declipsee

Ketiga bersaudara itu lari tergesa-gesa..

“Lo sih no, banyak gaya. Telat kan.” Omel Jungwon, sedangkan yang di omelin cuma memasang wajah kecut.

“Udah ah jangan berantem, ayo cepet entar makin telat.” Niki menarik kedua tas abangnya yang berdebat itu hingga hampir terjengkang.

Disisi lain, Riana dia menatap gerbang sekolahnya. Dari tadi ketiga adiknya belum terlihat, pasti mereka terlambat.

Tiba-tiba..

“LOH KAK PLEASEE LEMME IN” Jungwon merengek kepada kedua seniornya.

“Kak kita kan telat 10 menit doang.” Sambung Suno, sedangkab Niki hanya bersandar di tiang listrik tak jauh dari gerbang melihat kedua abangnya.

“Gabisa! Enak aja telat 10 menit doang. Lo kira ini sekolah nenek moyang lo?” Tolak siswa ber-name tag Jay itu.

“Lu jangan kasar amat napa Jay, kasian anak orang ih. Yang cewek aja lo ijinin masuk masa mereka engga.” Bela Sunghoon, namun Jay hanya menggeleng.

“TETEHHHHHH” Teriak Suno dan Jungwon saat melihat keberadaan kakaknya.

Jay dan Sunghoon berbalik.

“Eh please masukin adek-adek gue dong, lagian mereka kesini naek bis. Lo tau kan kalau naek bis gimana ribetnya, mereka pasti gabakal ngulangin itu kok besok.”

Sunghoon plongo, dia sudah dua tahun bersekolah di SMA Belift tapi baru kali ini dia melihat gadis itu. Cantik.

“Eh iya, gue bukain” Sunghoon mencoba membuka pagar namun ditahan oleh Jay.

“EEEHHH GADA GADA. JANGAN NEPOTISME DONG!”

Riana mengernyit. “Kok lu nyolot? Gue kan minta baik-baik?”

“Lu mukanya ngapa songong gitu?” Jay maju berniat mengintimidasi Riana, namun dia salah telah berpikir seperti itu.

“Bang? Hati-hati, teteh saya sabuk hitam loh.” Celetuk Niki diseberang membuat Jay mengulum bibirnya lalu sedikit memundurkan dirinya.

“Eh Na, kenapa?” Heseung dan Jake datang karena melihat ada yang tidak beres.

“Ini bang, masa adek-adek gue gadibolehin masuk padahal telat dikit doang. Lagian lo tau kan bang, mereka naek bis. Tadi juga gue awasin sebelum mereka ada anak cewek dibolehin masa adek gue kaga.”

Jay melotot. “lu jangan fitnah”

“kaga fitnah bang, its a fact.” Kata Sunghoon.

“Jay, bukain gerbang”

“Lah bang?!”

“Ck bukain aja.”

Jay menaikkan ujung bibirnya kesal. Riana tersenyum kearahnya, mengejek.

Akhirnya ketiga bersaudara itu masuk kedalam sekolah.

Jay berdiri dengan kedua tangan disaku celananya. Mengamati ketiga minion yang lewat, melihat name tag mereka.

Jungwon melewati Jay dengan senyuman ramah tapi yang Jay tau senyuman itu untuk mengejek dirinya.

Suno, anak itu bahkan menjulurkan lidahnya.

Sedangkan Niki, tersenyum tidak seramah Jungwon. Tidak, memang tidak ramah. Meremehkan lebih tepatnya.

Jay menatap Riana dengan ketiga adiknya yang sama menyebalkannya.

“Macam ibu-ibu ngaterin anaknya, dih. Kesel banget gue.”

“Tapi cakep tau Jay.” Sunghoon mendorong bahu temannya itu. Jay tersenyum kecut.

08

Juyeon memasuki rumahnya dan melihat ayahnya memakai setelan hitam. Tapi, siapa peduli? Dia hanya melenggang melewati pria paruh baya itu.

“Lee Juyeon” Juyeon berhenti, bukan hal biasa jika ayahnya menyebut namanya sepelan itu. Biasanya juga teriak pikir Juyeon.

“Apa?”

“Meski kamu tidak menyukai Lila, setidaknya kamu hadir kepemakamannya hari ini.”

