coward
Mahen membuka pintu kamar Agatha dan matanya langsung menangkap gadis itu yang meringkuk dibalik selimut.
Mahen baru tau, gadis macam Agatha juga takut suara petir. Pasalnya, lihat saja kelakuan dia selama ini? Tapi ya, he knows its a phobia and he isn't suppossed to think like that and yeah, there he is right now.
Dia duduk di ujung kasur gadis itu lalu menyentuhnya membuat Agatha tersentak.
Gadis itu memunculkan kepalanya lalu melihat Mahen.
“Mahen gue takut.” Ucapnya spontan lalu mendekat ke arah Mahen lalu melingkarkan tangannya ke pinggang lelaki itu layaknya seekor anak kuncing yang berlindung karena ketakutan.
Mahen tidak pernah berpikir bahwa seorang Agatha akan terlihat sangat menggemaskan.
Tanpa sadar tangannya mengelus kepala gadis itu memberikan ketenangan.
“Gapapa, im here.“
Agatha bisa mendengar suara detak jantung berpacu secepat kereta api.
Dia tidak tahu, apakah itu detak jantungnya atau milik Mahen yang juga bisa dia dengar tepat di telinganya.
“Coward“
“How dare you?!” Ancam Agatha di dalam pelukan Mahen membuat lelaki itu mengeratkan pelukannya.
“Gausah bacot, diem aja. Gue tinggalin tau rasa.”
Agatha tersenyum, dia merasa geli karena bisa-bisanya dia tersipu karena perkataan Mahen yang biasanya akan dia lawan dengan banyak hal seperti yang biasa dia lakukan. Dia juga ikut mengeratkan pelukannya sehingga mereka berdua menghabiskan malam dengan senyum merekah tanpa tahu satu sama lain.
Dalam senyumannya itu, Mahen mengirim pesan kepada seseorang.