BEHAVE
Elena terbangun karena mendengar suara berisik dari luar kamarnya. Dia mengernyit mempertajam pendengaran. Kerutan di dahinya hilang saat tahu suara itu adalah suara kekasihnya, Jake.
Dia beranjak dari kasur dan melangkah keluar menemui Jake.
Elena melirik jam. “Jam 1?”
Dengan kaos besar milik Jake dengan rambut yang berantakan khas bangun tidur membuat Jake yang masih memaki seseorang dibalik telepon sontak menghela napas dan memutuskan sambungan teleponnya.
“Kok belum tidur?” Tanya Jake yang langsung duduk di sofa.
Elena ikut duduk disebelahnya memeluk lelaki itu, tahu bahwa saat ini dia butuh dihibur.
“Kenapa?” Tanya Elena yang sudah ada dalam rengkuhan Jake yang masih mengenakan suit lengkap.
Jake hanya menggeleng. “Company problem”
Elena mendongak menatap wajah lelah kekasihnya itu. Lalu tanpa perintah tangannya mulai mengelus dada bidang Jake.
“Le.” Tegur Jake saat tangan Elena sudah berada di atas kejantanannya.
“Kenapa sih? Kamu lagi burn out kan? Aku bantu.” Perempuan itu mulai memijat milik Jake pelan membuatnya mulai bergerak resah.
“Le, aku masih harus rapat habis ini.” Jake mencoba memperingatkan kekasihnya itu untuk berhenti sebelum dia menyesali perbuatannya.
Namun, Elena tetaplah Elena. Jika Jake melarangnya melakukan sesuatu maka dia lebih memilih melakukan hal yang dilarang itu. Untuk apa? Sederhana, agar Jake marah.
Semakin tinggi tendensi emosi Jake, semakin menyenangkan baginya. Karena hal itu akan membuat dia tidak diampuni, di atas ranjang.
Dan disinilah Elena sekarang, entah sejak kapan dia pindah ke pangkuan Jake bergerak tak senonoh memberi sinyal kepada sesuatu dibalik celana Jake memberontak.
Tangan Jake meraih pinggul Elena yang langsung tersentak.
Tatapan tajam mata Jake membuat dia tersenyum dan menghentikan gerakannya.
“Le, you know me. Aku orangnya gasabaran.” Peringatan dari Jake justru membuat Elena melenguh.
“Then why hesitate, huh?” Elena kembali menggerakkan pinggulnya membuat Jake mendecak sebal.
Dia bisa saja memberi pelajaran kepada Elena saat itu juga namun rapat yang harus dia lakukan sebentar lagi merupakan rapat penting dengan client dari Tokyo.
“Persetan.” Jake melonggarkan dasinya dengan satu tarikan dan memutar posisi dengan Elena yang kini sudah ada dalam kungkungannya.
“Kita ga akan lama, i'll leave you when the meeting start in 30 minutes” Ucap Jake yang diangguki Elena.
“I'll do the rest aku ada kejutan buat kamu.” Jawaban Elena sebenarnya membuat Jake semakin tidak ingin rapat dilakukan. Namun apa daya.
Jake yang tengah diburu waktu melepas ikat pinggangnya dan mengikat kedua tangan Elena di kaki sofa membuat dia tidak akan bisa menggerayai apapun.
Jake mendekatkan wajahnya membuat perempuan itu mengangkat kepalanya hendak mencium Jake namun kekasihnya itu menjauh.
“His smirk” Ucap Elena dalam hati.
Jake kembali mendekat ke samping wajahnya membisikkan sesuatu. “That's your punishment, no kissing“
“Fuck you.” Maki Elena. Dia tidak menyangka bahwa Jake akan menghukumnya seperti ini, Bagi Elena, ciuman merupakan sebuah pengantar yang sangat penting dalam berhubungan. Semuanya akan terasa intim apalagi ketika disela ciuman itu tangan besar Jake memajakan dirinya.
“I will, sayang.” Tangan Jake menyingkap celana dalam milik Elena dan langsung menekan titik kelemahan kekasihnya itu dengan keras.
Elena memekik dan sontak merapatkan kedua pahanya. Dia merutuki dirinya yang kini tak berdaya karena perbuatannya sendiri.
Melihat ekspresi senang Jake yang menyiksa dia dibawah sana tanpa ciuman sedetik pun membuat dia sangat frustasi. Bukan ini hukuman yang diinginkannya.
“Jake, kiss me ple- ahhh.” Desahan lolos dari mulutnya.
Jake tersenyum puas, jarinya kembali menekan klit Elena tanpa ampun.
“I know you want me trapped in your leg rock sayang.” Jake dengan suara berat dan ucapan kotornya selalu menjadi hal yang membuat Elena menggila. Karena demi Tuhan dia ingin itu sekarang juga. Harga dirinya melayang saat dia mendapati ekspresi puas Jake melihat tubuhnya bergetar hanya dengan permainan di klitorisnya.
