Ulang tahun Lala

Lala berdiri dengan cantik menyambut semua tamu undangannya. Gaun putih tanpa lengan melekat indah membuat dirinya terlibat lebih cantik dari biasanya. Hanya saja ada satu yang kurang, senyumannya.

Dia mengambil segelas lemontea lalu duduk di sofa. Sang bintang menghela napas berat saat sebuah suara jepretan kamera terdengar olehnya.

Nayla dan Sarah, sahabatnya. Dibelakang mereka ada Anan, Abian serta Azalea. Semua orang hadir, kecuali El dan Orion. Lala mengerutkan kening. “El mana?” Tanya nya membuat Abian tersenyum.

“Beneran nih sekarang jadi cewenya El?” Abian langsung menutup mulutnya saat Azalea menyikut perutnya pelan. Azalea membawa Lala ke pelukannya.

You look pretty, sayang.” Lala menyambut pelukan Azalea dengan senyum terpaksa.

“Cemberut mulu La.” Tegur Nayla yang malah membuat Lala semakin cemberut.

Sarah menggeleng. “Udah sih La, masa ultah sendiri ga seneng sih?”

Lala mengabaikan semua suara-suara itu hanya fokus menatap layar hpnya. Baik Orion dan Elano, keduanya tidak ada kabar. Bahkan ucapan selamat ulang tahun pun tidak.

Bunda Lala menghampiri mereka lalu menarik Lala ke ruang tamu. “Sayang, dimulai yuk acaranya.”

“Tapi Bun.”

“Gapapa, mulai aja. Udah telat ini sayang.” Kata Bunda membuat Lala mengangguk setuju.

Mereka mulai menyanyikan beberapa lagu lalu sampai pada saat pemotongan kue. Lala meletakkan pisau cake diatas ku ulang tahunnya lalu mulai memotong dengan pelan.

Tiba-tiba, sosok Elano muncul di tengah kerumunan dengan wajah panik.

Lala menatapnya. “El? Kok telat?” Lelaki itu langsung menarik lengannya membuat semua orang kebingungan.

“Ikut gue, La.” Ucap Elano terburu-buru.

“El, kenapa sih? Berenti dulu.” Lala menarik diri membuat Elano berhenti. Matanya menatap Lala gelisah, ada rasa takut disana.

“Kenapa si El?” Tanya Anan. Yang lain juga menatap Elano bingung menunggu jawaban dari lelaki itu.

“Orion.”

Lala menatapnya bingung. “Orion kenapa?”

“La.. Orion.. Orion, pesawatnya jatuh La.” Jawab Elano terbata-bata. Kalimat itu membuat semua orang terkejut kecuali Lala yang tidak tahu harus merespon seperti apa. Dia tidak bisa mencerna informasi yang baru saja diucapkan Elano.

“Maksudnya gimanasih? Ga mungkin, orang Orion semalem ngomong sama gue di telfon. Dia bilang gabisa nemenin gue kali ini karena sibuk, gamungkin dia di pesawat gimana ceritanya? Jangan ngaco ah!” Lala mengotak-atik layar ponselnya mencoba menelfon Orion namun tidak tersambung membuat air matanya mengalir tidak sengaja.

Elano menutup matanya, menenangkan diri lalu mencoba menarik Lala dalam pelukannya. Namun, gadis itu menolak. Dia tetap berusaha menghubungi Orion, ingin membuktikan bahwa sekarang, lelaki yang dia sayangi selama ini sedang tidur di apartmentnya. Tapi nihil, sambungannya tidak terhubung.

Nayla yang menangis dalam dia menarik Lala. “La, dengerin gue La. Orion mau kesini, nyamperin lo.”

“Ga deh Nay, jangan boongin gue. Udah jelas-jelas Orion bilang gabisa, pada kenapa sih?” Lala tetak menolak untuk mendengarkan semua orang.