huh?
Jaevan mendecak kesal saat dia baru saja membaca pesan dari gadis aneh bernama Agatha.
“Kenapa lo?” Tanya Kafka dengan dahi berkerut.
“Biasa, princess jadi-jadian. Mentang-mentang belakangan aman, dia jadi sok berani lagi. Haduh, kasian juga Mahen harus punya client macam dia.” Ujar Jaevan menggeleng. Dia berjalan menuju toilet yang tak jauh dari tempatnya lalu menggedor pintu itu.
“Woe cepetan, Agatha katanya mau kesini sendirian.”
Mahen mendecak. “Agatha please let me live in peace.“
Dia segera membersihkan diri lalu bergegas keluar dari sana.
Di seberang bar Jaevan he could see the girl standing uncomfortably because the high-heels she's wore.
Mahen menggeleng, dia berjalan perlahan mendekato gadis yang belum menyadari keberadaannya.
Gadis itu mulai melangkahkan kaki dengan tatapan yang masih terpaku kepada hp nya.
Matanya menyipit saat dari sebelah kanan gadis itu sebuah mobil melaju kencang.
Dia segera berlari. Bisa dia lihat Jayden juga berlari keluar dari cafe mencoba menghentikan gadis itu.
“AGATHA!”
Langkah Mahen terhenti, kejadian itu begitu cepat. Agatha terjatuh karena tarikan seseorang.
“Sagara? Lo ngapain sih?” Tanya gadis itu heran.
“Agatha astaga lo nyebrang ga liat jalan, lo hampir aja ketabrak.” Ucap Jayden khawatir.
Agatha melebarkan matanya terkejut.
“Ta? Lo gapapa kan?” Mahen datang dan langsung memapah gadis itu.
Agatha mengangguk.
Sagara menatap Mahen datar. “Lo gimana si? Katanya bodyguard? Kenapa malah ninggalin dia?”
“Sorry, tadi ada urusan.”
“Urusan apa yang lebih penting dari client lo?”
Jayden memegangi lengan Sagara mencoba membuat saudaranya itu tenang.
Agatha berdiri menepuk bagian belakang bajunya.
“Gausah sok peduli lo.” Ucap gadis itu lalu menarik Mahen menjauh.