- virtual
Rara mengangkat telfon dari Riki.
Kak Rara hueee
Rara mengernyit. “Kenapa?”
Terdengar suara cekikan disana.
Gapapa kok, iseng aja
Gapapa kok, iseng aja terdengar suara lain disana yang anehnya Rara tidak asing dengan suara itu.
Pemilik suara itu jelas sekali tengah mengejek Riki karena setelah suaranya terdengar langsung disusul oleh dengusan yang Rara yakin dari Riki.
Apasi bang, sok deket banget lo sama gue.
Rara memasang telinganya.
Ya emang gaboleh? Lo ga kangen apa 10 tahun ga ketemu gue.
Kita bahkan ga sedeket itu buat kangen-kangen bang, apaan banget.
Sekarang gue mau deket sama lo, emang gaboleh? Lo kan adek gue.
Ga males.
Oh takut gebetan lo sukanya sama gue? Pemilik suara itu tertawa.
Suara tawa yang sangat Rara kenal.
Tawa yang menamani hari-harinya dulu selama tiga bulan meski lewat virtual.
Suara itu. Yang sangat dia rindukan selama ini.
Suara yang menemani malamnya hingga dia terlelap.
Itu dia. Rara yakin.
Tanpa sadar air matanya menetes dan bibirnya tak kuasa menahan diri agar nama itu tak terucap. “Reyhan..”
Loh? Kak Rara tau dari mana nama abang aku?
Hah? Rara? Ucap pemilik suara.