Something strange
Agatha kini berpose di depan hp nya juga di depan Mahen yang menatapnya malas.
“Ini udah hampir seminggu, lo belum sembuh?” Tanya lelaki yang tengah menatap si gadis yang juga sedang asik sendiri.
“Lo ga denger apa kata dokter? Jahitannya belum kering.”
Mahen mendecak. Dia mengambil apel lalu mengupasnya.
“Nih.”
Agatha mengerutkan keningnya saat sepotong apel berada tepat di depannya.
“Makan cepet.” Paksa Mahen.
Agatha mendengus kesal lalu melahap potongan apel tersebut.
Agatha tidak bisa berbohong, menghabiskan waktu bersama Mahen di ruangan ini selama hampir seminggu membuat sebuah perasaan aneh merasukinya.
Atau bahkan jauh sebelum itu? Entahlah, tapi Agatha baru menyadarinya beberapa hari terakhir.
Saat dia membuka mata, orang yang pertama kali dilihatnya adalah Mahen. Begitupun saat dia ingin tidur, Mahen adalah orang terakhir yang dia lihat.
Since Mahen carelessly make sure that she already sleep or just asking is she comfortable with everything around her makes her heart beating faster.
Without her knowledge, she already rely on him. Everything she wanted to do she always call his name.
“Mahen gue mau minum.”
Meski terlihat ogah-ogahan tetapi Mahen tetap melakukan apapun untuk Agatha.
Pertanyaan mulai muncul dikepala putri Evans itu.
Apakah memang hubungan client dan bodyguard pada umumnya seperti ini? Atau hanya dirinya yang merasakan semua keanehan ini? Atau Mahen memang bersikap terlalu perhatian dibandingkan bodyguard pada umumnya sehingga membuat dia merasakan perasaan yang aneh?
Selama ini, Agatha adalah orang yang selalu memberi dan tidak pernah menerima karena dia yakin akan dirinya. Dia percaya dia bisa mendapatkan apa yang dia mau sehingga dia tidak pernah bergantung kepada orang lain sebaliknya orang-orang yang bergantung padanya entah karena memang tulus atau hanya memanfaatkan dirinya yang kaya raya.
Setelah bertemu Mahen, dia bisa merasakan bagaimana rasanya jika dia dimarahi bukan karena Mahen sosok yang buruk tetapi karena lelaki itu khawatir.
Baru kali ini Agatha merasakan kehangatan dari pelukan seseorang saat dia diserang rasa panik atau rasa takut.
Mahen membuatnya merasakan berada di sekitar orang yang kau sebut teman dan bisa bertingkah bodoh di depan mereka meski Agatha masih sering menutup diri di depan Jaevan dan Kafka.
Agatha bukanlah sosok orang yang bisa mempertahankan hubungan dekat dengan orang lain tetapi dia bisa selama ini terikat dengan Mahen.
Apa semua ini? Pikir Agatha.
Dia menatap punggung Mahen yang tengah mengisi gelasnya dengan air di dispenser. Entah dorongan dari mana dia turun dari ranjangnya meski rasa keram masih terasa di perutnya.
Mahen yang berbalik melihat Agatha seketika panik mencoba memegangi gadis yang langsung menabrak dirinya sehingga gelas yang tadi diisinya jatuh dan pecah.
Agatha memeluknya.
Erat.
“Ta?”
“Wait a minute Mahen.” Ucapnya dengan helaan napas yang bisa Mahen dengar.
Mahen menghela napas menggerakkan tangannya memeluk Agatha dan mengusap lembut rambutnya sehingga gadis itu semakin mengeratkan pelukannya.
Tanpa Agatha tahu bahwa yang dia peluk juga menghadapi perang di dalam dirinya bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua.