BAR

Nathan Mahendra, kamu akan mengetahui bagaimana dia sepanjang universe ini ada.

Jadi, silahkan mengira; serta menebak bagaimana seorang Nathan Mahendra di mata mu.

Dia berjalan memasuki bar milik kawannya, Jaevan.

Bukan, bukan untuk apa yang kalian pikirkan. Dia hanya ingin mengambil file presentasinya yang tidak sengaja dia simpan di laptop milik kawannya itu.

Setelah dia sampai di bar counter menatap bartender yang langsung paham maksud darinya.

Dia mencari Jaevan.

“Oit apa?” Seorang lelaki dengan senyuman manis muncul menyapa kawannya.

Mahen menyodorkan sebuah usb kepada Jaevan. “Copy tugas gue kesini dong, kemaren gue kerjain di laptop lo.”

“Kebiasaan lo anjing.”

“Cepet, dont waste my time.

Jaevan rolling his eyes, he's annoyed.Gimme a second.

Jaevan meninggalkan Mahen yang tengah mengamati suasana bar hingga matanya menangkap seseorang di sudut tak jauh dari tempatnya.

Seorang perempuan yang duduk di lounge and looks like she's drunk. Mahen shake his head.

“Masih siang udah boozed up

Namun, sepersekian detik keningnya berkerut.

Saat seseorang tiba-tiba saja mendekati perempuan itu lalu mengambil kesempatan.

Mahen menatapnya jijik. Menurut Mahen, mengambil kesempatan saat seseorang tidak punya daya yang besar untuk memberi respon adalah hal rendah.

Bisa dia lihat perempuan itu dengan susah payah melindungi dirinya namun karena mabuk semua usahanya sia-sia.

Mahen mendecak kesal.

Dia berdiri, berjalan mendekat and punch him straight to his face.

Lelaki itu terkejut.

What's your problem?

Mahen menggeleng. “Gada, cuma jijik aja liat lo ngambil kesempatan grepe-grepe ni cewek padahal lo tau she's drunk.”

Perempuan itu mendongak menatap Mahen. Dia tidak sepenuhnya mabuk, dia bisa mencerna semua hal yang terjadi disini. Hanya saja pikirannya sedang kacau.

“Lah? Lo bukan siapa-siapa kenapa ikut campur?”

Lelaki itu mencoba membalas Mahen namun jangan salah. Mahen; memegang sabuk hitam taekwondo yang membuatnya mampu mematahkan kaki siapapun jika dia mau.

Dibantingnya lelaki itu ke atas meja di lounge menciptakan keributan.

Jaevan datang, dia meringis melihat kelakuan kawannya itu.

“Yaelah Mahen anjing gue tinggalin bentar udah bikin ulah aja lo.” Keluh Jaevan.

Matanya tiba-tiba menangkap lelaki yang baru saja dibanting Mahen sehingga kedua netra itu membulat sempurna.

Shit, client VIP guaa.” Bisik Jaevan membuat Mahen menatapnya dengan tatapan tidak bersalah.

“Usb?” Mahen menatap usb yang dipegang Jaevan lalu merampasnya.

“Mahen anjing.” Ucap satu orang yang baru saja tiba.

“Eh Kafka, sorry.” Mahen hanya cengengesan.

Jaevan memberi isyarat kepada pegawainya untuk membantu lelaki itu juga dengan perempuan yang masih duduk disana bersikap seolah tidak ada sesuatu yang terjadi.

Mahen berjalan keluar dari bar diikuti Kafka.

Jaevan hanya menggeleng melihat kawannya itu pergi tanpa kata.

Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahunya. Jaevan berbalik.

“Temen lo?” He's nodding as an answer.

The girl give him her phone. “Gue butuh nomernya or something so i can contact him

“Gue gabisa kasih nomer temen gue sembarangan.” He refuse and another second make him shocked after hearing something unexpected from the girl.

I am an Evans. She said.