampai.
“Di dalam ya?”
“Iya gapapa.”
Pelepasan Jungwoo menyembur di dalam rahim milik Luna. Hangat dan beberapa tetes merembes keluar.
Mereka sama-sama terengah. Jungwoo kembali menidurkan Luna dan ikut ambruk tanpa melepaskan penyatuan mereka.
“Lun jadi pacar gue ya?”
“Hah?”
“Jadi pacar gue.” Tanya Jungwoo.
Luna mengangguk. “Iya gue mau.”
“Lo enak banget Lun.” Luna tersipu.
Luna menggerakkan pinggulnya lalu mengalungkan kedua kakinya di pinggang Jungwoo.
“Lun? Lo bakalan nyesel kalo gue tegang lagi, lo gabakal bisa jalan.”
Luna terkekeh dan menggoyangkan pinggulnya membuat milik Jungwoo kembali tegang.
“Jangan minta gue berenti.” Jungwoo kembali bangkit menghentakkan miliknya membuat Luna kembali melenguh.
“Ahhh iyaa gitu.”
Penyatuan mereka akhirnya berlanjut sampai Jungwoo puas.
