Rara tak pernah beranjak dari sisi Riki sampai akhirnya anak itu tertidur.

Dari tadi yang diucapkannya 'kak rara' terus.

Karena shock dia tiba-tiba terkena demam dan mengigau.

“Gimana kak?” Tanya Juan yang mengintip dari pintu kamar Riki.

Rara mengangguk.

“Yaudah gue tunggu di depan ya.”

Rara menarik selimut Riki hingga dadanya.

Tak lupa kompresan baru dia tempelkan di dahinya.

Semoga anak itu cepat sembuh.

Rara berjalan keluar dari kamar Riki dan memberi tahu bibi Ina untuk mengabari jika saja Riki terbangun.

“Baik non, nanti bibi kabarin.”

“Makasih ya bi.”

Bi Ina mengangguk lalu kembali ke dapur.

Rara melewati jendela besar yang langsung menampilkan taman belakang rumah Riki.

Ada seseorang disana.

Tunggu, wajahnya tak asing.

Dia mencoba mendekat.

Dengan ragu Rara melangkah.

Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahunya.

Rara tersentak. “Anjing Juan.” Ucapnya pelan.

“Lama sih lo, gue udah laper. Liatin apa sih.” Juan menengok ke arah taman. Tidak ada apa-apa.

“Cepetan kak.”

Rara mengangguk, berlari kecil mengikuti Juan yang sudah jauh.