Ingatan Elsa berputar kepada kejadian beberapa minggu lalu saat Sunghoon yang mengantarnya pulang tak sengaja bertemu dengan ayahnya yang berdiri di depan pintu apartment milik gadis itu.

Elsa yang saat itu gemetar membuat Sunghoon harus berdiri melindungi Elsa dari perbuatan ayahnya.

Dengan adanya Sunghoon membuat ayah Elsa pergi tanpa kata.

Elsa menghela napas lega. Tersenyum kearah Sunghoon yang mengusap kepalanya lembut.

“Ngapain lo senyum gitu?”

Elsa memicingkan matanya malas. “Gapapa, makasih ya Hoon.”

Sunghoon mengangguk. “Tapi Sa, jangan salah artiin kebaikan gue ya? Kita temenan kan Sa? Jangan sayang sama gue Sa, lo bakalan sakit.” Kalimat itu masih sering terputar kala Elsa meratapi nasibnya yang naas ini.

Bahkan setelah hari itu, dia berharap Sunghoon sudi melakukan segala hal untuknya meskipun bukan sebagai pacar tetapi sebagai teman baik.

Namun, sikap Sunghoon hari ini membuatnya kembali meragu. Mempertanyakan segala keputusannya yang menyetujui ajakan Sunghoon melakukan ide gila ini.

Rasa sakitnya bertambah 3 kali lipat dibandingkan dulu. Saat dimana dia dan Sunghoon hanya dikenal sebagai dua orang yang berteman sejak SMA.

Dia merindukan hal-hal itu. Hari dimana dia hanya tersenyum kecut, bukan merasakan sakit melihat segala tipuan yang Sunghoon bahkan dirinya lakukan.