night shower

Malam itu, saat semua orang telah terlelap Risa terbangun gelisah. Wajahnya terasa lengket karena keringat setelah kegiatan seharian. Kamar hotel yang pengap karena terisi banyak orang menambah kegerahan itu.

Akhirnya dia memutuskan untuk mandi.

Dia memasuki bathup tanpa mengunci pintu. 'orang-orang sudah tidur' pikirnya.

Dia merilekskan tubuhnya merasakan hangatnya air yang merasuki setiap lapis kulitnya.

Hingga tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Mata Risa membelalak.

Begitupun orang tersebut. “Risa?”

Risa mematung, dia tidak bisa bergerak. Andai saja yang masuk adalah teman perempuannya, dia akan bergegas berdiri mengambil handuk yang tergantung namun yang berdiri di hadapannya adalah Mark. Orang yang dia suka sejak maba.

“Mark? Whatcha doin here?

Risa panik, sedangkan Mark hanya cengengesan tampak tak ada niat untuk beranjak.

Pipi Risa memanas, semburat merah muncul disana.

Matanya semakin melebar saat lelaki itu mendekat, berjongkok di pinggir bathup.

Wajah bangun tidur membuat Mark tampak lebih tampan.

Lelaki itu menopang kedua tangannya menatap Risa intens.

“Sa tau ga?”

Risa hanya menatap menunggu jawaban.

I like you.” Sambungnya.

“Mark?”

Mark mengangguk. “Lo mah ga peka.” Ucapnya sedih sembari tangannya terulur menyentuh bahu Risa yang tak terendam.

Aliran listrik seakan mengaliri sekujur tubuhnya.

Tangan Mark menjelajahi bahu Risa yang terpampang, menuju leher lalu dagunya. Membuat tatapan keduanya saling terkunci. “Sa.” Ucapnya pelan.

Risa menegang. Tidak tahu harus melakukan apa. Sementara Mark terus mendekat.

Entah sejak kapan tetapi bibir Mark telah menempel di bibir ranum milik Risa.

Tak ada gerakan, hanya deru napas yang terdengar.

Karena tidak ada perlawanan dari gadis itu, Mark mulai menyesap bibir bawah Risa membuat gadis itu melenguh.

Risa yang mulai terbawa suasana mengalungkan kedua tangannya ke leher Mark membuat buah dada nya sedikit terlihat.

Mereka saling bertukar saliva, suara decak lidah serta bunyi air karena gerakan Risa memenuhi kamar mandi.

Risa terhanyut, Mark menyesap lidah serta bibirnya dengan lembut.

Risa terbuai dengan permainan lidah milik Mark di bibirnya. Hingga akhirnya Mark beralih ke rahangnya, mengecup pelan disana lalu meninggalkan bekas kepemilikan di leher gadis itu.

“Nnghhh” Mark tersenyum melihat wajah Risa yang menikmati ciumannya.

Mark berdiri membuat Risa merasa sedih. “Mark i want more, can i?” Minta Risa sembari menggigit bibir nya membuat birahi Mark semakin tak terkendali dan merasakan sesak di dalam celananya.

No need to ask, i will give you everything babe.

Mark berjalan menuju pintu lalu menguncinya. Melepas pakaiannya lalu memasuki bathup menempatkan miliknya nya tepat di depan milik Risa.

Gadis itu kembali membelalak, mencoba merapatkan pahanya. Mark tersenyum miring. “Too late babe, too late. I will never stop.

Mark merentangkan kedua tangannya, memeluk Risa dan memutar badan gadis itu sehingga posisi mereka sekarang berbalik.

Risa yang masih kaget hanya bisa menahan napas tatkala milik Mark menggesek miliknya.

Mark kembali menyesap bibir Risa, suara decakan peraduan lidah mereka memenuhi kamar mandi.

Kali ini ciuman mereka terasa berbeda. Lebih panas, lebih terburu-buru dan Mark lebih menyalurkan birahinya yang sudah tak tertahan. Tangannya kembali menyusuri tiap inci tubuh gadis itu.

“Ahh Mark.” Lenguh Risa terdengar saat tangan kanan Mark meremas buah dadanya sedangkan tangan kanannya memegang paha Risa agar gadis itu tetap duduk dengan bagian intim mereka tetap menempel satu sama lain.

Lenguhan Risa makin terdengar diikuti suara percikan air.

“Mark i want it now.” Rengek Risa, melakukan humping tak terkendali memaksa Mark agar memasukinya dengan cepat.

Mark menatap Risa yang tidak bisa menahan diri meraih area intim milik Risa dengan jarinya. “Really?

Suara seraknya membuat Risa mengangguk tak karuan.

“Eungh yes please ah dont play with me. I need it right now, please just fuck me!

Wishes granted babe.” Mark berdiri menggendong Risa yang meliukkan badannya tak karuan.

“MARK!! now ahh please.” Teriakan Risa tertahan. Dia sudah sangat ingin milik Mark masuk ke dalam miliknya.

Ini pertama kalinya Risa merasakan sebuah rasa geli yang luar biasa seakan meminta milik Mark dengan cepat menghilangkan rasa geli itu.

“Sabar baby girl.” Gavin mendudukkan Risa di atas wastafel, melakukan fingering beberapa menit dan mengarahkan miliknyanya mendekati milik Risa.

“Risa, shout out my name or you will never feel me into your hole.

Dengan setengah sadar Risa membuka matanya memelas. “I already shout out your name Mark please fuck me n- enghh ahhh” suaranya meninggi membuat Mark memasukkan miliknya secara langsung membuat Risa mendesah hebat.

Tubuh Risa bergetar.

Mark diam sebentar menunggu aba-aba dari Risa.

“Ah bentar, ini sakit.”

Mark kembali melumat bibir gadis itu, menyalurkan rasa sakit Risa kepadanya.

Tak lama kemudian, Risa mulai menggoyangkan pinggulnya.

Move!

Mark mengangguk mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur.

We gon ride all night babe

“Ah Mark pleasee harder this is so good” Tuntut Risa mencoba bergerak juga.

Mark mempercepat temponya. Keduanya melenguh dengan hebat. Risa menggigit bibirnya menahan segala kenikmatan yang ia rasakan.

Dia serasa ingin menangis.

You're so tight babe.

Suara penyatuan mereka memenuhi kamar mandi.

Desahan Risa yang memantul membuat Mark semakin bersemangat.

Risa menarik Mark melumat dan menghisap bibir nya dengan rakus. Dia sudah sangat dirasuki oleh birahinya hingga tak ingin melewatkan satu hal sekalipun. Mark membuat mempercepat gerakannya sehingga Risa melenguh dalam sela-sela pagutan mereka.

Risa memeluk Mark. 'this is the time' pikir Mark.

Mark mempercepat tempo membuat Risa meracau.

“Ah babe your hole ahh i love it” Racau Mark.

Mereka tidak lagi memikirkan jika saja suara penyatuan nikmat mereka terdengar sampai keluar kamar mandi.

Rasa dingin akibat berendam serta aliran listrik yang menjalar di tubuh keduanya membuat Mark semakin bersemangat.

“Ughh Sa, i wanna cum.”

“Diluarr ah diluar.” Mark mengangguk melepaskan diri.

Risa mengatur napasnya. Dia sangat lelah. Selangkangannya kembali terasa ngilu.

“Mandi dulu yuk? Lengket.” Ucap Mark yang dijawab dengan anggukan oleh Risa.