Juyeon mengerutkan dahi. “Pemakaman?”

Ayahnya menghela napas berat. “Kamu tidak tahu? Tiga hari lalu dia menghilang dan kemarin jasadnya ditemukan di sungai dekat pelabuhan.”

Juyeon mematung, tiga hari yang lalu adalah saat terakhir dia menemui Lila, membuat gadis itu menangis dan meminta gadis itu menghilang.

Dia tidak menyangka, kata menghilang yang diiyakan gadis itu adalah menghilang dari dunia. Padahal bukan itu maksud Juyeon, dia hanya ingin gadis itu tidak mengganggunya lagi.

Juyeon mengerjapkan kedua matanya, dan kemudian menyadari. Dia memang lelaki brengsek.

06

Juyeon sedang berada di depan bar, dia sangat pusing berada di rumah. Terlebih jika gadis itu berkunjung ke rumahnya. Segala cara telah Juyeon lakukan, namun gadis itu tetap tidak menjauh darinya.

Sampai suatu ide melintas di kepalanya. Dia menelfon Lila.

“Dimana? Bisa kesini ga?”

“Gue sharelock

Juyeon mengirimkan alamat bar itu kepada Lila.

Tak lama kemudian, Juyeon melihat sosok Lila di pintu bar yang masuk denga ragu namun saat matanya menangkap sosok Juyeon dia tersenyum.

Tetapi yang dilakuka Juyeon adalah menarik wanita yang menuangkan minuman ke gelasnya dan mencium gadis itu.

Saat itu juga, air mata Lila mengalir. Dia berbalik, dan keluar dari bar.

Juyeon tersenyum miring lalu memutuskan untuk menghampiri gadis itu.

“Kenapa kabur?”

Lila enggan menatap Juyeon, dia hanya menatap jalanan kosong di depannya.

“Kamu cowok brengsek Juy.”

“Bukannya dari dulu?” Juyeon tertawa meremehkan gadis itu.

Lila menatapnya nyalang. “Kamu tau ga sih? Ini udah keterlaluan Juy, kamu ga ngehargain aku? Kamu kalau gasuka sama aku ga gini caranya!”

Juyeon mengernyit mengejek. “Bukannya lo tulus? Lah terus apa masalahnya?”

“Aku memang tulus sama kamu, aku cuma kecewa. Buat bikin aku menjauh, kamu milih cara memalukan kek gini.” Lila tersenyum miring.

“Padahal kamu bisa bilang sama aku apa yang kamu mau, apa yang harus aku lakuin. Bukan kaya gini.”

“Yaudah, gue minta lo menghilang dari hidup gue selamanya.” Juyeon mengangkat kedua alisnya menunggu persetujuan dari Lila.

Dengan ragu Lila mengangguk.

“Oke, aku bakalan hilang dari hidup kamu. Selamanya.” Lila menunduk, lalu mencoba memberanikan diri mengangkat kepalanya.

“Izinin aku meluk kamu kali ini Juy, buat perpisahan.”

Juyeon merentangkan tangannya. “Sure”

Lila mendekati Juyeon. Namun bukannya memeluk, Juyeon meraih tengkuk gadis itu, lalu mencium bibirnya. Lila terkejut dan langsung mendorong Juyeon.

Ups sorry, last present” Lelaki itu mengendikkan bahunya, lalu kembali memasuki bar meninggalkan Lila yang menangis sendirian.

04

Juyeon menapakkan kaki di rumahnya lagi setelah tiga hari tidak pulang.

Setelah insiden di mobil yang ternyata membuat Lila menangis dan sesampainya dirumah gadis itu dia mendapat bogeman dari ayah Lila dan sialnya ayah Lila memberitahu ayahnya yang membuatnya mendapatkan dobel.

“Juyeon!” Suara berat ayahnya memenuhi indra pendengarannya saat kakinya melewati pintu masuk.

“Darimana saja kamu? Hari ini ulang tahun kamu, dan Lila sudah menyiapkan semuanya.” Juyeon menghela napas. Gadis itu lagi.

“Juy, happy birthday” Lila membawakan kue ulang tahun yang dibelinya untuk Juyeon.

Lelaki itu menatapnya tajam, lalu mendorong bahu Lila membuat gadis itu maupun kuenya terjatuh.

