ruang osis

Caca mengetuk pintu ruang osis yang agak sedikit terbuka.

“Bismillahh lindungi hamba ya allah.”

Seseorang keluar, dia salah satu panitia yang berdiri bersama Jake di gerbang tadi.

“Oh si telat yang ngirim foto jake di base? Masuk gih.” Caca tersenyum.

Sebelum masuk kedalam, kakak kelasnya itu membisikkan sesuatu yang membuat mata Caca membulat lalu menatapnya horor.

Ya Allah, lindungi hamba Batin Caca.

Saat dirinya terlihat, seketika semua yang ada diruangan itu menatapnya. Caca yang menjadi bahan perhatian secara tiba-tiba merasa keki apalagi panitia yang ada diruangan osis itu mostly cowok.

“Siapa Jay?” Tanya seseorang dengan badge kelas 12 di lengan bajunya.

“Oh ini bang, yang ngirim foto jake di base.” Orang itu tersenyun kecut menatap Jake yang daritadi memasang wajah dongkol.

Jake berdiri, lalu menarik Caca keluar ruangan.

“Dihh maen tarik-tarik aja, awas Jake kecantol.” Teriak Jay saat keduanya sudah melewati pintu.

“Eh kak mau kemana?” Jake tetap diam dan menariknya agak kencang saat dia berjalan lambat.

Sampai akhirnya Jake melepaskan lengannya mengarah ke UKS.

“Eh? Ngapain kesini?” Caca merasa khawatir, jangan-jangan Jake mau memukulnya? Caca menggeleng.

“Nih obatin lutut lo.” Jake menyodorkan kotak p3k kearahnya.

“Eh? Buat apa?”

Jake menunjuk lututnya yang ternyata sedikit tergores. Pasti akibat squat jump tadi.

Caca menurut.

Jake melipat kedua tangannya di depan dada.

“Kak maaf ya.”

“Maaf kenapa?” Tanya Jake dengan alis terangkat.

“Ya itu, ngirim foto lo di base.”

Jake menghela napas kasar. “Emang tujuan lo ngirim foto gue di base tuh apa?”

Caca diam, dia juga tidak tahu apa tujuannya. Dia hanya ingin melampiaskan kekesalannya.

“Lain kali jangan diulangin, lagian pas apel gadibolehin main hape kenapa lo bisa motoin gue?”

Caca hanya menyengir.

Udah sana balik ke barisan. Dikit lagi acara inti.

Caca mengangguk. “Makasih kak.” Dia keluar dari UKS dengan terburu-buru.

Jake menghela napasnya, hingga matanya menangkap sesuatu di atas kasur.