declipsee

  • cipbfip

tw // car accident.

Elsa berjalan lunglai menyusuri jalanan.

Air mata nya mengalir deras. Dia terlihat sangat kacau.

Elsa menatap seberang jalan dengan tatapan kosong.

Menabrak setiap orang di keramaian.

Dia mengambil hapenya berniat menghubungi Jake agar lelaki itu mengantarnya bertemu Sunghoon hingga satu hentakan di bahunya membuat membuat benda pipih yang tadi di genggamnya terlempar ke arah jalan.

Elsa berlari mengambil hapenya menghela napas lega karena hapenya baik-baik saja. Dengan cepat dia mengetikkan beberapa pesan disana.

Elsa berniat beranjak dari sana namun, baru selangkah dia bergerak tiba-tiba sebuah hantaman terasa pada tubuh bagian kanannya membuat tubuhnya terangkat.

Elsa mencoba mencerna kejadian yang terjadi begitu cepat itu.

Dia tidak tahu harus apa hingga tubuhnya kembali menabrak aspal dan kepalanya terasa sangat berat.

Penglihatannya memudar, orang-orang mulai mengerumuninya.

“Tolong.”

Kata terakhir yang diucapkannya sampai akhirnya dia kehilangan kesadaran.

  • cipbfip

Jenny tersenyum menyambut Elsa yang langsung duduk di hadapannya.

“Langsung aja Jen, gue buru-buru”

Jenny mengangguk. “Elsa, aku tau kamu deket sama Sunghoon. Dia baik kan sama kamu?”

Elsa mendengus geli. 'baik' ?

“Hari itu aku ga sengaja liat reply-an temen aku di base kampus yang ternyata lagi ngebahas kamu sama Sunghoon. Makanya abis itu aku inisiatif buat hubungin Sunghoon lagi.”

Elsa mengernyit. Baru saja dia membuka mulutnya namun kalimat selanjutnya dari Jenny membungkam dirinya.

“Sejak hari itu, Sunghoon jadiin aku tempat curhat buat cerita tentang kamu.”

“Sunghoon, cerita tentang gue?”

Jenny mengangguk antusias mengiyakan pertanyaan Elsa.

Gadis itu masih bingung, kenapa Sunghoon membicarakan dirinya kepada mantannya yang bahkan belum bisa dia lupakan? Elsa masih belum mencerna maksud dari perkataan Jenny.

“Sunghoon sebenernya sayang Sa sama kamu.”

Deg. Jantung Elsa seakan berhenti. Nafasnya tercekat.

Hal yang sangat tidak mungkin baginya kini terdengar indra pendengarnya.

Dia menggeleng pelan. “Engga Jen, Sunghoon masih sayang sama lo.”

Jenny tersenyum. Terdengar helaan napas disana. “Elsa, aku tau kamu gabakal percaya karena dulu pun aku gapercaya sama dia. Kamu tau kan? Sunghoon itu orangnya gimana? Dia dingin dan gabisa nunjukin perasaannya. Ego dia yang tinggi selalu setting diri dia biar bisa keliatan keren tapi sebenernya dia cuma gatau cara ungkapin perasaannya gimana. Kamu tau? Alasan aku putus sama Sunghoon apa kan?”

Elsa mengangguk. Dari rumor yang beredar di SMA nya dulu, alasan Sunghoon dan Jenny putus adalah karena Jenny selingkuh.

“Pikir aja, aku pacaran satu tahun lebih tapi dia manisnya pas banyak orang aja. Kalo berduaan doang dia gamau. Aku juga gatau alasannya apa, tapi setelah bicara sama dia akhir-akhir ini aku akhirnya tau ini cara dia ngejaga orang yang dia sayang. Aku akuin Sunghoon itu nyaris sempurna Sa, tapi satu cara dia ngejaga orang yang dia sayang salah. Dia selalu narik garis batas saat dia bareng kamu biar kamu ngerasa kamu adalah cara dia biar kamu ga terikat sama dia. Sunghoon itu kena syndrom thantphobia Sa.”

Mulut Elsa menganga. Satu kenyataan lagi yang sangat mengejutkan.

“Setelah ketemu aku, dia ngilang kan? Aku ngajak dia buat konsul ke psikolog. Tapi ya dia tetap teguh sama pendiriannya. Dia terlalu takut kehilangan kamu makanya dia narik garis itu. Kata-kata dingin yang dia ucapin adalah salah satu cara dia biar kamu ga terlalu terikat karena ya dia takut.”

Pikiran Elsa kembali terputar tentang bagaimana Sunghoon selalu memberinya batasan.

Elsa jangan sayang sama gua, lu bakalan sakit

Ternyata sakit itu yang dia maksud. Sakit karena kehilangan orang yang dia sayangi.

Air mata Elsa mulai menetes.

“Jadi aku putusin buat ngomong ini sama kamu Sa.”

Elsa mengangguk mengerti. Pikirannya kacau. Dia beranjak, menatap Jenny dengan senyuman.

“Makasih ya Jen? Gue mau ketemu Sunghoon dulu.”

Jenny mengangguk menyetujui berharap hubungan Elsa dan Sunghoon akan menemukan jalan keluar.

