- virtual
Riki berjalan berdampingan bersama Rara di salah satu taman yang ada di Jakarta.
“Kak Rara mau makan ga?” Tanya Riki membuat Rara mendongak.
Maklum, meski Riki baru berusia 18 tahun tapi bisa dibilang proporsi tubuhnya sangat bagus untuk anak seusianya.
Ditambah lagi Riki itu ganteng.
Banyak adek kelas bahkan kakak kelas yang mencoba mendekat namun dia menghindar dengan dalih 'udah punya cewek' kalau ditanya mana ya dia ngasih foto Rara ke mereka.
Dan itu akan membuat mereka otomatis mundur, karena Rara secantik itu.
Oke.
“Makan apa ya.” Rara tampak berpikir.
“Bakmi aja gimana kak?”
Dia mendapat anggukan sebagai jawaban.
Dia sengaja mengajak Rara jalan karena hari ini tepat dimana hari dia menjanjikan motor untuk Juan pakai balapan. Jadi ya sekalian.
Jangan ngomong kak Rara suruh Juan yang dibalas jempol oleh Riki.
Tiba-tiba hape Riki berdering.
“Eh bentar kak.” Melihat nama yang tertera disana membuat bola matanya terputar malas.
“Halo.” Sapanya bete.
....
“Hah? Lo di Indo? Ngapain?”
....
“Jangan bercanda gila.”
....
Riki tampak gelisah. “Yaudah otw.”
Riki menatap Rara bingung. “Kak.. maaf ya, kayaknya kita harus pulang.”
Rara mengernyit pasalnya mata Riki berkaca-kaca. “Kenapa Rik?”
“Oma aku gawat kak.”
Rara langsung mengangguk. “Yaudah gapapa, kamu ke rumah sakit aja. Aku bisa pulang sendiri.”
Namun anak itu menggeleng. “Gapapa aku sekalian anter kakak pulang dulu, gaenak sama Juan. Maaf ya kak.”
Rara menarik Riki ke dalam pelukannya. Mengusap lembut rambutnya agar Riki merasa tenang.
“Yaudah tenang dulu. Baru nyetir.”
Riki mengatur napasnya. Inilah yang membuat dia sangat suka kepada gadis itu, Rara tahu bagaimana cara membuatnya tenang.
Setelah dirasa cukup, Riki akhirnya berlari menuju mobilnya lalu mengantar Rara pulang terlebih dahulu.