“LEE JUYEON!” Bentak ayahnya.

“Maaf pa, saya tidak suka diperlakukan seperti ini. Saya bukan robot yang bisa dijual kesiapapun dan disuruh melakukan apapun.”

“LEE JUYEON! JAGA BICARAMU!” Ayah Juyeon menghampirinya, Juyeon sudah siap. Sudah siap tangan itu kembali menampar dirinya.

Tetapi..

“Lila!” Tamparan itu mengenai Lila yang tiba-tiba berdiri di depan Juyeon.

Lelaki itu hanya berdiri melihat Lila tersungkur. Dengan senyuman miring di wajahnya, Juyeon melangkah keluar rumah.

Lila kesakitan, namun Juyeon tidak peduli. Toh bukan urusannya.

“LEE JUYEON! ANAK KURANG AJAR KAMU!” Namun Juyeon tetap berjalan, tak peduli teriakan ayahnya.

01

Disinilah Juyeon berada, di toko buku bersama gadis yang mau tidak mau harus bersamanya setiap saat. Satu alasan, bisnis. Juyeon tidak setuju, tetapi mau sekeras apapun dia menolak, perintah ayahnya akan selalu menjadi hal yang tak terbantahkan. Gadis itu memang cantik tetapi terlalu manja, apa-apa harus bersama dirinya, Juyeon muak dengan tipe gadis yang suka merengek apalagi jika Juyeon menolak menerima ajakannya, gadis itu pasti akan selalu membawa ayahnya.

“Juy, dari judulnya bagusan yang kiri apa yang kanan?” Gadis itu menunjuk dua buku yang membuatnya bimbang.

“Serah” Juyeon membuang wajahnya kearah lain. Sudah hampir 2 jam dan gadis itu belum juga memutuskan buku mana yang akan dia beli.

“Yaudah dua-duanya aja. Yuk kekasir.” Gadis itu menarik lengan Juyeon namun langsung ditepis oleh lelaki itu.

“Gerah”

Gadis itu tersenyum mengerti.

“Mba, saya yang ini ya.” Dengan ramah, gadis itu memberikan buku yang dipegangnya ke kasir. Dia merogoh tasnya, mencari sesuatu yang tak kunjung dia temukan.

Dia berbalik menatap lelaki yang masih saja memasang wajah datar.

“Juy, dompet aku ketinggalan.” Gadis itu menggigit bibirnya, takut-takut melanjutkan omongannya. “Boleh pinjam uang ga?”

Juyeon menghela napas, meraih dompetnya di saku celana lalu menyodorkan sebuah kartu kepada kasirnya dengan cepat.

“Makasih Juy.”

Juyeon berjalan keluar dari toko buku sesaat setelah kartu kreditnya dikembalikan.

“Juy tungguin.” Gadis itu berlari.

Di dalam mobil, gadis itu melihat dompetnya di atas dashboard dia tersenyum lalu mengambil beberapa lembar uang disana.

“Nih Juy.”

“Apaan?”

“Uang kamu, aku ganti.” Dia mengulurkan tangannya namun Juyeon mendorongnya kembali.

“Gausah.”

“Loh tapi kan tadi aku pake uang kamu, entar kamu mau beli sesuatu kurang lagi. Nih ambil aja.” Gadis itu memaksa agar Juyeon mengambil uangnya.

“LILA!” Bentak Juyeon. “Gue udah bilang gausah ya gausah! Susah banget sih dibilangin!”

“Juy..” Suara Lila bergetar, ini pertama kalinya dia dibentak. Bahkan ayahnya tak pernah melakukan itu.

“Lo itu mau caper jangan sama gue deh, ga mempan. Muak gue sama cewe modelan lo, dikit-dikit ngerengek bawa-bawa bokap. Mandiri bisa ga sih? Gue tau lo lebih kaya dari gue, duit bokap lo lebih banyak makanya bokap gue ngejual gue ke lo biar bisnisnya lancar! Dan lo dengan gatau malu nerima itu dan masih manja-manjaan ke gue? Jijik tau ga!” Setelah kata terakhir yang dia ucapkan, Juyeon maupun Lila membisu. Lelaki itu menancap gas mobilnya keluar dari parkiran.