Dia mengambil hapenya, memberi kabar ini kepada Sunghoon.

  • cipbfip

Elsa berjalan lesu keluar dari apartment miliknya.

Tak jauh dari tempatnya berdiri ada Jake yang melambaikan tangannya.

Elsa mengernyit. “Lo naik apaan kesini?”

Lelaki itu terkikik. “Bus, kita sepedaan yuk. Di sebelah kan ada tempat nyewa sepeda.”

Elsa tersenyum.

Tangannya ditarik oleh lelaki itu membuat dirinya berpikir banyak hal.

Apa alasan dibalik perlakuan Jake selama ini?

Elsa tidak munafik, dia sadar perlakuan Jake selama ini bukan lagi perlakuan seorang teman kepada temannya. Namun, dia tidak mau salah mengira.

Tetapi jika memang benar seperti apa yang dia pikirkan maka dia hanyalah seorang gadis bodoh yang berjuang untuk seorang Sunghoon hingga membuatnya menjadi seperti Sunghoon juga.

“Nih Sa.” Jake menunjuk sepeda yang telah di sewanya.

“Yang ini buat gue, ini lo.” Elsa hanya mengangguk.

Kini mereka menaiki sepeda masing-masing dan bersepeda mengelilingi kompleks di belakang apartment tempat Elsa tinggal.

Jake menatap gadis yang sedang tertawa di depannya.

Gadis itu menertawai fotonya yang diambil Jake saat ditaman.

Cantik.

“Ih ini bagus tapi.” Elsa menyodorkan hape milik Jake agar lelaki itu melihat foto tersebut.

“Yaudsh sini.” Jake merebut hapenya lalu membuka aplikasi blue bird dan mengupload foto Elsa disana.

Mata Elsa membulat. “Kok di post?”

Jake hanya mengendikkan bahunya cuek. “No face, no case kok Sa

“Emang kenapa dah kalo muka gue keliatan?”

Jake menatapnya lekat. “Lo lupa? Lo cewe seleb kampus.”

Kalimat itu membuatnya mendapat pukulan ringan di lengannya.

“Gausah bahas itu ah.”

“Dasar lo.”

“Eh Jake, gue rasa lo harus tau ini deh.”

  • cipbfip

Para gadis menjerit melihat Sunghoon yang menjaga tenant sambil bersikap manis kepada Elsa.

Elsa yang tadinya kesal karena Sunghoon menghilang selama seminggu membuat hatinya meleleh melupakan semuanya begitu saja.

Sunghoon tersenyum manis memberikan toast yang dia beli di tenant sebelah untuk Elsa dan menyelipkan rambut gadis itu ke belakang telinganya agar tidak mengganggu aktivitas memakan toastnya.

Tiba-tiba pandangan tertuju pada seorang gadis yang jalan menghampiri tenant milim Sunghoon dan Elsa.

Semua orang berbisik, bertanya-tanya siapa gadis itu.

“Sunghoon.” Sapanya tersenyum lebar.

“Eh halo Elsa.” Elsa hanya tersenyum tipis menyambut gadis itu.

“Elsa makin cantik ih.” Pujinya antusias.

“Makasih Jenny.” Iya, itu Jenny. Gadis yang pernah— maksudnya menjadi pemilik hati Sunghoon.

Elsa tersenyum miris, dia menatap semua orang yang berbisik.

Matanya memanas, sedangkan Sunghoon hanya mempedulikan Jenny.

Dia berdiri hendak pergi dari sana.

“Eh Elsa mau kemana?” Tanya Jenny yang sadar akan pergerakan Elsa.

Gadis itu menatap Sunghoon, beegeming tak tertarik menahannya.

Elsa berbalik dan berjalan menjauh saat melihat Jenny memegang tangan Sunghoon.

Samar-samar dia bisa mendengar Jenny mengatakan sesuatu kepada Sunghoon.

“Sunghoon, jangan sampe kamu nyesel.”

Elsa tertawa meski air matanya mengalir.

Jenny pasti mengatakan itu agar Sunghoon bisa berpikir dan memilih untuk tidak mengejarnya.

Elsa bahkan sadar bahwa Sunghoon akan memilih Jenny sampai kapan pun.

Lagipula Elsa siapa? Berharap seorang Sunghoon akan meninggalkan Jenny dan meraih tangannya mengatakan untuk tetap di sana. Jangan berani bermimpi kamu Elsa, dari awal kamu sudah tahu hati Sunghoon milik siapa.

  • cipbfip

Jay menatap kedatangan Jake dan Elsa.

Jake yang menyadari itu menyipitkan matanya bingung. “Kenapa lo?”

Jay menarik Jake keluar sekretariat.

“Apa si Jay ampun dah.” Jake menarik tangannya.

Sedangkan lelaki di depannya berkacak pinggang dengan tatapan meneliti.

“Lo ada apaan sama si Elsa?” Cercahnya.

“Ada apaan? Emang ada apa?”

Jay mendecak. “Lo gausah pura-pura gatau Jake, lo tau gue emang gapernah nanya-nanya soal personal baik lo maupun Sunghoon atau bahkan lo berdua cuma nganggep gue orang konyol yang sering bercanda but there i am gue selalu ngamatin kalian semua dan gue tau lo ada sesuatu setiap lo natap Elsa itu beda.” Jay memicingkan matanya.

