main ke bukit

Pak Desa mengantar keenam mahasiswa itu lalu mereka berpamitan. “Eh itu bukit pak?” Tanya Caterine saat tak sengaja melihat bukit di belakang rumah pak Desa.

Pak Desa mengangguk. “Sebenernya itu cuma timbunan tanah, tapi karena udah lama jadi tumbuh rumput terus keliatan kayak bukit. Kalau mau main kesana, sore-sore gini cocok.” Tawar Pak Desa membuat keenam mahasiswa itu saling menatap lalu mengangguk.

“Yaudah pak kita mau kesana dulu sebelum balik posko.” Ucap Daniel.

“Bisa lewat gang kecil disamping itu ya. Hati-hati.” Satu persatu mencium tangan Pak Desa lalu bergegesa menuju bukit tersebut.

“Sekalian rapat ga si kita? Buat bahas proker ngajar basing.” Saran Juli.

“Boleh deh, biar sampe posko bisa langsung istirahat.” Sambung Dinda.

Mereka berjalan dengan riang menuju buki yang ternyata menampilkan pemandangan yang begitu indah apalagi di waktu yang hampir senja ini.

“Gila keren banget.” Takjub Juli melihat langit orange dari puncak bukit yang tidak terlalu tinggi itu. Dari tempatnya berdiri dia juga bisa melihat puncak gunung yang entah terletak dimana.

“Foto Jul.” Ucap Caterine yang sontak membuat Juli berpose. Dinda hanya tersenyum, dia berdiri merasakan angin sepoi-sepoi. Tak lupa memotret langit seperti biasa.

Sedangkan Hanan, Jojo dan Daniel berlarian dan saling mengejar.

“Aduh bentar Ko, gue capek stop kejar gue anjir.” Keluh Hanan yang sudah tertatik namun tetap berlari menjauhi Daniel.

“Bagus ya Din langitnya?” Tanya Jojo yang entah sejak kapan berdiri di samping Dinda. Perempuan itu hanya mengangguk tanpa menoleh.

“Langit sore emang gapernah gabagus ga sih Jo?”

“Bener sih.”

“Woi, Jodin! Rapat dulu yuk.” Teriak Juli membuat mereka berbalik lalu mendekati keempat temannya yang kini duduk melingkar.

“Apaan Jodin?” Tanya Dinda.

“Jojo Dinda lah.” Celetuk Caterine lalu tertawa.

“Ada-ada aja lu.” Ucap Jojo.

“Dah cepet mulai rapat.” Dinda duduk disamping Juli lalu membuka rapat. “Jadi hari ini kita atur jadwal buat ngajar di sekolah ya.”

“Din, kita kan ada tugas dari pakde juga nih. Gue ada saran, gimana kalo yang ga lagi ngajar bisa mulai ngecat batas dusun. Biar cepet kelar juga kan.” Jelas Jojo.

Hanan mengangkat tangan. “Boleh juga Din ide Jojo, jadi kita kan ada 6 orang nih. Kita bagi aja 2 orang pair gitu biar ada yang balance cowo cewe. Gimana?”

Dinda mengangguk menimbang-nimbamh masukan Jojo dan Hanan. “Menurut kalian bertiga gimana?”

“Boleh sih Din, jadi lebih efektif aja gitu nanti kerjanya. Soalnya ya kalo misal lo nyatuin gue sama Keket mah bisa dijamin itu batas dusun kaga bakal kelar.” Jelas Juli sambil cengengesan.

“Yaudah kalo gitu, kita pair. Nah terus cara baginya?” Dinda menatap satu per satu temannya menunggu saran. Hampir 5 menit tidak ada suara, Dinda berdehem. “Kita undi aja kalo gitu, gimana?”

Semuanya mengangguk setuju. Jojo sebagai sekretaris menuliskam nama mereka pada masing-masing kertas kecil lalu digulung. Mereka pun mengambil satu per satu kertas lalu membukanya.

Dinda bersama Jojo. Caterine bersama Hanan, dan Daniel bersama Juli.

Pair yang ini sekaligus buat ngajar di sekolah juga ga sih Din?” Tanya Daniel.

“Ohiya juga, yang lain gimana?” Semuanya mengangguk setuju.

“Kalo gitu, udha fix ya jadwal ngajar sama pembagian kelompoknya.”

“OKE DINNN.” Jawab mereka serentak.