siblings (?) talk

Sagara menatap Agatha yang juga menatapnya datar.

Di kamar rawat Agatha sekarang hanya ada dia dan Sagara sehingga entah mengapa rasa kesal menguasai dirinya.

“What are you looking at, fucker?” Tanya Agatha membuat mata Sagara membulat.

“Eh anjing, biasa aja dong. Gada syukur banget lo udah gue jagain juga.”

Agatha memutar bola matanya malas sesekali menatap ke arah pintu menunggu kedatangan Mahen.

Sagara yang paham itu langsung menghela napas menyandatkan punggungnya di sofa.

“Suka kan lo sama Mahen?”

Pertanyaan itu seakan terdengar seperti sambaran petir. Agatha berusaha menulikan pendengarannya, mengabaikan lelaki itu. Namun, jangan lupa mereka adalah Evans. Ego dan harga diri mereka sangat tinggi. Tak mungkin Sagara akan membiarkan Agatha mengacuhkannya begitu saja.

“Gue liat semuanya Agatha, lo gajawab juga gapapa. Because quite means yes.

“Anjing.”

“Kalo marah juga artinya iya sih, soalnya kalo engga lo gaperlu panik sampai lo harus spontan cursing karena kesel gitu. Lo ngerasa ketauan kan?” Sagara menyeringai, dia tau Agatha pasti memakinya di dalam hati.

“Kalo masih belum yakin, sini deh gue kasih tau. Lo pernah ga, ngebayangin kalo misalnya lo ga ketemu Mahen kayaknya hari-hari lo di Indo bakalan beda banget?”

Agatha mengerutkan keningnya. Dia tidak pernah memikirkan itu, terlalu buang-buang waktu.

“Kalo engga berarti lo emang suka sama Mahen.”

What the fuck, teori darimana anjing.”

“Karena bahkan hari-hari tanpa dia aja ga pengen lo bayangin kan?”

Nice catch. Sagara tersenyum.

“Lo udah bergantung sama dia dan tanpa sadar hal itu ngebuka ruang di hati lo.”

“Bener ga?”

“Apa yang bener?” Mata Agatha membulat saat Mahen tiba-tiba datang tanpa mereka sadari.

Sagara tersenyum puas melihat ekspresi Agatha yang kebingungan.

“Anu, itu.. Gue cantik kata Sagara.” Sagara menatap Agatha dengan alis terangkat mengejeknya membuat Agatha menatapnya tajam.

“Dih? Tumben lo?” Mahen mengalihkan pandangan ke arah Sagara.

“Ya emang salah? Orang adek gue kok, guenya aja cakep gini ya pasti lah adek gue cakep juga? Kenapa lo? Cemburu?”

Agatha semakin membulatkan matanya mengancam lelaki menyebalkan itu agar tutup mulut.

“Apaan dah.” Mahen menggeleng melihat kelakuan Evans ini. Makin hari dia mereka makin menunjukkan keanehan.