Juyeon menendang kaleng minuman di jalan.

Pikirannya kacau, ayahnya lagi-lagi membuat keributan. Padahal beberapa waktu belakangan udah sedikit aman karena lelaki tua itu tidak ada dirumah dan hari ini dia kembali lagi.

Tiba-tiba sebuah suara terdengar oleh indra pendengarannya.

Dia mengedarkan pandangannya.

Matanya menangkap sebuah sosok kecil dengan bahu yang bergetar.

Nangis? Batin Juyeon.

Dia mendekati gadis itu.

“Ngapain?”

Bahu yang tadi bergetar menjadi kaku seketika.

Sang pemilik mengangkat kepalanya menatap Juyeon nyalang.

“Lo sapa? Ngapain lo disini?”

“Bukan siapa-siapa. Gue mau ngasih tau ini lapak gue.”

Gadis itu mengernyitkan dahinya.

Juyeon menghela napas. “Yaelah, lo kalo mau nangis jangan disini. Ini tempat gue.”

“Tempat lo? Lo mau nangis juga?”

“Banyak nanya lo.” Juyeon mendudukkan dirinya disamping gadis itu.

“Bokap gue balik lagi setelah beberapa waktu. Dia pelaku kdrt, tukang selingkuh sejak gue kecil.” Juyeon tersenyum miris. Entah dorongan darimana tapi dia dengan lancarnya menceritakan hal itu kepada orang yang baru dia temui.

Gadis itu menghela napas kasar. “Gue tinggal sama nenek gue, nyokap gue udah nikah dua kali. Dia tinggal sama bokap tiri gue sedangkan bokap kandung gue, hampir sama kayak lo. Dia suka pergi, mabuk-mabukan, maen cewe, pulang-pulang mukul gue.”

Juyeon tidak menyangka, gadis ini memiliki alasan yang sama untuk berada di tempat ini sekarang.

Karena ayah mereka.

Juyeon tidak habis pikir, ada seorang ayah yang tega memukul putrinya. Beda dengannya, jika dipukul ayahnya maka dia akan melawan tetapi bagaimana dengan gadis kecil di sampingnya ini?

“Kok jadi curhat ya.” Gadis itu mengusap air matanya.

“Gue pernah baca, katanya emang lebih lancar curhat sama orang asing dibandingkan orang terdekat. Karena abis curhat yaudah selesai, kan ga saling kenal.”

Gadis itu mengangguk setuju.