Sunghoon berlari menyusuri koridor rumah sakit bersama Jay hingga matanya menangkap Jake yang tengah duduk memegang kepalanya.

“Jake.” Yang dipanggil mengangkat kepala dan dengan cepat memukul Sunghoon dengan tinjunya.

Serangan Jake yang tiba-tiba membuat Sunghoon tersungkur.

“Jake tahan.” Jay menengahi mereka agar perkelahian tidak berlanjut.

Jake memundurkan langkahnya, dia terduduk di lantai membuat kedua temannya itu menatapnya bingung.

Merasa ada yang tidak beres membuat Sunghoon meraih kerah bajunya.

“Jake, Elsa mana?!”

“Hoon sabar, ini rumah sakit.” Sela Jay mencoba menarik Sunghoon.

“Jake jawab!” Suara Sunghoon kian meninggi saat air mata Jake menetes tiba-tiba.

“Puas kan lo?” Sunghoon mengernyit. Genggamannya di kerah baju Jake melonggar.

“Selama ini Elsa ngelakuin semuanya buat lo Hoon. Meskipun udah gue tolol-in berkali-kali, gue bego-begoin dia tetep gamau dengerin gue dan masih milih buat jalanin rencana goblok lo itu. Apa? Couple in public, besfriend in private?

Jay mengernyit mendengar perkataan Jake. “Hah? Maksudnya gimana?”

Jake tertawa. “Sorry Jay, lo jadi satu-satunya pihak yang gatau apa-apa. Kalo bisa milih, gue juga bakalan milih buat gatau kesepakatan brengsek temen lo ini.”

Jake menatap Sunghoon yang menunduk. “Awalnya gue marah, marah banget. Gue sampe pengen bikin lo babak belur karen perlakuin Elsa kayak gini, lo ga ngehargain perasaan dia. Dia sesayang itu sama lo anjing! Dia rela ngelakuin apa aja biar bisa di samping lo biar ga dideketin cewek ganjen, tapi lo bahkan ga ngelakuin apa yang seharusnya Elsa dapetin. Perlindungan.”

Sunghoon mengangkat kepalanya. Dia tau benar apa yang dimaksud Jake, kesepakatannya dengan Elsa.

Tapi, apa yang dikatakan Jake memang tidak salah. Dia yang salah sejak awal, harusnya dia lebih berani dan bisa berpikir lebih dewasa bukan malah menempatkan Elsa— gadis yang ia sayangi di posisi yang membuatnya merasakan sakit.

“Lo temen dia dari lima tahun lalu, tapi gue tanya Hoon. Lo tau apa tentang Elsa? Gada kan? Lo tau ga bokapnya balik lagi mukulin dia? Makanya dia ngilang, ngejauh dari lo karena dia mau ke Jepang nyusul ibunya besok tapi takdir berkata lain. Hari ini dia niat buat selesein semuanya sama lo, dan Jenny yang ternyata ngajak dia ketemuan.” Jake mengeluarkan hapenya, memperlihatkan chat yang diketik Elsa sebelum dia kecelakaan.

Sunghoon membacanya dengan seksama, air matanya mengalir. Jantungnya berdetak sangat kencang.

“Tapi setelah gue baca ini, gue kasian sama lo. Seenggak pengennya lo kehilangan dia sampe lo nyakitin dia kayak gini. Lo brengsek. Gue bahkan belum bilang sama Elsa kalo gue sayang sama dia Hoon, bahkan di saat terakhirnya dia masih pengen ketemu sama lo.”

Sunghoon menatap Jake. “Elsa mana Jake.”

Jake menggeleng, tangisannya menjadi-jadi.

“Gada, lo telat. Elsa udah pergi.”

Badan Sunghoon menegang, pikirannya seakan kosong.

“Lo bohong kan? LO BOHONG KAN? ELSA GAMUNGKIN.. GAMUNGKIN DIA NINGGALIN GUE!” Sunghoon berdiri, dia tidak bisa menerima kenyataan ini.

Dia bersikap seperti orang brengsek selama ini agar Elsa tetap di sisinya, bukan seperti ini.

“Engga..”

“Hoon, lo mau kemana?” Jay menarik lengan Sunghoon.

“Elsa Jay, Elsa.” Racau Sunghoon hingga dia merasa kepalanya berat dan nafasnya tercekat.

Penglihatannya menghitam.