Jay menatap kedua punggung yang salah satunya sangat dia kenali.

Gadis itu. Gadis yang belakangan ini sangat dia sayangi, tetapi bahkan sedetik pun gadis itu tak pernah melihat kearahnya.

Gadis yang hanya tersenyum padanya dan mengucapkan terima kasih namun tidak memberi ruang untungnya berharap lebih.

Bahkan dengan apa yang dia lakukan tak juga membuat gadis itu luluh.

Gadis itu malah memilih orang lain.

The pain filled him

Dadanya sesak.

Sesakit ini kah?

Mengapa dirinya merasakan ini disaat orang lain merasakan kebahagiaan saat mereka jatuh cinta?

Mengapa semuanya terasa begitu egois?

“Jay? Kamu disini?”

Jay hanya terdiam.

“Kenalin, ini pacar aku.”

Getir. Dunianya seakan runtuh, hatinya seolah terbakar.

Apa yang dia lakukan selama ini sia-sia.

Mendengar kata itu terucap langsung oleh gadis itu memberi rasa sakit yang luar biasa.

Harusnya dia sadar, selama ini dirinya hanyalah bayangan.

Bayangan yang tak akan pernah menjadi nyata.

Gadis itu berjalan melewatinya.

Sedangkan Jay masih berperang dengan rasa sakit dan pikirannnya.

Bahkan sebelum memulai segalanya, dia sudah tahu jawaban apa yang akan diberikan gadis itu.

Gadis yang membuat tidurnya tak tenang.

Membuat makannya tak teratur.

Berlebihan memang, tetapi itulah faktanya.

Sebuah arti dari jawaban tanpa jawaban.

He pretend that everything is fine but it doesn't

Tetapi berpaling pun rasanya sangat sulit. Jay sudah terjatuh sangat dalam.

Bahkan saat gadis itu mencampakkannya.

Bahkan saat dia tahu, kata 'kita' diantara mereka adalah hal mustahil.

Tetapi untuk membiarkan dia pergi begitu saja akan sangat menyesakkan baginya.

“Bayangin kamu di posisi aku.” Ucap Jay tepat saat rintik hujan mulai membasahi dirinya.