• your song
Arina, menatap lelaki yang telah mengisi hatinya selama setengah tahun belakangan.
Mungkin menurut kalian, itu adalah waktu yang singkat namun cukup untuk membuatnya jatuh sejatuh mungkin kepada sosok yang ada di depannya saat ini.
Sosok itu tersenyum, namun mengapa rasanya begitu sakit?
Ya, lelaki itu berdiri bersama seorang gadis di sampingnya.
Gadis yang membuat Sean berlindung kepadanya bak payung di musim hujan.
Menjadi penerang di hari tergelapnya.
Menjadi tempat teraman saat dirinya merasa sedih.
“Hai Arina.”
Arina membalas senyuman itu.
Senyuman penuh luka.
“Aku mau makasih karena kamu udah baik banget sama aku selama ini.”
Satu kalimat.
Sesak.
Arina ingin sekali menghambur ke dalam pelukan Sean, untuk pertama kalinya setelah hanya dirinya yang menjadi tempat bertumpu lelaki itu.
Tetapi kakinya berat, lidahnya keluh.
Tak mampu berkata dan melakukan apa-apa.
“Sekarang aku akan nyoba memperbaiki cerita aku sama Jihan. Cerita yang sempat kandas dan dilanjutkan sama kamu tapi ternyata..” Sean tidak melanjutkan ucapannya.
Arina menghela napas. Membayangkan betapa indahnya sequel yang dia rancang untuk dirinya dan Sean.
Sebuah cerita dan lagu baru.
Yang awalnya dia kira akan menjadi sebuah lagu cinta pertama antara dirinya dan Sean.
Namun..
“Makasih juga untuk semuanya Sean dan maafin aku karena harus ngomong ini, tapi aku mohon. Setelah kamu pergi detik selanjutnya, jangan pernah kembali sama aku meski kamu terluka sekalipun. Please, dont use someone to heal yourself by giving them your wound cukup aku aja ya? Cukup aku aja yang ngerancang cerita dan lagu baru untuk kamu. Semoga kamu bahagia. This is your song, not ours.“
Arina berbalik, berjalan menjauh.
Tetes demi tetes air mata akhirnya mengalir.
Kali ini, dia harus pergi. Menyimpan lagu yang dia ciptakan untuk Sean jalani dengan Jihan.
Karena ini lagu ini, tidak akan pernah menjadi miliknya.