“Caca gimana semalam?” Tanya Bunda membuat Jihoon terbatuk lalu menatapnya.
Gadis yang dia nikahi kemarin memberikan tatapan bingung pasalnya semalaman mereka hanya diam hingga akhirnya tertidur meski Bundanya membisikkan permintaan sebelum akhirnya mereka masuk ke kamar.
“Kok diem?” Bunda mengerutkan dahinya.
“Jihoon?”
Lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Hanya kekehan yang bisa dia berikan sebagai jawaban.
—
Caca sedang bersantai di ruang tamu hingga akhirnya Jihoon melewatinya.
“Ji?” Lelaki yang juga suaminya itu berbalik.
“Malam ini...” Ucapnya gugup. “Mau?”
Jelas sekali gelagat suaminya itu menjadi gelisah.
“Kamu, mau?”
'kamu' terdengar sangat asing ditelinganya.
Caca hanya mengangguk malu.
“Sekarang aja gimana?” Tanya Jihoon serius membuat istrinya itu membulatkan mata.
“Kan kita berdua doang, Bunda udah pulang. Jadi gabakal kedengeran siapa-siapa.” Jihoon terkekeh.
Jujur saja, dia juga merasa gugup tapi jika tidak ada yang memulai maka akan sulit untuk menemukan waktu. Bisa saja setelah ini mereka akan melakukannya setiap saat.
Caca berdiri berjalan menuju kamar membuat senyuman di wajah suaminya.
“Kita, ngapain dulu?” Tanya Caca.
Mereka berdua kini duduk di ujung tempat tidur dengan canggung.
Jihoon hanya menatapnya lekat. Mencoba mendekatkan wajahnya. Deru napas Jihoon terdengar sangat jelas saat bibirnya kini mendarat diatas bibir istrinya itu.
Hanya ditempelkan cukup lama. Membuat Caca berinisiatif untuk bergerak lebih dulu.
Jihoon sedikit terkejut saat bibirnya mulai dilumat oleh istrinya. Entah sejak kapan dia mabuk akan hal itu membuat dirinya juga melakukan hak yang sama.
Bahkan tangannya kini menekan tengkuk istrinya. Kedua tangan Caca juga telah dikalungkan di leher suaminya itu.
Jihoon menggigit bibir bawah Caca membuat istrinya melenguh dan memberi akses untuk lidahnya masuk lalu bermain disana.
Caca mulai menggeser tubuhnya ketengah kasur lalu berbaring.
Tangan Jihoon kini menyusup dibalik piyama istrinya dan meremas payudara Caca pelan.
Tubuh Caca mulai menggeliat merasakan sebuah sensasi aneh mengalir ditubuhnya saat tangan Jihoon mulai menggerayai tubuhnya.
Jihoon menarik diri, menatap Caca yang tengah mengatur napasnya.
Tangan Jihoon masih memijat pelan payudaranya dan dengan jahil memilin putingnya membuat Caca setengah menganga mengekspresikan kenikmatan baru yang diberikan suaminya.
“Ah.” Mata Caca membulat mendengar desahan itu keluar dari bibirnya.
Jihoon tersenyum senang. Tangannya mulai bergerak membuka piyama istrinya.
Tak tinggal diam Caca juga melakukan hal yang sama.
Sehingga mereka kini tak terbalut sehelai kain pun.
Caca yang merasa malu mengalihkan pandangannya serta mencoba merapatkan kedua kakinya namun tertahan oleh kaki Jihoon.
Dia lupa bahwa sedari tadi kedua kakinya mengangkan dengan milik Jihoon diantaranya.
“Gausah malu sayang.” Caca menutup matanya saat suara musky Jihoon menusuk indra pendengarannya membuat darahnya terasa mengalir begitu cepat.
“Ahh Jihoonn.” Desahnya menatap Jihoon yang tengah mulai meremas payudaranya lagi.
