ngambek
“Bye Agatha, see you ya.” Ucap Kafka tersenyum pada gadis itu.
“Awas ya Ta, abis ini ada singa ngamuk.” Bisik Jaevan pada gadis itu membuatnya mendapat tatapan tajam dari Mahen.
Agatha tertawa lalu menutup pintu.
Dia berbalik, menghela napas. Akhirnya hanya tersisa mereka berdua- Mahen dan dirinya.
Netra Agatha masih terpaku oleh milik Mahen sebelum lelaki itu akhirnya memutus kontak mata diantara mereka. Agatha mendekati Mahen membuat lelaki itu mau tidak mau berjalan masuk ke kamarnya menghindari seorang Agatha.
“Lo kenapa sih?” Tanya gadis itu menarik lengan Mahen agar dia berbalik menatap Agatha.
“Mahen?”
“Yaudah, what ever.” Agatha akhirnya berbalik namun lengannya ditahan oleh Mahen.
“You know nothing or just pretend huh?” He ask but the girl just stare at him with blankness. Because she really doesn't know the reason why the boy in front of her act very weird. Eventho, something pop up in her mind, so she just want an answer of her question on her head.
Agatha masih terdiam.
“Ah lo mah suka gitu Ta, gue males.”
“Apasih? What are you trying to say? Go on.“
Mahen menghela napas dia memegang kedua bahu gadis itu dan menatapnya lekat. “”Agatha, look at my eyes and listen what i'll say carefully. Lo selama ini ngerasa ga ada yang beda diantara kita? Gue juga gatau ini apaan but my heart start beating faster when i saw you like what the fuck this feeling about? Gue selalu kesel kalau lo lebih deket sama Jaevan terus bercanda sama dia sedangkan sama gue lo cuma marah? Males gue.”
Agatha tersenyum. “Then? What you want? Say it.“
Mahen mendecak. “Masa lo gangerti?”
Gadis itu hanya mengendikkan bahu.
“Males ah.”
“Lo minta izin dulu deh sama Sagara.”
Mahen mengerutkan kening. “Kok Sagara?”
“Ya, mau gimana pun dia yang bikin gue sadar sama apa yang gue rasain ke lo.”
Mahen tersenyum jahil, tangannya terangkat mengusap bibir bawah Agatha. “Emang lo ngerasain apa, hm?”
“Orang gila.” Dorong Agatha membuat Mahen mengangguk.
“Yaudah, gue ketemu Sagara sekarang.”
“Go ahead.“