little do you know

Kava melangkahkan kakinya ke parkiran untuk mengambil airpods di saku jaket yang dia gantung di motornya. Langkah kakinya begitu santai sampai sebuah suara menghentikan langkahnya. Dia memperlambat langkahnya lalu menyembunyikan diri di balik salah satu tiang basement. Bisa dia lihat ada Aruna disana bersama seorang wanita paruh baya yang dia panggil dengan sebutan mama.

Her mom?” Gumam Kava. Sebenarnya, Kava bukanlah jenis orang yang ingin tahu masalah orang lain tetapi moment seperti ini memaksanya untuk tetap berdiri mendengarkan apa yang anak dan ibu itu bicarakan.

“Mama ngapain sih kesini?” Kava mengerutkan keningnya. Sejauh yang Kava tahu, bukan begitu nada bicara saat berhadapan dengan seorang ibu. Bisa Kava dengar dengan jelas, nada ketus Aruna bertanya apa urusan mamanya datang ke garasi.

Beberapa detik kemudian, Kava dikejutkan karena wanita yang Aruna panggil mama itu menyalakan pemantik lalu membakar ujung rokok miliknya ditambah kalimat yang dia ucapkan setelah itu. “Bagi mama duit dong.”

“Gada, mama kira aku pabrik uang?” Jawab Aruna.

Wanita paruh baya itu menghembuskan asap rokok yang baru saja dihisapnya ke wajah Aruna membuat perempuan itu menutup mata.

“Pelit banget sih sama mama Run? Mentang-mentang udah sukses malah lupa sama orang tua.”

Aruna menghela napasnya menatap mamanya tajam. “Ma, sampai kapan sih kayak gini? Mama ga capek? Aku capek ma.”

“Kamu pikir mama ga capek? Mama kayak gini biar mama bisa lupa Run sama semua masalah yang ada. Kamu enak, bisa kuliah, bisa magang di tempat bagus, dapet duit. Sedangkan mama? Mama luntang lantung Aruna!” Mama Aruna menaikkan nada bicaranya selagi Aruna memalingkan wajah. Dari situ Kava menarik kesimpulan bahwa hubungan Aruna dan mamanya tidak begitu baik.

“Enak mama bilang? Enak dari mana ma? Hidup aku berhenti 3 tahun lalu ma! Pas mama mutusin buat ninggalin rumah dan papa punya istri baru yang aku bahkan gatau kapan mereka nikah! Kalian milih jalan hidup masing-masing tanpa pernah mikirin aku kedepannya gimana.” Lelaki berlesung pipi itu meringis, merasa bahwa percakapan itu tidak seharusnya terdengar oleh dirinya. Oleh sebab itu, Kava memutuskan untuk beranjak dari sana. Dia hanya berharap tidak ada hal buruk yang terjadi setelah itu.