The Day

Caca menemukan gelang di kotak rias miliknya. Punya siapa?

“Eh bagus banget gelangnya, coba gue liat.” Alexa memegang gelang itu ke udara.

“Lexa?” Suara wanita paruh baya itu menghentikan kegiatannya.

“Tante?”

“Yaampun gelangnya ada dikamu?” Alexa serta Caca memasang wajah bingung.

“Iya ini gelang tante, tante kasih ke Sunwoo tahun lalu. Tante suruh dia ngasih gelang ini ke cewek yang dia sayang. Biar tante tau siapa calon menantu tante, pasti dia udah ngubah ukurannya buat dikasih ke kamu. Syukur deh. Dipake ya sayang?” Ucap Ibu Sunwoo.

“Caca? Semoga lancar ya nak? Tante ga nyangka bisa liat kamu tunangan bareng Sunwoo. Kalian emang sahabat sejati.”

Caca tersenyum. “Makasih tante.”

Ibu Sunwoo meninggalkan mereka berdua. Alexa mencoba memasang gelang itu di tangannya namun gagal. Gelang itu kekecilan untuknya. Dia mengendikkan bahu.

“Lexa? Yuk keluar? Udah mau mulai.” Alexa iseng menarik tangan Caca dan memasukkan gelang itu. Pas. Gelang itu tampak indah ditangannya.

“Ih apaan sih, ini kan gelang lo Lexa.” Caca menarik gelang itu keluar lalu mengembalikannya kepada Alexa.

Alexa terdiam, dia mengerti sekarang.

~~

Caca dan Sunwoo kini saling membantu menghias panggung karena sebentar lagi acara pertunangan mereka akan dimulai.

“Haknyeon mana si.” Caca menatap kesana kemari mencari keberadaan Haknyeon.

“Ca? Haknyeon gada ya?” Caca mengangguk gelisah.

“Alexa juga.”

Caca mengernyit. “Loh tadi sama gue di ruang make up.”

Tiba-tiba lampu sorot menyorot sosok Alexa di mimbar MC. Alexa tidak mengenakan gaunnya. Haknyeon muncul setelahnya, dan dia juga melepas setelannya.

Caca dan Sunwoo saling menatap, mereka bingung.

“Gue mau ngomong sesuatu, gue mau minta maaf. Ca? Maafin gue. Nu? Maafin gue juga.” Keduanya masih memasang wajah bingung menatap Alexa yang berbicara. Haknyeon pun menggantikan gadis itu. “Gue juga, mau minta maaf sama kalian. Maafin kita udah jadi penghalang perasaan kalian.” Caca terkejut. Begitupun Sunwoo dan semua orang yang ada disana. “Kita tau, kalian saling sayang kan? Maafin kita, kita gasadar. Nu? Semalam lo bilang kan? Perasaan tulus tuh pengorbanan, tapi ga gini juga Nu. Gue gamau, gara-gara gue lo relain semuanya. Karena gue udah ngerasain itu dan gamau liat orang lain ngerasainnya. Jadi gue mau mundur dari pertunangan ini.”

Caca menangis, dia tidak menyangka Haknyeon akan mengatakan itu.

“Nu? Maaf ya? Gue terlalu maksain kita, sampe gue ga sadar perasaan lo bukan buat gue. Gue tau, gue sadar sekarang. Cinta lo cuma buat Caca.” Alexa menatap Ibu Sunwoo yang menatapnya bangga. “Tante, tante mau tau calon menantu tante kan?” Alexa berjalan mendekati Caca, memasangkan gelang itu ditangannya. Sunwoo terkejut. Dia memang mengubah ukuran gelang itu menjadi ukuran Caca, tapi kenapa bisa ada sama Alexa?

Alexa tersenyum. Dia mengambil tangan Caca dan Sunwoo lalu menyatukannya. “Kalian jangan paksain buat bikin orang bahagia. Diri kalian nomer satu. Ca? Lo beruntung, bisa punya Sunwoo dalam hidup lo. Sahabat dan cinta itu hal paling indah.”

Sunwoo tersenyum. “Lexa? Lo mau kan jadi sahabat gue?” Alexa menganggu dan menangis bahagia.

Caca menatap Haknyeon yang juga ikut mendekati mereka. “Haknyeon?”