“Lo suka sama Elsa?”

Jake menghela napas.

“Jake, lo tau kan Elsa cewenya Sunghoon. Gue harap lo ga aneh-aneh.”

“Tenang aja, gue cuma jemput Elsa karena anaknya minta sama gue soalnya Sunghoon gada kabar. Mending lo tanya deh sama Sunghoon, dia kemana. Jangan interview gue, gue bisa ngontrol diri kok.” Jake menepuk bahu Jay lalu masuk ke dalam sekretariat.

Jay menatap punggung temannya itu. Dia hanya tidak ingin pertemanan mereka hancur karena seorang gadis untungnya, Jake bisa mengerti maksudnya.

  • first time -

“Caca gimana semalam?” Tanya Bunda membuat Jihoon terbatuk lalu menatapnya.

Gadis yang dia nikahi kemarin memberikan tatapan bingung pasalnya semalaman mereka hanya diam hingga akhirnya tertidur meski Bundanya membisikkan permintaan sebelum akhirnya mereka masuk ke kamar.

“Kok diem?” Bunda mengerutkan dahinya.

“Jihoon?”

Lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Hanya kekehan yang bisa dia berikan sebagai jawaban.

Caca sedang bersantai di ruang tamu hingga akhirnya Jihoon melewatinya.

“Ji?” Lelaki yang juga suaminya itu berbalik.

“Malam ini...” Ucapnya gugup. “Mau?”

Jelas sekali gelagat suaminya itu menjadi gelisah.

“Kamu, mau?”

'kamu' terdengar sangat asing ditelinganya.

Caca hanya mengangguk malu.

“Sekarang aja gimana?” Tanya Jihoon serius membuat istrinya itu membulatkan mata.

“Kan kita berdua doang, Bunda udah pulang. Jadi gabakal kedengeran siapa-siapa.” Jihoon terkekeh.

Jujur saja, dia juga merasa gugup tapi jika tidak ada yang memulai maka akan sulit untuk menemukan waktu. Bisa saja setelah ini mereka akan melakukannya setiap saat.

Caca berdiri berjalan menuju kamar membuat senyuman di wajah suaminya.

“Kita, ngapain dulu?” Tanya Caca.

Mereka berdua kini duduk di ujung tempat tidur dengan canggung.

Jihoon hanya menatapnya lekat. Mencoba mendekatkan wajahnya. Deru napas Jihoon terdengar sangat jelas saat bibirnya kini mendarat diatas bibir istrinya itu.

Hanya ditempelkan cukup lama. Membuat Caca berinisiatif untuk bergerak lebih dulu.

Jihoon sedikit terkejut saat bibirnya mulai dilumat oleh istrinya. Entah sejak kapan dia mabuk akan hal itu membuat dirinya juga melakukan hak yang sama.

Bahkan tangannya kini menekan tengkuk istrinya. Kedua tangan Caca juga telah dikalungkan di leher suaminya itu.

Jihoon menggigit bibir bawah Caca membuat istrinya melenguh dan memberi akses untuk lidahnya masuk lalu bermain disana.

Caca mulai menggeser tubuhnya ketengah kasur lalu berbaring.

Tangan Jihoon kini menyusup dibalik piyama istrinya dan meremas payudara Caca pelan.

Tubuh Caca mulai menggeliat merasakan sebuah sensasi aneh mengalir ditubuhnya saat tangan Jihoon mulai menggerayai tubuhnya.

Jihoon menarik diri, menatap Caca yang tengah mengatur napasnya.

Tangan Jihoon masih memijat pelan payudaranya dan dengan jahil memilin putingnya membuat Caca setengah menganga mengekspresikan kenikmatan baru yang diberikan suaminya.

“Ah.” Mata Caca membulat mendengar desahan itu keluar dari bibirnya.

Jihoon tersenyum senang. Tangannya mulai bergerak membuka piyama istrinya.

Tak tinggal diam Caca juga melakukan hal yang sama.

Sehingga mereka kini tak terbalut sehelai kain pun.

Caca yang merasa malu mengalihkan pandangannya serta mencoba merapatkan kedua kakinya namun tertahan oleh kaki Jihoon.

Dia lupa bahwa sedari tadi kedua kakinya mengangkan dengan milik Jihoon diantaranya.

“Gausah malu sayang.” Caca menutup matanya saat suara musky Jihoon menusuk indra pendengarannya membuat darahnya terasa mengalir begitu cepat.

“Ahh Jihoonn.” Desahnya menatap Jihoon yang tengah mulai meremas payudaranya lagi.

Suaminya itu kembali mencium bibirnya, kini lebih sensual ditambah beberapa jilatan disela ciuman itu membasahi sekitar bibir serta leher jenjang milik Caca.

“Aku selalu mau lakuin ini Ca.” Ucap Jihoon lalu menciumi leher istrinya dan memberikan tanda kepemilikan disana.

“Ahh geli.” Ujar Caca malu.

Jihoon hanya terkekeh gemas.

Dia menyusu di payudara istrinya membuat Caca menggeliat.

“Ca aku pernah baca katanya sebelum dimasukin harus basah dulu.” Caca mengangkat kedua alisnya menatap Jihoon bingung.

“Gimana cara- Ahhh kamu ngapain nngghh.” Ucapan Caca terpotong saat Jihoon menekan klitorisnya membuat kedua kakinya otomatis merapat namun tangan kekar milik Jihoon tak tinggal diam.

Dia duduk dan menahan kaki istrinya agar tidak menutup lalu melanjutkan aksinya dengan memasukkan satu jari ke lubang milik istrinya membuat Caca kehilangan kewarasan.

Dia menggeliat, melengkungkan badannya serta membusungkan dadanya mencoba mengekspresikan kenikmatan yang diberikan suaminya itu.

“Kamu suka kan sayang?”

Caca mengangguk tak karuan. Tangannya mulai meremas payudara nya sendiri.

“Ahh Jihoon kamu belajar dari mana nnghh curangghh sshh.”

“Aku abis nonton tadi hehe.”

“Aku mau sekarangghh ahh, ayoo aku mauu.”

Mohon Caca menatap Jihoon yang akhirnya mengeluarkan tangannya yang basah karena cairan milik istrinya itu.

“Tahan ya? Katanya bakalan sakit.” Ingat Jihoon kepada istrinya. Dia kembali mencium bibir istrinya dan tangannya menuntun kejantanannya masuk kedalam lubang kenikmatan itu.

Agak sulit, namun setengah miliknya berhasil masuk. Tubuh Caca menegang, mencoba menerima benda asing itu di dalamnya.

Ciumannya di bibir Jihoon adalah tanda bahwa dia tengah mencoba.

Jihoon mencoba diam dan balas melumat bibir istrinya dengan kasih sayang.

Tangannya meremas payudara Caca membuat lubang dibawah sana kembali basah dan menuntun kejantanannya masuk dengan sempurna.

Tubuh Caca terangkat saat milik Jihoon sepenuhnya memasuki dirinya.

Jihoon menarik diri menatap istrinya itu.

“Ahhh Ji bentar, tahan sayang ahh.”

Jihoon mengangguk menuruti.

Hingga beberapa saat kemudian dia merasakan pinggul Caca mulai bergerak.

“Sayang i'll move, ok?”

Caca hanya mengangguk. Menggigit bibirnya saat kenikmatan dari tusukan Jihoon menembus kewarasannya.

Jihoon memeluk istrinya sambil memompa pinggulnya menghentakkan kejantanannya dengan keras dan semakin lama semakin cepat.

“Ahh ahh Ji yess like that ahh ahh ahh it feels good sayang.” Desah Caca memeluk suaminya erat.

“I wanna squirt Ji.” Jihoon mengangguk menarik diri dari pelukan Caca.

Penyatuan pertama mereka terasa seperti surga, membuat mereka berdua melayang dan menyesal tidak melakukannya sejak kemarin.

Ternyata senikmat ini.

Caca menatap suaminya yang terlihat makin tampan dengan peluh di dahinya.

Jihoon pun menatap Caca tak kalah lekat sambil terus memompa dibawah sana.

Mereka meneriaki nama satu sama lain.

Tangan Caca terulur mengusap peluh suaminya itu.

Mengusap pipinya membuat suaminya tersenyum dengan satu garis yang terbentuk oleh matanya yang juga ikut tersenyum. Dia mengusap mole tepat dibawah mata Jihoon.

Lalu tangannya beralih ke perut berotot milik suaminya. Terbentuk 6 kotak dengan indah disana.

Usapan Caca ditubuhnya membuat Jihoon merinding sehingga membuat gerakan pinggulnya menjadi lebih cepat membuat Caca kembali meneriakkan kenikmatan karena lubangnya diobrak-abrik oleh kejantanan milik Jihoon.

“Sayang i wanna ride you.” Minta Caca.

“Wait, tunggu aku bentar lagi sampe. Ahh Caca.”

Satu tusukan keras membuat tubuh Jihoon menegang menenggelamkan miliknya semakin dalam dan menyemprotkan cairannya disana.

Dia ambruk memeluk istrinya.

“Ih aku masih pengennn.” Rengek Caca menaikkan pinggulnya dan bergerak acak.

Jihoon akhirnya membalikkan posisi tanpa melepas penyatuan mereka.

“Ride me queen.”

Caca tersenyum dan mulai bergerak. Tangan Jihoon membantu memegangi pinggul Caca membuat dirinya mendesah hebat.

“Ahh sayang, you did amazing.”

Caca tersenyum. Memutar, memaju-mundurkan serta menaik turunkan dirinya.

“Ahhh ahh Ji i love this so much.”

“You love my dick or me sayang?”

“I love you both.” Jawab Caca lalu melahap bibir suaminya dengan rakus.

Tangan Jihoon meremas pantat sintal milik Caca menambah sensasi panas.

“Ahhhh Ji aku sampe.”

“Balik badan sayang.”

Caca memutar badannya diikuti dengan Jihoon yang bangun lalu menusuknya dari belakang.

