(Kak) Cecil
Kava berjalan memasuki aula tempat para mahasiswa baru fakultas ekonomi bisnis berkumpul. Mata menyusuri sudut demi sudut aula mencari keberadaan Rivandra.
Saat sebuah lambaian tangan terlihat olehnya, dia langsung bergegas mendekat. Rivandra bersama dengan mahasiswa baru lainnya. “Eh mana si Cecil?” Tanya Kava membuat lelaki disamping Rivandra sedikit membulatkan mata terkejut.
“Lu akrab sama kak Cecil?” Tanya lelaki itu dengan suara pelan.
Kava mengendikkan bahu. “Kenapa emang?”
“Kok lu manggilnya gapake 'kak' sih?” Lelaki itu kembali bertanya kepada Kava yang mengerutkan keningnya.
Melihat itu, Rivandra langsung memperkenalkan lelaki itu kepada Kava. “Kenalin Kav, sobat baru gue, Dafa. Sejurusan sama kita juga.” Rivandra tersenyum sambil menggerakkan alisnya.
Kava menjulurkan tangannya yang disambut baik oleh lelaki bernama Dafa itu. “Gue Kava.”
“Dafa. Eh lu belum jawab pertanyaan gue Kav.”
Kava hanya cengengesan sambil menunjuk Cecil yang berdiri tak jauh dari tempatnya. “Liat aja noh dia mungil gitu, masa gue manggil 'kak' sih.”
Dafa hanya tercengang mendengar jawaban lelaki berlesung pipi itu. Rivandra hanya menggeleng memberi kode kepada Dafa untuk memaklumi. “Naksir dia Daf sama KAK Cecil.” Rivandra sengaja menekankan kata 'kak' agar Dafa tidak bertanya hal yang sama kepadanya.
“Serius?”
“Kaga anjir. Gue mau ngumpulin ini dulu lah.” Kava melenggang pergi mendekati Cecil yang sedang mengobrol bersama dua kating lain.
Kating yang berbincang bersama Cecil memberi kode bahwa Kava ada disana membuat Cecil berbalik. Melihat Kava yang cengengesan membuat perempuan itu menghela napas pelan. “Kelar?”
Kava mengangguk lalu menyodorkan lembaran polio dengan tulisan tangannya disana. Cecil mengeceknya sebentar lalu mengangguk. “Okey, besok jangan telat.”
“Kalau telat lagi, gimana?” Pertanyaan Kava membuat Cecil kembali menoleh ke arahnya dengan tatapan kesal.
“Lu gue hukum lah?”
“Iyadah Cil kaga telat, yaelah.”
Mata Cecil membulat saat kedua temannya tertawa. “Ga sopan lu ya? Gue bilang panggil 'kakak'?”
“Ga ah, mini gini ko- EH ga kena.” Kava langsung melipir pergi setelah menghindari Cecil yang mencoba menginjak kakinya lagi.
Wajah kesal Cecil membuat Kava tertawa membuat Rivandra menggeleng. “Naksir beneran gue ketawain lu.”
Kava hanya menghela napas lalu duduk di kursi kosong samping Rivandra dan Dafa.