“Gapapa Ca, gue gamungkin ngehalangin perasaan kalian. Go ahead” Haknyeon memberikan cincin yang dia beli untuk Caca kepada Sunwoo.

“Haknyeon.” Caca memeluk Haknyeon yang tersenyum padanya.

Dia kembali melukai perasaan orang lain, Alexa dan Haknyeon adalah orang yang dia sayangi.

Sunwoo merangkul Haknyeon, Alexa pun ikut kedalamnya.

Mereka tertawa.

“Wah, penantian lo selama bertahun-tahun akhirnya kewujud Nu? Meski ada sedikit omelan dari gue.” Hwall tertawa, melihat sahabatnya itu. Dia jadi ingat bagaimana perjuangan Sunwoo mendapatkan seorang Caca. Dia kira, perjuangan itu akan berakhir saat dia menerima dua undangan pertunangan sekaligus. Namun takdir berkata lain.

Pada akhirnya, Sunwoo dan Caca disatukan meski dengan berbagai rintangan dan sakit hati.

Meski mereka bulan dan matahari yang tak pernah bisa berada dalam satu langit yang sama, tapi mereka bisa saling mengisi satu sama lain.

I love you my sun

I love you more, my moon

Sunwoo dan Caca akhirnya bertukar cincin, dan resmi bertunangan hari itu.

H-1

Haknyeon mendatangi Sunwoo yangs sedang bermain bola.

“Nu”

“Hm”

“Gue boleh nanya ga?” Sunwoo masih menendang bola, tak terlalu memerdulikan Haknyeon.

“Tentang Caca.” Sunwoo berhenti lalu menatap Haknyeon.

“Nanya apaan?”

“Caca ada cerita-cerita ga sih sama lo?” Haknyeon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Cerita apaan?”

“Ya apa kek gitu, soalnya belakangan ini dia kayak lagi mikirin sesuatu dan seribg banget natap gue ragu. Gue takut dia belum siap punya ikatan sama gue.” Sunwoo menunduk, dia sepertinya tahu alasan sikap Caca itu.

“Nyeon, setiap cewek emang gitu. Sebelum hari istimewanya, dia bakalan banyak pikiran. Ya meski bukan pernikahan, tapi ini tanda kalau dia bakalan ngejalin hubungan lebih serius. Dia cuma khawatir gabisa jadi yang terbaik.”

Haknyeon mengangguk. “Lo gapernah gitu suka sama Caca?”

Sunwoo menatap Haknyeon dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

“Ya setau gue, gada persahabatan yang wajar antar dua lawan jenis. Masa iya cewek secantik dan sepinter Caca ga narik perhatian lo? Lo emang ikhlas gue ngejalin hubungan serius sama sahabat lo?”

Sunwoo tersenyum, ternyata Caca tidak menceritakan hal itu kepada Haknyeon.

“Nyeon, mau gue suka atau sayang sama Caca itu ga ngubah apapun. Perasaan tulus tuh saat lo bisa ikhlas, perasaan bukan soal harus memiliki, bukan harus ada balasan, tapi saat lo rela liat dia bahagia meski bukan sama lo. Itu yang gue lakuin buat sahabat gue.” dan cinta gue Sunwoo menghela napas lalu pergi meninggalkan Haknyeon.

“Lo dan Caca adalah wujud perasaan tulus itu Nu.”

Dirumah Caca

Ketukan pintu membuat Caca bergegas membukanya. Itu pasti Sunwoo.

“Hai?” Sunwoo berdiri dengan canggung, setelah dua tahun dia kembali lagi ke tempat ini.

“Eh masuk Nu, duduk aja dulu gue bikinin minum.” Tapi Sunwoo menarik tangan Caca dan memeluknya.

“Eh lo kenapa?”

“Biarin gini dulu, gue kangen sama lo.” Caca menegang, pertama kali mereka bertemu dia tidak setegang ini saat dipeluk Sunwoo.

Jantungnya berdetak kencang.

“Gue sayang sama lo Ca.” Deg. Jantung Caca yang tadinya berdetak kencang serasa terhenti namun dirinya mencoba bersikap biasa.

“Kita kan sahabat.”

“Lo tau Ca maksud gue.” Caca membulatkan matanya.