“Ahhh iyaa disitu Ji, nnghhh ahh i love it.” Desah Caca.

“Ahh Ca.” Jihoon merasakan kejantanannya membesar siap menyemprot cairan lagi.

Tusukannya diperkencang membuat keduanya kehilangan kewarasan.

Jihoon kewalahan saat lubang Caca berkedut tanda bahwa dia akan sampai sebentar lagi terasa meremas kejantananya yang juga akan melakukan pelepasan.

“Ahh ahh ahh.”

“Ahhh Park Jihoon hard— ahh yess ngghhh.”

Hentak Jihoon membuat Caca menangis. Ini sangat nikmat.

Hingga satu hentakan keras lagi, Jihoon membenamkan miliknya sedalam mungkin dan Caca mendorong diri kearah Jihoon mengangkat kepalanya. Merapatkan otot dibawah sana.

Caca merasakan kehangatan memasuki dirinya.

Jihoon akhirnya sampai, menembakkan cairan di dalam sana yang sedikit keluar lewat lubang milik Caca.

Keduanya ambruk.

Jihoon memeluk istrinya dengan erat tanpa melepaskan kejantanannya.

“Ih kenapa ga dilepas?”

“Gapapa, biar kamu ga banyak gerak. Ayo tidur.”

Jihoon menarik selimut menutupi badan mereka.

“Ji.”

“Hm? Eh jangan gerak sayang.” Caca hanya terkekeh.

“Coba kita lakuin ini dari kemaren.”

“Gapapa, kan bisa dilakuin lagi besok.”

“Ih kamu nih, aku gabisa jalan entar.”

Jihoon menatap istrinya gemas.

“Kan ada aku, aku bisa gendong kamu. Ngelakuin sambil berdiri juga enak kayaknya, aku liat itu di video yang aku nonton kamu pasti bakalan suka.”

Caca menatapnya terkejut. “Kamu mahhh ih.” Caca menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya.

Jihoon tersenyum, mengecup dahi istrinya.

“Udah ayo tidur.”

Caca memeluk suaminya erat, tersenyum senang atas apa yang Jihoon berikan padanya hari ini.

Mungkin benar kata Jihoon, mereka akan melakukannya setiap hari. Caca tidak akan menolak.

  • first time -

“Caca gimana semalam?” Tanya Bunda membuat Jihoon terbatuk lalu menatapnya.

Gadis yang dia nikahi kemarin memberikan tatapan bingung pasalnya semalaman mereka hanya diam hingga akhirnya tertidur meski Bundanya membisikkan permintaan sebelum akhirnya mereka masuk ke kamar.

“Kok diem?” Bunda mengerutkan dahinya.

“Jihoon?”

Lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Hanya kekehan yang bisa dia berikan sebagai jawaban.

Caca sedang bersantai di ruang tamu hingga akhirnya Jihoon melewatinya.

“Ji?” Lelaki yang juga suaminya itu berbalik.

“Malam ini...” Ucapnya gugup. “Mau?”

Jelas sekali gelagat suaminya itu menjadi gelisah.

“Kamu, mau?”

'kamu' terdengar sangat asing ditelinganya.

Caca hanya mengangguk malu.

“Sekarang aja gimana?” Tanya Jihoon serius membuat istrinya itu membulatkan mata.

“Kan kita berdua doang, Bunda udah pulang. Jadi gabakal kedengeran siapa-siapa.” Jihoon terkekeh.

Jujur saja, dia juga merasa gugup tapi jika tidak ada yang memulai maka akan sulit untuk menemukan waktu. Bisa saja setelah ini mereka akan melakukannya setiap saat.

Caca berdiri berjalan menuju kamar membuat senyuman di wajah suaminya.

“Kita, ngapain dulu?” Tanya Caca.

Mereka berdua kini duduk di ujung tempat tidur dengan canggung.

Jihoon hanya menatapnya lekat. Mencoba mendekatkan wajahnya. Deru napas Jihoon terdengar sangat jelas saat bibirnya kini mendarat diatas bibir istrinya itu.

Hanya ditempelkan cukup lama. Membuat Caca berinisiatif untuk bergerak lebih dulu.

Jihoon sedikit terkejut saat bibirnya mulai dilumat oleh istrinya. Entah sejak kapan dia mabuk akan hal itu membuat dirinya juga melakukan hak yang sama.

Bahkan tangannya kini menekan tengkuk istrinya. Kedua tangan Caca juga telah dikalungkan di leher suaminya itu.

Jihoon menggigit bibir bawah Caca membuat istrinya melenguh dan memberi akses untuk lidahnya masuk lalu bermain disana.

Caca mulai menggeser tubuhnya ketengah kasur lalu berbaring.

Tangan Jihoon kini menyusup dibalik piyama istrinya dan meremas payudara Caca pelan.

Tubuh Caca mulai menggeliat merasakan sebuah sensasi aneh mengalir ditubuhnya saat tangan Jihoon mulai menggerayai tubuhnya.

Jihoon menarik diri, menatap Caca yang tengah mengatur napasnya.

Tangan Jihoon masih memijat pelan payudaranya dan dengan jahil memilin putingnya membuat Caca setengah menganga mengekspresikan kenikmatan baru yang diberikan suaminya.

