obat

Caca membuka pintu dan langsung menatap malas lelaki yang sedang cengengesan di depannya.

Perlu Caca akui, kepribadian Yeonjun dan Jihoon memang sangat berbeda. Jihoon memang adalah orang yang penyayang namun tetap mendominasi sehingga kadang Caca kewalahan meski kadang ada waktu dimana Caca yang mendominasi tapi basic personality Jihoon memang tegas hingga akhirnya bertemu dengan seniornya ini- Yeonjun. Awal sentuhan mereka sangat lembut dan memabukkan membuat Caca merasa menemukan hal baru di dalam dirinya saat Yeonjun menjelajahi tubuhnya.

Mereka memang baru sekali make out selebihnya mereka hanya ciuman dan meraba sana sini.

Dan sekarang disinilah Yeonjun yang memar di mana-mana akibat berkelahi melangkahkan kakinya tak lupa mengecup telinga Caca lembut dengan senyuman membuat darah perempuan itu berdesir.

“Gausah cium-cium!” Protes Caca.

Yeonjun tersenyum. “Dasar gengsi, bilang aja lo suka. Orang lo nyengir.”

Mata Caca membola lalu meninju pelan lengan telanjang Yeonjun yang kala itu hanya mengenakan kaos tanpa lengan dengan kemeja yang dia pegang di tangannya.

image

“Sana duduk di pantry, gue ambil p3k dulu.” Ucap Caca diangguki Yeonjun yang tak lupa mengelus payudara yang hanya terbungkus kemeja oversize berwarna putih.

Mata Yeonjun mengikuti langkah yang diambil perempuan itu dengan senyuman yang tak pernah hilang.

Caca duduk di depan Yeonjun lalu membaluri lukanya dengan telaten. Sesekali Yeonjun meringis akibat perih dari alkohol yang menyentuh lukanya.

Hingga dia menatap Caca yang tengah serius itu intens.

Dengan satu tarikan, kursi yang di dudukin Caca tergeser ke depan sehingga paha Caca kini diapit oleh kedua paha Yeonjun.

“Kok lo pake baju kayak gitu sih Ca? Sengaja ya?” Tanya Yeonjun genit.

“Enak aja, suka-suka gue lah. Kan apart gue?” Protes perempuan itu yang anehnya sangat menggemaskan di mata Yeonjun.

“Tapi kan gue ada disini. A-aaa sakittt.” Sungut Yeonjun saat Caca sengaja menekan lukanya sedikit kuat.

“Rasain. Tuh udah, pulang gih.” Caca merapikan kotak p3k lalu beranjak namun tangannya tertahan oleh Yeonjun.

“Apa?” Tanya Caca dengan mata yang terpaku pada manik indah milik Yeonjun yang menatapnya lekat.

“Mau obat.” Tanpa menunggu jawaban Caca, Yeonjun menarik pinggang Caca lalu mencium bibir indah perempuan itu.

Satu tangannya meraih tengkuk Caca agar ciuman mereka semakin dalam.

Yeonjun menghisap bibir serta lidah Caca lembut membuat sejumlah kupu-kupu beterbangan di perut perempuan itu.

Peraduan lidah itu berlangsung tak lama karena Caca menarik diri menatap Yeonjun dengan dahi berkerut.

Yeonjun mengerjapkan matanya melihat pipi Caca yang memerah.

“Eh jangan mukul ya Ca? Kita sama-sama mau kan?”

“Makanya.” Caca kembali menarik Yeonjun dalam pagutan yang kini semakin panas.

Yeonjun menarik kursi yang tadi di duduki Caca lalu menyatukannya dengan kursi yang dia duduki agar tubuhnya tidak goyah.

Caca kini ada di pangkuan Yeonjun. Menggeliat penuh nafsu saat tangan Yeonjun mulai bergerilya meraba tubuhnya.

Decak lidah memenuhi pantry apart Caca saat itu.