Mendongak menatap Sunwoo yang menatapnya juga.

“Gue sayang Ca sama lo.”

“Nu, lo ingat ada Alexa sama Haknyeon kan? Terus dua minggu lagi...”

“Ssssstttt, jangan bahas mereka berdua dulu. We are most important

Caca bingung. Bagaimana ini? Apa yang harus dia lakukan? Dia merasa senang, namun disisi lain dia tidak mungkin menyakiti hati dua orang sekaligus.

“Gue mau mastiin, gimana perasaan lo ke gue? Apa masih sama?”

Caca gugup, dia mau menjawab iya namun nuraninya menolak.

“Jujur Ca.”

Gadis itu menunduk, tak mampu menatap mata Sunwoo yang bisa-bisa membuatnya menangis. Tatapan Sunwoo, dua tahun lalu sebelum kejadian itu kembali. Sunwoo, her sun her bestfriend are back.

“Gue juga.”

“Lo juga apa?”

“Gue.. juga.”

“Apa?”

“Sayang sama lo.”

Sunwoo tersenyum, kembali memeluk Caca. Mereka melepad rindu satu sama lain meski ada perasaan gelisah seperti melakukan dosa besar.

Setelah itu, mereka membuat kesepakatan dan menangis bersama.

Ulang Tahun Alexa

Alexa tersenyum saat Caca dan Haknyeon tiba. Mereka mengucapkan selamat atas bertambahnya usia gadis itu.

Sunwoo, dia berada di tiang taman berdiri menatap Caca yang tertawa bersama Haknyeon. Dia cemburu. Bahkan lebih besar daripada melihat Caca bersama Bomin dulu.

Mereka bersenang-senang, menari dan bernyanyi. Sunwoo memutuskan untuk menyumbangkan sebuah lagu. Ditengah alunan suara Sunwoo yang merdu hujan turun dengan tiba-tiba, membuat semua orang berlarian mencari tempat berteduh begitupun Caca namun Sunwoo tiba-tiba menarik tangannya sehingga gadis itu menabrak dirinya.

Tatapan mereka saling terpaku. Hingga sampai saat Sunwoo sampai di reff dia menahan pipi Caca agar tak melihat kearah lain, hanya padanya.

How could I tell you I loved you When you were so happy With some other guy? Now I realize you were the only one It's never too late to show it Grow old together Have feelings we had before When we were so innocent

Alexa yang mendengar itu, terpaku. Apakah itu pengakuan Sunwoo?

Namun tiba-tiba alunan nada berganti.

Sunwoo melepas genggamannya pada Caca dan bertingkah seolah apa yang dia lakukan hanyalah candaan.

My first love, broke my heart for the first time And I was like baby, baby, baby oh Like baby, baby, baby no Like baby, baby, baby oh I thought you'd always be mine, mine Baby, baby, baby oh Like baby, baby, baby no Like baby, baby, baby ooh I thought you'd always be mine, mine

Membuat Alexa dan Haknyeon ikut bersama mereka. Mereka kembali bersenang-senang, namun tidak dengan Caca. Dia menjauh, hatinya mengatakan bahwa Sunwoo mengharapkan sesuatu darinya lewat lagu tadi.

apaansih

Caca menghela napas. “Xa, Haknyeon gabisa katanya. Lagi banyak cust” gadis itu cemberut.

“Yaudah gapapa. Tunggu Sunwoo aja.”

“Yeu lo jadiin gue obat nyamuk?”

Alexa tertawa, mengendikkan bahu. “Sorry, lagian lo kenapa ga nerima Haknyeon aja si. Kasian anaknya nungguin.”

Raut wajah Caca berubah, dia bukannya tidak mau menerima Haknyeon. Haknyeon lelaki yang baik, hanya saja dia masih berharap kepada Sunwoo. Meski dia tahu hal itu tidak mungkin karena sudah ada Alexa. Dia hanya tidak ingin menjadikan Haknyeon pelampiasa, apalagi tepat sebelum Haknyeon bertemu dengan dirinya lelaki itu juga dalam keadaan terluka karena keegoisan seorang gadis bernama Nata. Dari cerita Haknyeon, gadis itu menyukai sepupu Haknyeon namun ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan. Sedangkan Haknyeon yang sering berada disampingnya saat itu mengakui perasaannya namun ternyata gadis itu malah melampiaskan kekecewaannya kepada Haknyeon. Caca bergidik, ternyata ada gadis jahat lain diluar sana selain dirinya.