“Ah.” Mata Caca membulat mendengar desahan itu keluar dari bibirnya.

Jihoon tersenyum senang. Tangannya mulai bergerak membuka piyama istrinya.

Tak tinggal diam Caca juga melakukan hal yang sama.

Sehingga mereka kini tak terbalut sehelai kain pun.

Caca yang merasa malu mengalihkan pandangannya serta mencoba merapatkan kedua kakinya namun tertahan oleh kaki Jihoon.

Dia lupa bahwa sedari tadi kedua kakinya mengangkan dengan milik Jihoon diantaranya.

“Gausah malu sayang.” Caca menutup matanya saat suara musky Jihoon menusuk indra pendengarannya membuat darahnya terasa mengalir begitu cepat.

“Ahh Jihoonn.” Desahnya menatap Jihoon yang tengah mulai meremas payudaranya lagi.

Suaminya itu kembali mencium bibirnya, kini lebih sensual ditambah beberapa jilatan disela ciuman itu membasahi sekitar bibir serta leher jenjang milik Caca.

“Aku selalu mau lakuin ini Ca.” Ucap Jihoon lalu menciumi leher istrinya dan memberikan tanda kepemilikan disana.

“Ahh geli.” Ujar Caca malu.

Jihoon hanya terkekeh gemas.

Dia menyusu di payudara istrinya membuat Caca menggeliat.

“Ca aku pernah baca katanya sebelum dimasukin harus basah dulu.” Caca mengangkat kedua alisnya menatap Jihoon bingung.

“Gimana cara- Ahhh kamu ngapain nngghh.” Ucapan Caca terpotong saat Jihoon menekan klitorisnya membuat kedua kakinya otomatis merapat namun tangan kekar milik Jihoon tak tinggal diam.

Dia duduk dan menahan kaki istrinya agar tidak menutup lalu melanjutkan aksinya dengan memasukkan satu jari ke lubang milik istrinya membuat Caca kehilangan kewarasan.

Dia menggeliat, melengkungkan badannya serta membusungkan dadanya mencoba mengekspresikan kenikmatan yang diberikan suaminya itu.

“Kamu suka kan sayang?”

Caca mengangguk tak karuan. Tangannya mulai meremas payudara nya sendiri.

“Ahh Jihoon kamu belajar dari mana nnghh curangghh sshh.”

“Aku abis nonton tadi hehe.”

“Aku mau sekarangghh ahh, ayoo aku mauu.”

Mohon Caca menatap Jihoon yang akhirnya mengeluarkan tangannya yang basah karena cairan milik istrinya itu.

“Tahan ya? Katanya bakalan sakit.” Ingat Jihoon kepada istrinya. Dia kembali mencium bibir istrinya dan tangannya menuntun kejantanannya masuk kedalam lubang kenikmatan itu.

Agak sulit, namun setengah miliknya berhasil masuk. Tubuh Caca menegang, mencoba menerima benda asing itu di dalamnya.

Ciumannya di bibir Jihoon adalah tanda bahwa dia tengah mencoba.

Jihoon mencoba diam dan balas melumat bibir istrinya dengan kasih sayang.

Tangannya meremas payudara Caca membuat lubang dibawah sana kembali basah dan menuntun kejantanannya masuk dengan sempurna.

Tubuh Caca terangkat saat milik Jihoon sepenuhnya memasuki dirinya.

Jihoon menarik diri menatap istrinya itu.

“Ahhh Ji bentar, tahan sayang ahh.”

Jihoon mengangguk menuruti.

Hingga beberapa saat kemudian dia merasakan pinggul Caca mulai bergerak.

“Sayang i'll move, ok?”

Caca hanya mengangguk. Menggigit bibirnya saat kenikmatan dari tusukan Jihoon menembus kewarasannya.

Jihoon memeluk istrinya sambil memompa pinggulnya menghentakkan kejantanannya dengan keras dan semakin lama semakin cepat.

“Ahh ahh Ji yess like that ahh ahh ahh it feels good sayang.” Desah Caca memeluk suaminya erat.

“I wanna squirt Ji.” Jihoon mengangguk menarik diri dari pelukan Caca.

Penyatuan pertama mereka terasa seperti surga, membuat mereka berdua melayang dan menyesal tidak melakukannya sejak kemarin.

Ternyata senikmat ini.

Caca menatap suaminya yang terlihat makin tampan dengan peluh di dahinya.

Jihoon pun menatap Caca tak kalah lekat sambil terus memompa dibawah sana.

Mereka meneriaki nama satu sama lain.

Tangan Caca terulur mengusap peluh suaminya itu.

Mengusap pipinya membuat suaminya tersenyum dengan satu garis yang terbentuk oleh matanya yang juga ikut tersenyum. Dia mengusap mole tepat dibawah mata Jihoon.

Lalu tangannya beralih ke perut berotot milik suaminya. Terbentuk 6 kotak dengan indah disana.

Usapan Caca ditubuhnya membuat Jihoon merinding sehingga membuat gerakan pinggulnya menjadi lebih cepat membuat Caca kembali meneriakkan kenikmatan karena lubangnya diobrak-abrik oleh kejantanan milik Jihoon.

