zoom make out

Genap 3 tahun Caca menjalani pendidikan tinggi, pagi ke pagi Ia lewati hanya untuk menyerahkan tugas dan melakukan bimbingan. Revisi dan deadline bahkan terlihat seperti teman dekatnya. Jadwal kuliah pagi menjadi musuh bagi Caca, tapi sialnya untuk projek research designya Caca mendapat jadwal bimbingan pagi-pagi buta.

“Aaaaa! Itu dosen gak mau bangun tidur terus kelonan dulu apa gimana sih. Rajin amat pagi-pagi udah nyuruh bimbingan.” Caca menggerutu sembari mengancingkan kemeja oversize nya. Tapi untunglah ini hanya kelas online, Caca tidak perlu berpakaian rapih untuk mengikuti kelas, yang penting Ia terlihat rapih dengan atasan kemeja meskipun tetap menggunakan bawahan celana pendek saja sudah cukup.

“Caaaa, kamu dimanaaa?” Jihoon berteriak mencari kekasihnya.

“Di kamar ataaas, mau bimbingan dulu.” sahut Caca sembari berterian juga. Derap langkah Jihoon terdengar mendekati pintu kamar. Caca sudah memprediksikan ini akan terjadi.

“Kok pas aku bangun kamu gak ada di samping aku sih?” kata Jihoon dari depan pintu dengan menyandarkan kepalanya.

“Jangan masuk dulu, aku mau bimbingan. Ini udah join di zoom nya!” seru Caca dari dalam. Sepertinya, bimbingan pagi ini Caca akan mengalami gangguan. Bukan gangguan sinyal WiFi yang tiba-tiba terputus, tetapi gangguan Jihoon dengan seribu tingkahnya yang di luar nalar Caca.

'Clack!' pintu kamar berhasil terbuka. Caca segera mengubah posisi laptopnya untuk menghindari Jihoon masuk ke dalam frame kameranya.

“IIIIHHHH SAYANG! Aku kan udah bilang, nanti dulu!” protes Caca sembari menengok ke belakang, melihat Jendra yang jalan mendekat.

“Jangan marah-marah masih pagi tau.” ujar Jihoon, ia berlutut di sisi kiri Kalandra sembari memeluk perempuannya.

“Gimana ga marah?!!! Udah akh bilang aku ada bimbingan, nanti jadi gak konsen Jihoon!” jelas Caca.

“Aduuuh, mending bimbingan sama aku aja sih, Ca. Makanya, tadi jangan langsung bangun dulu. Harusnya main dulu sama aku biar mood kamu bagus, gak marah-marah gini.” jawab Jihoon sembari memasukan tangannya ke dalam kemeja tersebut.

“Ya orang aku bete sama,” Jihoon memotong ucapan perempuannya. “Sssttt, kamu cuma butuh dienakin doang kok biar good mood sepanjang hari. Diem aja, perhatiin kelasnya, biar aku yang main.”

“Anjing! Jihoon jangan!” umpat Caca. Jihoon hanya tersenyum sembari meremas payudara Caca secara bergantian. Tak kehabisan akal, Jihoon mengeluarkan tangannya untuk membasahi jari telunjuknya dengan salivanya lalu memasukan kembali ke dalam kemeja Caca.

Dingin. Caca bisa merasakan telunjuk Jihoon yang basah mengenai putingnya. Jihoon menggesekan telunjuknya pada puting Caca dan membuat perempuannya menegang.

“Ahhhh!” Caca melenguh saat putingnya dipilin oleh Jihoon. Kemudian, Ia menunduk menjauhi kamera laptopnya dan menengok ke arah Jihoon. “Sayang, 3 orang lagi aku dipanggil. Stop duluuu.” pinta Caca sembari menahan tangan lelakinya. Caca seperti bermain adrenalin, detak jantungnya dua kali lebih cepat memompa darah dalam tubuhnya.

“Tapi enak kan?” tanya Jihoon. Tangannya mulai turun meraba bagian selatan Caca dari luar celana pendeknya yang terlepas menyisakan underwear string yang memperlihatkan belahan vaginanya. Jihoon berganti posisi, Ia berlutut tepat di hadapan tubuh Caca. Perempuannya memundurkan sedikit kursi yang Ia duduki, memberi Jihoon ruang untuk bebas bermain di bawah sana. Jihoon melebarkan kaki Caca, mencium paha Caca ke atas dan berakhir di vagina Caca yang terbungkus string tipis yang di tariknya kesamping sehingga vagina Caca terpampang.