“Jake ahh, aku janji gabakal gitu lagi tapi please jangan kayak gi- ahh kayak gini iya ahh Jake.”
Lelaki itu tersenyum mendengar Elena memohon, lantas untuk mewujudkan keinginan kekasihnya itu dia memasukkan satu jarinya ke dalam milik Elena yang sudah becek.
Lenguhan Elena memenuhi ruang tamu apart mereka. Elena merasa pusing saat gerakan tangan Jake kembali pelan saat dia melihat Elena mulai menikmati permainannya.
Jake melirik jam, 15 menit telah berlalu. Dia akan fokus menghukum Elena saja dan meminta maaf nanti.
Selagi tangan kanan Jake mengoyak milik Elena dibawah sana, tangan kirinya bergerak menyusup kedalam kaosnya dan meremas buah dadanya yang tidak terbalut bra.
“JAKE NO, NOT THE NIP- AHH FUCKK” Elena bergerak tak karuan saat dirinya diobrak-abrik oleh kedua tangan Jake.
Jake selalu tahu kelemahannya dan akan menggunakan kelemahan itu sebagai hukuman saat Elena tidak menurut. Namun, saat sebuah hukuman berubah menjadi permainan yang menyenangkan bagi Elena membuat Jake menciptakan hukuman baru yang lebih menyiksa dari sebelumnya.
“Kamu kapan sih mau dengerin kata aku Le? Kasian kamunya kan kalau gini?” Tanya Jake dengan lembut.
“Bacot! Just put your dick insid- Ahhh o-okey Jake i'll behave but please” Elena merasa dirinya akan menangis sebentar lagi. Dia menginginkan Jake sekarang. Tetapi lelaki bajingan yang juga kekasihnya itu malah beranjak dan mengambil ponselnya.
Elena menatap jam dan langsung merutuki dirinya. Rapat sialan itu sudah harus dimulai dan Jake meninggalkan dirinya yang berantakan tanpa sebuah persenggamaan.
“Hey, kok sedih? Aku gajadi rapat kok.” Jake datang dengan cekikikan sambil membuka celananya menampilkan miliknya yang sudah tegang dan tersiksa daritadi.
“I do will fuck you sooner tapi liatin dulu apa kejutan kamu. Ok?” Jake membuka ikatan ikat pinggang di tangan Elena lalu mencium perempuan itu dengan terburu-buru.
That's it ini yang diinginkan Elena. Ciuman panas dari Jake yang selalu memabukkan menuntunnya untuk duduk diatas pangkuan Jake mempertemukan miliknya yang memohon dimasuki sejak tadi.
Namun, alih-alih memasukkan milik Jake kedalam miliknya Elena hanya menggesekkan klitorisnya dengan twins ball milik Jake dan malah memainkan batangnya.
Dengan pelan tangan kecil Elena mengelus, memijat dan mengocok pelan kejantanan Jake sehingga lelaki itu melenguh di tengah ciuman mereka.
Jake menarik diri menatap Elena dengan heran. Sensasi yang baru dia rasakan membuat dia akhirnya berdiri memberi kesempatan untuk Elena melakukan apa yang dia inginkan.
Elena mulai berlutut di depan kejantanan Jake yang berdiri sejak tadi. Tangan Jake juga bergerak mengumpulkan rambut Elena yang tergerai lalu menahannya dengan senang hati.
Jake mengamati wajah cantik kekasihnya itu dari atas. Kombinasi wajah cantik dengan pipi kemerahan serta mulut kecilnya yang kini kewalahan memberikan pelayanan terbaik untuk kejantanan milik Jake tampak sangat menggoda. Namun, Jake harus bersabar.
Dengan pelan, Elena mulai menggerakkan kepalanya menelan kejantanan Jake tak lupa memainkan twins ballnya membuat Jake sedikit kewalahan.
“A-ah Le.” Tangan Jake yang menganggur akhirnya menuntun kepala Elena untuk bergerak.
Kedua mata Jake terpejam merasakan dirinya berada dalam kuluman Elena.
Tak jarang Elena menyesap kepala kejantanannya membuat Jake bergidik. “A-ah Elena, its better than before sayang.“
Elena tersenyum mendengar pujian yang keluar dari mulut seorang Jake bersama dengan desahan yang selama ini dia dambakan.
“A-ah, Le ughh that's what i want.” Setelah itu hanya desahan yang keluar dari mulutnya.
Elena yang merasakan perubahan dari ukuran kejantanan milik Jake mengeluarkan batang besar itu lalu membiarkan cairan yang keluar mengenai buah dadanya. Jake menatap Elena tepat dimatanya.
Tangan besar Jake terulur menepuk pucuk kepala kekasihnya itu. “Proud, you improved.”
Elena tersenyum senang lalu mendudukkan dirinya di atas meja dengan kaki mengangkang. “Now, its your turn to rock between my leg.”