The end
Caca berjalan dengan lesuh di tempat favoritnya dengan Sunwoo.
Caca tersenyum kecut, dimana lelaki itu sekarang. Dia bodoh, memberikannya kesempatan. Harusnya dari dulu dia memberanikan diri lepas dari lelaki itu.
Caca menendang kaleng di depannya, menatap arah pergi kaleng itu membuat manik matanya bertemu dengan orang yang menghilang selama dua minggu ini.
Dia..
Lelaki itu..
Sunwoo.. nampak terkejut
Karena dia..
Bersama gadis lain..
Caca berbalik, meninggalkan tempat itu secepat mungkin.
Namun dengan sigap, Sunwoo mengejarnya dan menahan lengannya.
“Ca, dengerin aku dulu.”
Caca menghentakkan tangannya.
Plak
Satu tamparan, mengenai pipi lelaki itu. Gadis yang bersamanya pun terkejut.
“Ca?”
Caca mulai menangis. Menumpahkan segala rasa sesak, rasa sakit hati, kecewa, marah, dan segala yang dia tahan selama ini.
Sunwoo mencoba memegang tangannya namun gadis itu menepis.
“JANGAN SENTUH GUE!”
Caca menangis, menatap Sunwoo lalang.
Dia menunjuk lelaki itu dengan kebencian.
“Mau berapa kali lagi lo bikin gue kayak gini?”
“Ca, dengerin dulu.”
“GA! LO YANG DENGERIN GUE!”
Caca menggeleng, hatinya sangat sakit.
“Gue udah nyoba Nu, buat relain semuanya. Relain lima tahun kita, relain lo, relain semua hal brengsek yang lo lakuin! Tapi kenapa?” Caca memukul dada Sunwoo yang menatapnya dengan tatapan sendu. Dia tahu, Caca sangat terluka. Tapi entah kenapa dia juga tidak bisa menahan dirinya untuk sekedar hang out bersama gadis lain. Tapi dia juga tidak ingin putus dengan Caca. “Lo kira gue cewek apaan Nu? Gue bukan mainan, gue gabisa nahan diri liat lo berulang kali bareng cewek lain?! Sedangkan gue nunggu kabar lo, khawatir sama lo, dan pas gue ketemu sama lo.. Lo malah.. ” Caca menatap gadis yang bersama Sunwoo itu nyalang. Dia sudah tidak tahu harus melakukan apa. “Dua minggu yang lalu, lo nangis depan gue. Lo pura-pura doang kan? Lo cuma mainin gue?! Lima tahun ini, lo mainin gue hah?! Kenapa lo macarin gue cuma buat bikin gue nangis? Hah?! Lo cuma jadiin gue alat kalo lo lagi bosen? Terus apa gunanya lo buang-buang waktu gue selama lima tahun? Kenapa?!” Caca kembali menangis, dia berjanji pada dirinya. Hari ini dia harus mengeluarkan apa yang sudah dia tahan selama ini, dan menyelesaikan semuanya. Dia tidak mau lagi terperangkap dalam hubungan toxic yang dijalaninya.
Caca mengusap air matanya. Menatap Sunwoo dengan yakin. “Gue mau putus.”
Sunwoo menggeleng. “Ca, no please. Dont say it aku gamau putus sama kamu. Aku tulus sayang sama kamu Ca. Aku gabisa jauh dari kamu. Selama lima tahun ini, aku tulus. Gada sama sekali niat buat mainin kamu, Ca please. Kamu cuma emosi.”
Caca tertawa. “Emosi? Lo gila. Kalo lo tulus sama gue, lo gaakan bikin gue kayak gini.”
“Ca, aku juga gatau kenapa aku kayak gini. Aku janji bakal berubah.”
“Aku janji, aku janji, aku janji. Bullshit! Udah berapa kali lo bilang kayak gitu. Gabisa Nu, gue gasanggup lagi. Lepasin gue.”
“Gabisa Ca, aku gabisa ngelepas kamu.”
“Nu, please” Air mata Caca kembali menetes.
“Lepasin gue Nu, lo gakasian sama gue? Gue nangis, gue hancur, gue kecewa selama sama lo Nu. Jangan tahan gue, gue gasanggup lagi. Biarin gue nemuin kebahagiaan gue.”
Sunwoo menggeleng. “Gabisa Ca, kamu penting buat aku. You know my weakness, you know everything about me. Aku gabisa, gabisa bagi itu sama orang baru lagi.”
Caca menggeleng. Dia menepis tangan Sunwoo, berlari menjauh.
Sunwoo memanggil namanya. Dirinya sudah sangat hancur, biarkan dia bebas dari rasa sakit ini. Namun karena tidak memperhatikan sekitar, Caca tidak sadar ada mobil yang melaju sangat cepat sehingga dirinya tertabrak. Dirinya terlempar kepinggir jalan.
“CACA!” Sunwoo berlari.
Memangku kepala gadis itu yang sudah berlinang darah. Sunwoo menangis.
“Ca, please. Bertahan dikit lagi.”
Caca menatap lelaki yang sangat disayanginya itu. Dia tersenyum.
“Nu, makasih. Aku bebas sekarang.”
“CA! CACA?!” Sunwoo memeluk gadisnya. Gadis itu benar-benar terlepas darinya.
Untuk selamanya.