“Mhhh—” nafas Caca tercekat saat lidah Jihoon berhasil menjilat vagina nya. Rasa hangat dari lidah Jihoon menyulut gairah Caca. Wajahnya memerah, sembari menunduk Ia menjambak rambut Jihoon saat lelakinya menekan klitoris Caca menggunakan ujung lidahnya. Kamera nya masih menyala, dengan sekuat tenaga Ia berusaha mematikan kamera nya.

'Caca, tetap nyalakan kameranya. Agar saya tau kamu menyimak atau tidak!' tegur seorang Dosen tua di seberang sana.

Sial. Jihoon semakin menggoda Caca, Ia kemudian menghisap vagina Caca sembari menjilati miliknya dengan tempo yang cepat, “maaf pak, mmh koneksi saya kurang stabil.” jelas Caca dengan suara parau nya menahan desahan dengan segera Ia pun mematikan mic nya.

'Kamu kenapa Caca? Suaramu? Sakit?' tanya Dosen tersebut.

“Caca lagi mau ngentot dulu pak sama saya, hahaha.” ledek Jihoon dari bawah sana dengan menghentikan kegiatannya. Caca tidak menjawab pertanyaan dari Dosen tersebut, Ia hanya tercengang melihat Jihoon yang sedang melepaskan celana nya, membuat miliknya yang sudah ereksi terekspos.

Caca meraih penis lelakinya, Ia genggam penis Jihoon sembari mengocoknya perlahan, “mau dimasukin gak?” tanya Jihoon sembari mengusap rambut Caca.

Caca mengangguk tanda setuju, Ia beranjak dari kursi dan membiarkan Jihoon duduk di sana. Setelah Jihoon nyaman dengan posisi duduknya, Caca kemudian mulai duduk di atas badan lelakinya.

“Aaahhh.” desah Jihoon saat Caca memasukan penisnya ke dalam vaginanya agar bisa duduk dengan leluasa. Caca menggerakan bokongnya untuk mencari posisi yang nyaman serta untuk membuat penis Jihoon menyentuh sweet spot nya.

'Caca, sekarang bagian kamu. Maksud dari judul research design kamu ini apa?' tiba-tiba Dosen itu memanggil nama Caca. Sialan! Bagaimana bisa Ia menjawab dengan normal sedang Caca di bawah sana sedang frustasi merasakan penis Jihoon yang menghujami vagina Caca dengan cepat. Belum lagi tangan Jihoon yang sedang meremas kencang payudara Caca di balik kemeja membuat Caca semakin dipenuhi oleh nafsu.

Caca mengulurkan tangannya untuk menghidupkan mic nya, “Hhh, itu pak— mmhh maksudnya saya mau fokus ke dampaknya aja.” jawab Caca

Jihoon mengganti posisinya, Ia menuntun Caca ke arah meja belajar nya dan menidurkan badan Caca di meja tersebut, sehingga perempuan di hadapannya kini sedang dalam posisi menungging. Lalu, Jihoon menggesekan penisnya diantara bokong Caca “masih konsen kan sayang?”

'Kalau begitu, nanti diubah saja ini pembahasannya jadi analisis dampak dari kasus yang kamu ambil.' jelas Dosen tersebut.

Saat Caca menyalakan mic nya, Jihoon mendorong penisnya dengan kencang ke dalam vagina Caca, “aaaahh— iyaa baik pak! Nanti saya perbaiki.” jawab Caca dengan meloloskan satu desahan. Caca langsung menutup laptopnya membuat pertemuan online tersebut terputus.

“Ahhh yeahh, right there. You hit that spot mmhhh.” racauan Caca terdengar semakin bebas saat bimbingannya usai. Jihoon tersenyum penuh kemenangan, Ia menjadikan bokong Caca sebagai pegangan untuk menghentakan penisnya secara keras ke dalam vagina Caca.

