skincare bareng— mendadak

Agatha membuka pintu kamarnya dengan wajah datar menatap Mahen yang tersenyum aneh dengan rambut basah yang berantakan— sudah mandi.

“What you want?” The girl ask but the boy just walk passing her.

Agatha menarik Mahen dengan cepat saat lelaki itu duduk di kasurnya.

How dare you?!

Mahen hanya menatapnya datar seperti am i wrong? i just wanna sit, i dont do anything.

Agatha mendecak menatap Mahen malas lalu ikut duduk disebelah lelaki itu.

“Tumben pakaian lo tertutup gini?” Sarkas Mahen menatap gadis itu dari atas sampai bawah.

“Mau gue pukul?” Agatha sebenarnya malas meladeni lelaki ini tapi apa boleh buat.

She continued to apply the serum on her face. Mahen just stare at her gently and start to curious.

Dia menahan tangan Agatha yang bergerak di wajah mulusnya membuat gadis itu menoleh menatapnya tajam. “Apa?”

“Gue pengen juga, bagi ya?”

“Gaji lo gue potong?”

“Terserah.”

“Ini mahal anjir, masa bagi dua sama lo.”

“Ya kan mau potong gaji gue?”

Agatha berdecak. Dia tidak akan pernah menang jika berdebat dengan Mahen.

“Cuci muka dulu sana.” Suruh Agatha menunjuk wc di sudut kamarnya membuat Mahen bergegas menuruti perintah.

Gadis itu mendengus. “Tumben nurut, cutie like a puppy.” Agatha tersenyum.

Namun, senyuman itu langsung pudar saat Mahen sudah muncul dari balik pintu kaca disana.

“Udah.”

“Duduk sini.”

Mahen listen to her and the girl really think that she just playing with a puppy. Apalagi dengan Mahen yang bareface dan SEDANG tidak babak belur membuat lelaki itu tampak berbeda.

Setelah memasang facemask untuk dirinya, Agatha mulai dengan telaten mengaplikasikan beraneka ragam jenis skincare yang dia miliki.

Sementara itu, Mahen hanya diam menatap gadis itu memijat wajahnya pelan.

“Awas lo naksir.”

“Gabakal, lo kali yang naksir gue. Lo kan hobi seducing gue Ta.”

Agatha mengernyit. “Ta?”

Mahen berdehem. “Tata kan.”

Gadis itu langsung memukul dahinya. “Gausah sok akrab.”

“Nama lo kepanjangan. Capek gue, Tata aja.”

“Ngatur.”

“Bodo.”

Agatha menghela napas kasar mendorong Mahen menjauh. “Udah. Sana balik.”

Gadis itu mengambil pelembab bibir miliknya dan mengoleskannya di bibirnya yang kecil dan tipis lalu bergegas masuk ke dalam selimut.

Mahen masih tak bergeming.

“Apaa? Gue mau tidur.”

“Gue ga dipakein itu?”

Please Nathan Mahendra itu barang private gaboleh asal bagi.”

“Lah kenapa?”

Agatha kembali bangun, mengubah posisinya menjadi duduk.

“Lo galiat gue tadi make nya disini?” Agatha pointing her lipson my lips

“Terus?”

Gosh.

“Oh indirect kiss nya?”

Agatha membulatkan matanya menatap Mahen aneh. “Lo naksir ya sama gue?”

Mahen hanya mengendikkan bahunya. “Cepetan, abis tuh gue cabut.”

Fuck you

Agatha melakukan apa yang Mahen inginkan. “Puas?”

Mahen tersenyum sebagai jawaban.

“Eh satu lagi, mirror selfie dulu.”

“Banyak mau lo anjing.”

Agatha dengan terpaksa mengikuti keinginan lelaki itu agar dia cepat keluar dari kamarnya.

“Udah.”

“Oke.”

“Sana keluar!”

“Sabar elah.”

“Nyebelin.”

“Bodo.”

Agatha kembali mengambil posisi di kasurnya, namun sebelum itu dia memposting beberapa foto di akun instagram miliknya.