“Sayang i wanna ride you.” Minta Caca.

“Wait, tunggu aku bentar lagi sampe. Ahh Caca.”

Satu tusukan keras membuat tubuh Jihoon menegang menenggelamkan miliknya semakin dalam dan menyemprotkan cairannya disana.

Dia ambruk memeluk istrinya.

“Ih aku masih pengennn.” Rengek Caca menaikkan pinggulnya dan bergerak acak.

Jihoon akhirnya membalikkan posisi tanpa melepas penyatuan mereka.

“Ride me queen.”

Caca tersenyum dan mulai bergerak. Tangan Jihoon membantu memegangi pinggul Caca membuat dirinya mendesah hebat.

“Ahh sayang, you did amazing.”

Caca tersenyum. Memutar, memaju-mundurkan serta menaik turunkan dirinya.

“Ahhh ahh Ji i love this so much.”

“You love my dick or me sayang?”

“I love you both.” Jawab Caca lalu melahap bibir suaminya dengan rakus.

Tangan Jihoon meremas pantat sintal milik Caca menambah sensasi panas.

“Ahhhh Ji aku sampe.”

“Balik badan sayang.”

Caca memutar badannya diikuti dengan Jihoon yang bangun lalu menusuknya dari belakang.

“Ahhh iyaa disitu Ji, nnghhh ahh i love it.” Desah Caca.

“Ahh Ca.” Jihoon merasakan kejantanannya membesar siap menyemprot cairan lagi.

Tusukannya diperkencang membuat keduanya kehilangan kewarasan.

Jihoon kewalahan saat lubang Caca berkedut tanda bahwa dia akan sampai sebentar lagi terasa meremas kejantananya yang juga akan melakukan pelepasan.

“Ahh ahh ahh.”

“Ahhh Park Jihoon hard— ahh yess ngghhh.”

Hentak Jihoon membuat Caca menangis. Ini sangat nikmat.

Hingga satu hentakan keras lagi, Jihoon membenamkan miliknya sedalam mungkin dan Caca mendorong diri kearah Jihoon mengangkat kepalanya. Merapatkan otot dibawah sana.

Caca merasakan kehangatan memasuki dirinya.

Jihoon akhirnya sampai, menembakkan cairan di dalam sana yang sedikit keluar lewat lubang milik Caca.

Keduanya ambruk.

Jihoon memeluk istrinya dengan erat tanpa melepaskan kejantanannya.

“Ih kenapa ga dilepas?”

“Gapapa, biar kamu ga banyak gerak. Ayo tidur.”

Jihoon menarik selimut menutupi badan mereka.

“Ji.”

“Hm? Eh jangan gerak sayang.” Caca hanya terkekeh.

“Coba kita lakuin ini dari kemaren.”

“Gapapa, kan bisa dilakuin lagi besok.”

“Ih kamu nih, aku gabisa jalan entar.”

Jihoon menatap istrinya gemas.

“Kan ada aku, aku bisa gendong kamu. Ngelakuin sambil berdiri juga enak kayaknya, aku liat itu di video yang aku nonton kamu pasti bakalan suka.”

Caca menatapnya terkejut. “Kamu mahhh ih.” Caca menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya.

Jihoon tersenyum, mengecup dahi istrinya.

“Udah ayo tidur.”

Caca memeluk suaminya erat, tersenyum senang atas apa yang Jihoon berikan padanya hari ini.

Mungkin benar kata Jihoon, mereka akan melakukannya setiap hari. Caca tidak akan menolak.

  • cipbfip

Jenny menangkupkan kepalanya dengan kedua tangan menatap wajah tenang Sunghoon yang terlelap.

Terlalu lama mengobrol masa-masa yang telah mereka lewati beberapa tahun lalu membuat lelaki itu tak kuasa menahan kantuk.

Pasalnya, hanya Jenny yang berbicara. Lelaki itu masih sama. Masih Sunghoon yang dulu, masih Sunghoon yang menanggapi semua ceritanya dengan senyuman manis membuatnya semakin bersemangat menceritakan segalanya.

Dia juga bercerita tentang mengapa dia kembali muncul setelah sekian lama.

Hingga sebuah notifikasi muncul di hape milik Sunghoon.

Dia Elsa, teman sma nya dulu.

Jenny membalas pesan itu dengan antusias karena tampak disana dia menanyakan Jenny berarti Elsa sudah tau dia kembali.

Namun tiba-tiba saja hapenya dirampas oleh pemiliknya.

“Jennyy.” Ucapnya lembut namun sedikit gugup.

Jenny hanya tersenyum.

Sunghoon melihat balasan Jenny disana lalu mengantongi hapenya dan berdiri.

“Aku pulang dulu ya, ada rapat nanti buat bazar kampus.”

Jenny mengangguk sebagai jawaban.

“Eh Sunghoon.”

Lelaki itu berbalik menatapnya. “Pertimbangin apa yang aku bilang tadi.”

Sunghoon tidak menjawab, dia hanya menghela napas dan kembali berjalan menjauh.

  • cipbfip

“Jiakh Sunghoon kesel.” Ledek Jay membuat Sunghoon semakin memasang wajah malas.

