Sasa menatap Aksa dari kejauhan..

Tanpa sadar air matanya menetes. Rasanya begitu sakit.

Tiba-tiba benda pipih yang di genggamnya bergetar menampilkan nama lelaki itu disana..

Dia menarik napas. Menghapus air matanya, menetralkan kembali perasaan kacau yang di rasakannya beberapa detik yang lalu.

“Halo?”

Dia tersenyum. “Aksaa???” Jawabnya antusias.

Sasa bisa melihat sebuah senyuman di wajah Aksa dari tempatnya berada sekarang. Meski Sasa tidak yakin, alasan lelaki itu tersenyum adalah dirinya atau.... gadis di depannya.

“Kamu dimana?”

“Lagi di jalan, deket taman.”

“Aku juga sekitar situ, aku samper ya?” Sasa mengangguk sebagai jawaban, seolah lelaki itu bisa melihatnya.

“Aku tunggu di taman yaa.”

Helaan napas panjang terdengar saat Aksa memeluk gadis itu lalu pergi.

Sasa berjalan tanpa semangat.

“Sasaaaaaa.”

Itu dia.

Dia Aksa. Berjalan kearahnya dengan senyuman yang mampu membuat Sasa meleleh sekarang juga.

“Aku kangen.” Katanya.

Sasa tersenyum dalam pelukan Aksa. Memeluk lelaki itu seerat mungkin.

Sasa tahu, dia bisa kehilangan Aksa kapan saja.

Tapi, untuk sekarang biarlah seperti ini.

Alasannya cuma satu.

Sasa sudah jatuh terlalu dalam.