“Mmhh, sayang you are so tight! Aaahh.” Jihoon menarik badan Caca menjadi berdiri, tangan kirinya ia pakai untuk menopang tubuh Caca sedangkan tangan kanan nya Ia gunakan untuk mencekik leher Caca. Padahal untuk berdiri saja Ia sudah tidak sanggup, Ia sangat lemas. Jihoon sedikit merendahkan badannya sejajar dengan Caca sebentar lagi lelakinya sampai. Pinggulnya bergerak dengan cepat guna melesakkan penis nya lebih dalam lagi, milik Caca yang begitu ketat membuat Jihoon mencapai surga.

“Aahh mmhh pleasee dont stop, fuck me Jihoon aahh ngghhh.” Caca meracau sembari meremas kedua payudara nya sendiri. Caca merasakan ngilu di perutnya karena penis Jihoon berhasil menumbuk sweet spot nya berkali-kali, “uuhh, you like it when i pound you harder like this kan sayang?”

“Oh oh uhhh... of course! I want you to cum inside me, my pussy will swallow it well, mmhhh.” mendengar hal itu, Jihoon tidak menurukan ritme nya, “Oooh mmhh i think i'm about to cum.” Jihoon hendak sampai, Caca bisa merasakan denyutan dari penis Jihoon hingga sampai pada hentakan kelima penis Jihoon masuk secara utuh sembari menyemburkan sperma nya.

“Ngghhh ahh Jihoon.” Caca melenguh sembari menyandarkan tubuhnya pada badan Jihoon, bagian selatannya banjir. Cairan dari miliknya dan milik Jihoon bersatu.

“Udah baikan belum mood nya?” tanya Jihoo sembari mengeluarkan penisnya dari dalam vagina Caca.

“Mhh, shh kenapa dilepas sayangg?” protes Caca, pasalnya kini Ia merasa sangat kosong saat tidak ada lagi penis Jihoon di dalam nya.

“Pindah dulu ke kasur, kita cuddle sambil aku masukin” jawab Jihoon sembari mencium kepala Caca.

Jihoon yang duduk dikasur menuntut Caca untuk duduk di pangkuannya.

Caca mencium bibir lelakinya dalam. Decakan lidah terdengar memenuhi kamarnya.

“Mmhh Ji aku mau humping dulu ahh.”

Jihoon mengangguk menghisap payudara Caca dengan lapar membiarkan perempuannya melakukan apa yang dia mau.

Caca terus menggeliat mendorong Jihoon yang masih menyesap payudaranya lalu mulai menggerakkan pinggulnya.

Vaginanya yang basah sudah sangat gatal karena kembali bergesekan dengan penis Jihoon.

“Ahh sayang, cium mau cium.” Rengek Caca manja menyambar bibir Jihoon.

Ciuman mereka kembali panas, lidah mereka saling beradu tak lupa tangan Jihoon yang memilin puting Caca membuat perempuan itu semakin menggencarkan gerakan pinggulnya.

Gerakan memutar, maju mundur serta naik turun dia coba.

Namun semakin lama temponya berantakan karena Caca sudah dekat dengan pelepasannya namun merasa masih kurang saat vaginanya belum dimasuki penis besar Jihoon yang sudah ereksi sejak tadi.

“Ji ahh Jihoon.” Racau Caca saat vaginanya kembali basah dan lengket.

Mendengar rengekan Caca yang dia tahu minta di masuki membuat Jihoon frustasi apalagi dengan gerakan Caca di penisnya yang semakkn tak karuan.

Caca menangis meminta Jihoon memasukinya.

“Aahh Ji, Jihoon ahhh aku mau ngentot cepet ahhhh.”

“Persetan!” Jihoon mengubah posisi menjadi berdiri lalu menyandarkan punggung Caca ditembok.

Mengangkat kedua kaki Caca dengan tangannya lalu menghujam vagina Caca dengan penisnya.

“Yes, like this ah ngen- tot ahhh aku suka sayang kencengin ahh.” Desah Caca membuat Jihoon menggenjot lubang perempuannya dengan keras.

“Cuddle nya bentar ya sayang, aku entotin kamu dulu sampe capek ahh.”

“Iya gapapa, AHH YES GITU JI AHH.” Teriak Caca karena Jihoon kembali menumbut G-Spotnya membuatnya pusing karena dihujani kenikmatan tiada tara.

“Aku bakal entoton kamu sampe malam.”

“Iya, gapapa ahh aku mau entot aku terus ahhhh Jihoon.”

image