Suaminya itu kembali mencium bibirnya, kini lebih sensual ditambah beberapa jilatan disela ciuman itu membasahi sekitar bibir serta leher jenjang milik Caca.
“Aku selalu mau lakuin ini Ca.” Ucap Jihoon lalu menciumi leher istrinya dan memberikan tanda kepemilikan disana.
“Ahh geli.” Ujar Caca malu.
Jihoon hanya terkekeh gemas.
Dia menyusu di payudara istrinya membuat Caca menggeliat.
“Ca aku pernah baca katanya sebelum dimasukin harus basah dulu.” Caca mengangkat kedua alisnya menatap Jihoon bingung.
“Gimana cara- Ahhh kamu ngapain nngghh.” Ucapan Caca terpotong saat Jihoon menekan klitorisnya membuat kedua kakinya otomatis merapat namun tangan kekar milik Jihoon tak tinggal diam.
Dia duduk dan menahan kaki istrinya agar tidak menutup lalu melanjutkan aksinya dengan memasukkan satu jari ke lubang milik istrinya membuat Caca kehilangan kewarasan.
Dia menggeliat, melengkungkan badannya serta membusungkan dadanya mencoba mengekspresikan kenikmatan yang diberikan suaminya itu.
“Kamu suka kan sayang?”
Caca mengangguk tak karuan. Tangannya mulai meremas payudara nya sendiri.
“Ahh Jihoon kamu belajar dari mana nnghh curangghh sshh.”
“Aku abis nonton tadi hehe.”
“Aku mau sekarangghh ahh, ayoo aku mauu.”
Mohon Caca menatap Jihoon yang akhirnya mengeluarkan tangannya yang basah karena cairan milik istrinya itu.
“Tahan ya? Katanya bakalan sakit.” Ingat Jihoon kepada istrinya. Dia kembali mencium bibir istrinya dan tangannya menuntun kejantanannya masuk kedalam lubang kenikmatan itu.
Agak sulit, namun setengah miliknya berhasil masuk. Tubuh Caca menegang, mencoba menerima benda asing itu di dalamnya.
Ciumannya di bibir Jihoon adalah tanda bahwa dia tengah mencoba.
Jihoon mencoba diam dan balas melumat bibir istrinya dengan kasih sayang.
Tangannya meremas payudara Caca membuat lubang dibawah sana kembali basah dan menuntun kejantanannya masuk dengan sempurna.
Tubuh Caca terangkat saat milik Jihoon sepenuhnya memasuki dirinya.
Jihoon menarik diri menatap istrinya itu.
“Ahhh Ji bentar, tahan sayang ahh.”
Jihoon mengangguk menuruti.
Hingga beberapa saat kemudian dia merasakan pinggul Caca mulai bergerak.
“Sayang i'll move, ok?”
Caca hanya mengangguk. Menggigit bibirnya saat kenikmatan dari tusukan Jihoon menembus kewarasannya.
Jihoon memeluk istrinya sambil memompa pinggulnya menghentakkan kejantanannya dengan keras dan semakin lama semakin cepat.
“Ahh ahh Ji yess like that ahh ahh ahh it feels good sayang.” Desah Caca memeluk suaminya erat.
“I wanna squirt Ji.” Jihoon mengangguk menarik diri dari pelukan Caca.
Penyatuan pertama mereka terasa seperti surga, membuat mereka berdua melayang dan menyesal tidak melakukannya sejak kemarin.
Ternyata senikmat ini.
Caca menatap suaminya yang terlihat makin tampan dengan peluh di dahinya.
Jihoon pun menatap Caca tak kalah lekat sambil terus memompa dibawah sana.
Mereka meneriaki nama satu sama lain.
Tangan Caca terulur mengusap peluh suaminya itu.
Mengusap pipinya membuat suaminya tersenyum dengan satu garis yang terbentuk oleh matanya yang juga ikut tersenyum. Dia mengusap mole tepat dibawah mata Jihoon.