Bersamaan dengan gerakan tangan Yeonjun, Caca mulai melakukan humping dengan perlahan membuat dia bergetar saat penis keras dibalik celana training Yeonjun menyentuh miliknya yang hanya dilapisi celana dalam senada dengan kemejanya.

“Eunghh Jun.” Desah Caca saat Yeonjun berhasil membuka kancing kemejanya lalu meremas payudaranya yang kini terbungkus bra tipis berwarna putih.

Caca menatap Yeonjun dengan mata penuh birahi.

Lelaki itu tersenyum lalu mencium payudara Caca yang langsung menengadahkan kepalanya.

Tangan Caca tak diam, dia menarik kaos Yeonjun sehingga perut yang dibentuk oleh otot itu pun terlihat. Caca merabanya pelan membuat Yeonjun memperkuat isapannya di leher, payudara serta di semua tempat yang terekspos meninggalkan kissmark.

“Ahhh jangan banyak-banyak Jun, entar cowo gue liat ahh.”

image

“Kalo dia mutusin lo, ke gue aja Ca.” Ucap Yeonjun cepat lalu kembali meraup bibir Caca.

Ciuman yang semakin panas membuat gerakan pinggul Caca di pangkuan Yeonjun juga semakin acak.

“Ahhh Jun. Yeonjun ahh i want your dick right hhh now ahh cepet.” Desah Caca semakin tak karuan dan humping nya pun semakin cepat.

Kepalanya dia sandarkan di bahu lebar Yeonjun yang masih memilin payudaranya membuat Caca menggila, memohon untuk dimasuki sekarang juga.

“Hey, sabar Ca. I will fuck you, slowly biar lo bisa rasain tiap inci dari penis gue ada di dalam lo.” Yeonjun tersenyum mengecup dahi Caca yang berkeringat lalu menggendong perempuan yang sudah kelelahan itu namun tetap menggerakkan pinggulnya.

Yeonjun duduk di sofa membiarkan Caca melakukan humping sedangkan dia melepas kemeja serta bra yang dikenakan perempuan itu.

Yeonjun menyesap puting Caca membuat tubuh perempuan itu membusungkan dadanya meminta lebih.

“Jun, sekarang ahh buka.” Rengek Caca yang kini langsung dibaringkan di sofa oleh Yeonjun yang kembali mencium bibirnya lembut sembari membuka celananya menampakkan penis yang sejak tadi ereksi bersiap memompa vagina Caca yang sudah basah sejak tadi.

Dengan satu tarikan cd Caca terlepas dan Yeonjun langsung memasukkan jari tengahnya membuat Caca menegang menggigit bibir Yeonjun.

“Aww, Caca ih. Pelan-pelan, gue entot kok nanti. Sabar ya sayang.”

Yeonjun menatap Caca yang memasang ekspresi memohon dengan senyuman paham.

“Cara main gue enak kan Ca?”

Caca mengangguk tak sanggup menjawab.

“Ahhh lagi ahh oh my God.” Desah Caca saat Yeonjun memasukkan satu jari lagi mengacak vaginanya dengan pelan.

Permainan Yeonjun selalu terencana dan pelan tanpa terburu-buru. Membuat kepala Caca pusing karena pelepasannya seakan tertahan namun semakin lama pelepasan yang tertahan itu terasa semakin nikmat.

Hingga akhirnya Yeonjun meletakkan penisnya di depan vagina Caca yang sudah basah dan squirt berkali-kali.

Menusuk lubang yang membengkak itu dengan pelan dan dalam.

“Ahhh im in Ca. lo bisa rasain penis gue kan di dalam?” Tanya Yeonjun meremas payudara Caca membuat perempuan itu semakin mabuk kepayang.

Yes, yes i can feel it. Ahh Jun eunghh gerakinnnn.” Rengek Caca membuat Yeonjun akhirnya bergerak mundur hingga seakan-akan penisnya dikeluarkan lalu kembali menusuk dengan pelan.