“Diem aja bisa ga.” Sela Sunghoon disetiap ejekan yang dilontarkan oleh Jay.

Jake hanya diam, mengaduk minumannya sedangkan Elsa tersenyum namun bukan senyuman gemas karena pacarnya sedang kesal. Cemburu sebab seorang lelaki mencoba mengodanya, namun dia menertawakan dirinya yang masih saja sanggup berada dalam kepalsuan ini.

Tiba-tiba muncul sebuah notifikasi di hape Sunghoon.

Lelaki itu dengan malas meraih hapenya yang berada di atas meja namun semua itu hanya sementara. Sedetik setelah melihat notifkasi itu matanya membulat sempurna menatap Elsa yang kebingungan.

Dia berdiri menarik tangan Elsa menjauh dari Jay dan Jake.

Jake menatap arah pergi mereka berdua dengan datar.

“Kenapa sih?” Tanya Jay.

Namun Jake hanya mengendikkan bahu cuek.

“Yeu elu mah.” Cerca Jay kembali melahap toast favoritnya.

Sunghoon berhenti, dia menatap Elsa dengan tatapan yang Elsa tidak tahu apa artinya.

“Ada apa?” Tanya Elsa.

Sunghoon memperlihatkan layar hapenya kepada Elsa yang turut membuat gadis itu terkejut.

Satu nama, yang Elsa tidak tahu apakah dengan kemunculannya akan membuat penderitaannya berakhir atau malah sebaliknya.

  • cipbfip

tw // violence, harshwords

Elsa membuka pintu apartmentnya namun sebelum melangkahkan kakinya tangannya ditarik kencang memaksanya masuk ke dalam.

Dia di dorong kasar hingga terjatuh. Dia menatap orang itu nyalang.

“Ayah mau ngapain lagi sih?!” Suara gadis itu meninggi namun tetap ada getaran rasa takut disana.

“Bagi ayah uang Elsa!”

Elsa menggeleng, mencoba berdiri menatap ayahnya berani.

“Engga! Ayah kira aku bank pribadi ayah? Aku kuliah aja hasil kerja keras aku ngejar scholarship kenapa aku harus repot-repot ngasih ke ayah?”

Ayahnya menatap dia dengan dahi berkerut. “Anak kurang ajar!”

Plak

Pertemuan telapak tangan ayahnya dengan pipi mulus milim Elsa menghasilkan suara yang cukup nyaring di apartment Elsa yang tidak terlalu besar.

Mata Elsa memanas, dia mencoba menahan diri agar air matanya tidak menetes. Setidaknya, ayahnya bisa melihat bahwa dia bukan lagi gadis kecil yang akan merengek minta ampun saat ayahnya mulai bermain tangan.

“Ayah mending pergi atau aku telfon polisi.” Ancam Elsa.

Dia meraih hapenya, mencari sebuah kontak namun tiba-tiba ayahnya merampas benda pipih itu darinya.

Menatap nama yang tertera disana lalu menyeringai.

“Kamu pasti bohong soal scholarship kan? Kamu pasti ngejual diri kamu sama temen kamu yang laki-laki biar dapat uang? Anak ibu sama aja.” Tuduh ayah Elsa melempar hape milik Elsa ke sembarang tempat.

“Kamu memang anak ga berguna! Sudah tidur sama berapa laki-laki kamu hah?!” Ayah Elsa tertawa yang membuat hati Elsa nyeri, sangat menyakitkan mendengar kata-kata itu dari mulut ayah kandungnya sendiri.

Air mata yang sedari tadi ia tahan di pelupuk mata akhirnya turun tanpa permisi.

Dia menatap ayahnya dengan tatapan penuh luka. “Ayah mending pergi.” Suruhnya datar.

“Dasar anak sombong! Uang hasil jual diri aja bangga.”

Elsa tidak kuat lagi mendengar kata-kata itu. Dia mendorong ayahnya sekuat tenaga.

“AYAH PERGI!”

Namun, seorang gadis hanyalah seorang gadis. Ayahnya justru kembali menghardiknya keras dan memberikan tamparan yang membuat pipinya memanas.

Anehnya rasa sakit di pipinya tidak sebanding dengan benda tak kasat mata yang menusuk di dadanya.

Ya, benda itu adalah kalimat yang dikatakan ayahnya beberapa menit yang lalu.

Dia terduduk, menangis dengan pilu. Mengeluarkan semua sesak yang dia tahan sejak tadi.

Elsa menatap ayahnya yang berjalan menjauh.

Tertatih menutup pintu apartmentnya, menyandarkan diri disana.

Memikirkan hal yang sangat menyakitkan.

Menangisi nasibnya yang sangat malang. Dia terbiasa membaca novel dimana pemeran utamanya juga memiliki masalah yang serius di keluarganya namun dia bisa menemukan seseorang yang menerima segala kekurangan serta tangisannya. Namun, novel tetaplah novel. Sebuah cerita fiksi yang hanya terjadi dalam sebuah angan dan imajinasi.

Elsa memeluk lututnya sendiri, sisi lain dari dirinya mencoba menguatkan diri meski sangat sulit.