Lalu tangannya beralih ke perut berotot milik suaminya. Terbentuk 6 kotak dengan indah disana.
Usapan Caca ditubuhnya membuat Jihoon merinding sehingga membuat gerakan pinggulnya menjadi lebih cepat membuat Caca kembali meneriakkan kenikmatan karena lubangnya diobrak-abrik oleh kejantanan milik Jihoon.
“Sayang i wanna ride you.” Minta Caca.
“Wait, tunggu aku bentar lagi sampe. Ahh Caca.”
Satu tusukan keras membuat tubuh Jihoon menegang menenggelamkan miliknya semakin dalam dan menyemprotkan cairannya disana.
Dia ambruk memeluk istrinya.
“Ih aku masih pengennn.” Rengek Caca menaikkan pinggulnya dan bergerak acak.
Jihoon akhirnya membalikkan posisi tanpa melepas penyatuan mereka.
“Ride me queen.”
Caca tersenyum dan mulai bergerak. Tangan Jihoon membantu memegangi pinggul Caca membuat dirinya mendesah hebat.
“Ahh sayang, you did amazing.”
Caca tersenyum. Memutar, memaju-mundurkan serta menaik turunkan dirinya.
“Ahhh ahh Ji i love this so much.”
“You love my dick or me sayang?”
“I love you both.” Jawab Caca lalu melahap bibir suaminya dengan rakus.
Tangan Jihoon meremas pantat sintal milik Caca menambah sensasi panas.
“Ahhhh Ji aku sampe.”
“Balik badan sayang.”
Caca memutar badannya diikuti dengan Jihoon yang bangun lalu menusuknya dari belakang.
“Ahhh iyaa disitu Ji, nnghhh ahh i love it.” Desah Caca.
“Ahh Ca.” Jihoon merasakan kejantanannya membesar siap menyemprot cairan lagi.
Tusukannya diperkencang membuat keduanya kehilangan kewarasan.
Jihoon kewalahan saat lubang Caca berkedut tanda bahwa dia akan sampai sebentar lagi terasa meremas kejantananya yang juga akan melakukan pelepasan.
“Ahh ahh ahh.”
“Ahhh Park Jihoon hard— ahh yess ngghhh.”
Hentak Jihoon membuat Caca menangis. Ini sangat nikmat.
Hingga satu hentakan keras lagi, Jihoon membenamkan miliknya sedalam mungkin dan Caca mendorong diri kearah Jihoon mengangkat kepalanya. Merapatkan otot dibawah sana.
Caca merasakan kehangatan memasuki dirinya.
Jihoon akhirnya sampai, menembakkan cairan di dalam sana yang sedikit keluar lewat lubang milik Caca.
Keduanya ambruk.
Jihoon memeluk istrinya dengan erat tanpa melepaskan kejantanannya.
“Ih kenapa ga dilepas?”
“Gapapa, biar kamu ga banyak gerak. Ayo tidur.”
Jihoon menarik selimut menutupi badan mereka.
“Ji.”
“Hm? Eh jangan gerak sayang.” Caca hanya terkekeh.
“Coba kita lakuin ini dari kemaren.”
“Gapapa, kan bisa dilakuin lagi besok.”
“Ih kamu nih, aku gabisa jalan entar.”
Jihoon menatap istrinya gemas.
“Kan ada aku, aku bisa gendong kamu. Ngelakuin sambil berdiri juga enak kayaknya, aku liat itu di video yang aku nonton kamu pasti bakalan suka.”
Caca menatapnya terkejut. “Kamu mahhh ih.” Caca menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya.
Jihoon tersenyum, mengecup dahi istrinya.
“Udah ayo tidur.”
Caca memeluk suaminya erat, tersenyum senang atas apa yang Jihoon berikan padanya hari ini.
Mungkin benar kata Jihoon, mereka akan melakukannya setiap hari. Caca tidak akan menolak.