tugas tambahan
Kini, keenam mahasiswa itu duduk teratur di ruang tamu Pak Desa. Mereka menikmati kue kering dan juga sirup rasa jeruk yang disajikan.
“Jadi maksud bapak manggil kalian kesini adalah mau ngasih tugas tambahan. Tapi, bapak mau tanya dulu kalian bersedia ga punya tugas tambahan?” Tanya Pak Desa menatap para mahasiswa yang mengarahkan pandangannya kepada satu orang. Koordes mereka, Dinda.
Dinda yang dipandangi sekaligus bergerak kikuk kembali memberi sinyal menanyakan pendapat para teman-temannya.
Jojo tertawa kecil. “Kalau saya bersedia aja kok pak, tapi keputusan ada sama koordes kita.”
Dinda tersenyum. “Balik ke kalian lagi, baiknya gimana?” Gadis dengan rambut sebahu yang dikuncir bebas itu menatap menunggu jawaban yang langsung diangguki kelima temannya.
“Kita bersedia kok pak.” Jawab Dinda singkat.
“Iya pak, bapak sisa bilang aja tugasnya apa?” Sambung Caterine.
“Ga berat kok, bapak cuma mau minta tolong kalian bantu ngecat perbatasan tiap dusun. Nanti bapak yang siapin alat dan bahannya, kalian sisa ngecat. Bisa?”
“Itumah gampang pak, sekalian kita masukin jadi proker di laporan nanti gapapa kan pak?” Tanya Juli.
Pak Desa sontak mengangguk. “Maka dari itu saya minta kalian aja yang lakuin, biar nambah-nambah halaman laporan.”
Daniel mengangguk setuju. “Aman itu pak.”
Pak Desa tersenyum lega. “Kalian bisa mulai besok kan? Pelan-pelan aja ngecat nya kalau lagi senggang gapapa. Prioritasin yang utama dulu. Nanti saya pinjemin motor sama Karang Taruna biar kalian ga caprk jalan. Batas antar dusun kan lumayan jauh.”
“Terima kasih pak.” Ucap mereka bersamaan.
“Saya yang harusnya bilang terima kasih. Yaudah, lanjut dimakan dulu kuenya, abisin ya.”
“Aman ini pak, ada Juli sama Keket yang demen makanan manis.” Ucap Daniel yang mengundang tawa mereka.