Pada awal permainan mereka, Caca mengira Yeonjun sedang menggodanya namun dia akhirnya sadar bahwa cara main Yeonjun membuat vaginanya bisa merasakan kenikmatan baru meski dia harus pusing selama mereka bersetubuh.

“Ahhh hit the spot, Jun” Yeonjun mengerti dan mengangkat kedua kaki Caca dan kembali bergerak pelan.

Gerakan pelan itu justru bukan hanya menimbulkan kenikmatan bagi Caca tetapi juga Yeonjun yang merasa seakan-akan penisnya di pijat dengan lembut oleh dinding vagina Caca.

“Ahh shit lo ngeselin tapi kenapa enak banget.”

Im expert Ca Lo gapernah kan ngerasain ini kalo ngentot sama cowo lo?”

Caca mengangguk sebagai jawaban. “He prefer doing it hard and deep, i love tho but the way you play slow and deep feels like im flying Gue beneran pusing tapi enak banget ahhhh Jun im close

Aight i will going lil bit faster” Yeonjun menggenjot vagina Caca sedikit lebih cepat namun tidak terlalu cepat membuat mulut Caca tak bisa tertutup karena saking nikmatnya.

Desahan demi desahan keluar dari mulutnya, bola mata hitamnya tak terlihat karena saking menikmati permainan Yeonjun tak ingin melewatkan satu detik pun merasakan penis Yeonjun bergerak di dalam vaginanya.

“Ahhh, your dick become bigger” Ahhh Jun.” Caca menarik Yeonjun lalu melumat bibirnya sementara Yeonjun mempercepat temponya dan satu tangannya memainkan clit Caca sehingga perempuan itu menggeliat keenakan melepas lumatannya.

Yeonjun membenamkan wajahnya pada payudara besar milik Caca dan sesekali menghisap putingnya sampai tusukan terakhir yang kuat dan dalam membuat Caca merasakan hangat di dalam tubuhnya. Yeonjun cum.

Deru napas keduanya terdengar memenuhi ruang tamu. Sperma Yeonjun mengalir melewati vagina Caca karena penisnya menembakkan terlalu banyak cairan.

“Hahh lo keren deh Jun. Kok bisa sih maen kayak gini.” Ucap Caca tersendat karena masih mencoba mengatur napas.

Yeonjun bangun melepas penisnya lalu mengambil tisu dan mengelap bekas cairan yang mengalir dari sana.

“Makanya, putusin cowo lo aja terus pacaran sama gue. Gue bakal bikin mata putih lo naik tiap ngentot.”

“Anjing.”

Yeonjun terkekeh. “Eh lo punya janji sama cowo lo ga abis ini?”

Caca menggeleng. “Gada sih, dia katanya lagi ngurusin hima dan bakalan sampe malem.”

“Yahh anjir, kalo tau gue entot lo sampe malem juga.”

Caca bangun dari posisinya. “Yeu, yang ada dia curiga kalo memek gue bengkak pas dia pulang.”

Yeonjun tersenyum miring. “Gue kata gapapa, kalo putus pacaran sama gue.”

“Gausah ngaco.”

Caca beranjak lalu berjalan masuk ke kamarnya.

“Apaan sih Jun? Lepas ga?” Caca kaget saat lengan Yeonjun melingkar di perutnya lalu menuntunnya berjalan masuk ke kamar dengan penis yang kini menempel di belahan pantatnya.

“Udah diem aja, gue mau kasih aftercare kok ngomel? Gue entot lagi lo tau rasa beneran sampe malem.”

Mendengar ancaman Yeonjun membuat Caca membisu membiarkan lelaki itu memeluknya memasuki wc dan mandi bersama.

“Bener ya tapi aftercare? Jangan ngentot? Gue pegel Jun sumpah.”

“Iyeee elah, kapan sih gue maksa kalo lo gamau?”

Benar kata Yeonjun, dia tidak pernah melewati batasan saat Caca membuat batasan itu.

Sudahlah, yang dia mau hari ini adalah mandi agar segar saat Jihoon pulang nanti yang pastinya akan mengentot nya hingga pagi tiba.