“Oit, kok ngelamun?” Sebuah lengan bergelayut di bahunya, Sunwoo.

“Eh lo udah dateng?”

“Haknyeon mana Ca?”

“Banyak cust katanya.” Caca lesu, ini artinya seharian dia harus melihat kemesraan Sunwoo dan Alexa.

“Yaudah sama kita aja.”

Caca melepaskan lampiran lengan Sunwoo dibahunya lalu berjalan dengan cepat. Sunwoo dan Alexa tersenyum. Alexa menghampiri gadis itu dengan antusias, agar gadis itu tidak merasa sedih.

Namun karena berjalan terlalu banyak gaya, Alexa dan Caca tidak sadar mereka mulai masuk ke tengah jalanan.

Hingga sebuah motor menyenggol lengan Caca yang kebetulan posisinya diluar.

“CACA!” Sunwoo berlari menghampiri gadis itu.

“Lo gapapa?” Sunwoo memegang kedua bahu gadis itu, memeriksa apakah ada luka atau cedera lainnya.

“Nu gue gapapa, kesenggol doang.” Namun Sunwoo tetap terlihat panik.

Alexa datang membawa sebotol air mineral. Sunwoo masih berjongkok dihadapan Caca, masih khawatir.

“Lo serius gapapa Ca?” Caca tertawa, menyodorkan air mineral tadi kepada Sunwoo.

“Yang musti minum tuh lo deh Nu, nih minun dulu.” Sunwoo sempat menolak namun Caca memaksanya. Alexa melihat itu.

“Nu? Udah mendingan?” Sunwoo mengangguk, mengatur napasnya.

“Gue mau nanya deh Nu, kalau misalnya ada kecelakaan dan korbannya gue sama Caca dan cuma satu yang bisa lo selamatin lo milih siapa?” Caca mengernyit mendengar pertanyaan Alexa. Sedangkan Sunwoo tersenyum.

“Lexa! Lo apaan sih? Kok nanya kayak gitu?”

Alexa tersenyum. “Gue mau tau aja, Sunwoo milih nyelamatin cintanya atau sahabatnya.”

“Lexa, kalau gue ada diposisi itu gue bakal nyelamatin kalian berdua dan ngorbanin diri gue. Biar gue aja yang ngalamin kecelakaan itu, biar cinta sama sahabat gue selamat.”

“Lo pada kenapasi? Kok malah bahas ginian?” Emosi Caca tersulut, entahlah sepertinya dia sedang sensitif.

“Cintalah, sahabatlah, kecelakaan lah, bisa ga sih ga ngomong aneh-aneh!” Caca berdiri lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

“Ca? Ca dengerin gue dulu, gue kan cuma nanya Ca.” Alexa mengejar Caca, mencoba menenangkan gadis itu.

“Gue udah lakuin hal yang bener Ca, gue nyelamatin cinta dan sahabat gue. Lo.” Sunwoo menghela napas, dia merasa bersalah kepada Alexa. Setelah pertemuannya dan Caca tiga bulan lalu dan keputusan mereka untuk kembali bersahabat with no hard feelings membuat perasaannya untuk gadis itu kembali terasa. Dia merasa menjadi lelaki jahat, dia sadar dulu saat memutuskan menjalin hubungan dengan Alexa itu karena dia merasa putus asa tidak bisa melupakan Caca meski gadis itu menyakitinya. Apalagi saat tak sengaja melihat foto Bomin yang semakin hari semakin brengsek membuatnya menyesal meninggalkan Caca.

Dia jadi ingat apa yang dikatakan Hwall beberapa hari yang lalu.

Alasan lo pergi karena lo ngerasa kecewa Nu, bukan karena lo benci sama Caca. Lo masih punya perasaan itu jauh di dalam hati lo, pesan gue lo harus hati-hati. Akhir-akhir ini gue liat lo mostly bareng Caca. Kalau perasaan lo balik, gue udah ingetin lo dari awal.

Dan dia akui, perasaannya kembali.