declipsee

Serius?

Kevin menggerakkan tangannya gelisah saat teman-temannya belum datang..

“Lo kenapa sih Pin?” Tanya Sunwoo heran.

“ARGH yang lain mana sih, lama banget.” Kevin menoleh namun belum ada tanda-tanda dari yang lain. “Yaudah gue kirimin ke lo aja ya Nu.”

Tak lama kemudian, hape Sunwoo berdering.

“Paan nih? Vn nyanyi lo?”

“Bukan. Dengerin aja.”

Sunwoo mengangguk, dia mulai mendengarkan audio itu. Semakin dia mendengarkan makan semakin terkejut dirinya.

Audio itu berdurasi kurang lebih sekitar 50 detik dan selama 50 detik pula dirinya dibuat berdebar.

“Demi apa anjing Pin!?”

“Gue juga kaget. Lo inget kemarin dia hasut kita buat gausah ketemu Hyunjoon?” Sunwoo mengangguk.

“Bodohnya gue kemarin abis bangun tidur makanya ga merhatiin.”

“Tapi lo dapat ini darimana?” Tanya Sunwoo..

“Lo tau kan, aplikasi gue agak canggih?” Kevin mengutip kata 'canggih' dengan kedua tangannya membuat Sunwoo mengerti.

“Untuk saat ini, kita diem dulu. Soalnya jangan bicara kalau ada dia.” Sunwoo mengangguk.

Akhirnya satu persatu dari mereka datang.

Termasuk dia..

kevin menemukan sesuatu

Kevin merebahkan dirinya diatas kasur, sudah beberapa hari tidak ada hal-hal aneh yang terjadi juga terasa aneh baginya.

Dia mengambil hapenya, dengan tiba-tiba melihat phone cleaner

Shit kotor banget” Dia menggulirkan layar hapenya.. mencari file yang mungkin kurang penting dan bisa dia hapus..

Tiba-tiba sesuatu membuat tangannya berhenti bergerak.

“Audio apaan nih, perasaan ga pernah gue nyimpen yang beginian.” Tanya Kevin heran.

Pasalnya, jika itu audio musik yang dia buat maka formatnya pasti akan jelas.

Dia mengendikkan bahu, mengambil earphone lalu mendengarkan audio itu. Jika tidak penting maka dia akan menghapusnya.

Namun, sebuah suara membuatnya mengernyit..

Dia mengenal suara ini..

Tiba-tiba matanya membulat ketika suara orang lain terdengar. Suara yang sangat dia kenali.

Dia pelakunya.

Kevin tau sekarang.

akhirnya

WARNING !! blood

hyunjoon menunggu sesuai apa yang dia rencanakan bersama salah satu temannya di cafe.

sekarang dia hanya menunggu.

tiba-tiba sebuah langkah kaki terdengar..

dia, memakai hoodie.. sama seperti yang pernah dikatakan Hyunjae.

“Lo siapa sih?”

Dia mengangkat kepalanya, mata Hyunjoon membulat.

“Jadi lo?”

“Ya, sekarang lo udah tau kan?” orang itu mengendikkan bahu nya cuek. “Pas Younghoon liat muka gue, lo tau kan apa yang terjadi sama dia?”

Orang itu mengeluarkan pisau dari hoodienya..

Hyunjoon mundur sedikit demi sedikit.

“Lo bakalan ketauan abis ini, mampus lo. Semuanya bakal dateng.”

Orang itu tertawa meremehkan. “Lo yakin?”

Hyunjoon mengernyit.

“Hyunjoon, Hyunjoon kasian banget sih lo? Mereka udah berubah pikiran. Gue udah hasut mereka semua buat yakin kalo lo cuma mau jebak mereka. Ck ck ck ck.” Orang itu menggeleng kasian. “Lo anak aksel, tapi bego banget ga si? Lo dan kalian semua, ga pernah make otak kalian buat mecahin ini bisanya sok pinter.”

Hyunjoon tersenyum.

“Lo salah. Lo yang sok pinter.”

Hyunjoon mengangkat hapenya, dia merekam semua apa yang orang itu katakan. Dan sekali menekan tombol kirim ke grup kelasnya, yang lain akan tahu pelakunya hanya dari suara itu.

Hyunjoon menatapnya remeh. “Siapa yang sok pintar?”

“SIALAN!” Orang itu berlari menuju Hyunjoon. Memukul wajah Hyunjoon dan dibalas oleh lelaki itu.

Hyunjoon yang sering mengikuti gym ternyata bisa membuatnya sedikit lebih unggul dari orang itu.

“Lo bisa bunuh yang lain, karena gue akuin otak lo pinter sampe bikin mereka lengah terus kebunuh. Tapi lo salah kalau main fisik sama gue.” Hyunjoon mendorong orang itu, membuatnya terjatuh.

Hyunjoon mengambil hapenya mencoba mengirim rekaman audio yang dia rekam.

Orang itu tersenyum, mengambil pisau yang dia bawa. Melemparnya ke arah Hyunjoon.

Dan...

Gotcha tepat sasaran.

Hyunjoon langsung menegang. Dia merasakan sesak, saat pisau itu tiba-tiba tertancap tepat di ulu hatinya.

Orang itu berdiri membersihkan debu di celananya dan menghampiri Hyunjoon.

Tertawa remeh.

Hyunjoon menatapnya dengan tatapan yang hanya Hyunjoon yang tahu apa artinya.

Orang itu mengambil hape Hyunjoon, membatalkan pesan audio yang baru saja menampakkan delivered disana.

Dia menginjak pisau itu, membuat Hyunjoon meringis.

Kemudian dia menarik pisau itu kembali dan meninggalkan Hyunjoon yang bersimbah darah.

rencana

Hyunjoon dan orang yang bersamanya kini membahas apa yang akan mereka rencanakan.

“Jalanin sesuai rencana ya?” Hyunjoon mengangguk lalu mengambil hapenya, dan menjalankan rencana itu.

ruang osis

Caca mengetuk pintu ruang osis yang agak sedikit terbuka.

“Bismillahh lindungi hamba ya allah.”

Seseorang keluar, dia salah satu panitia yang berdiri bersama Jake di gerbang tadi.

“Oh si telat yang ngirim foto jake di base? Masuk gih.” Caca tersenyum.

Sebelum masuk kedalam, kakak kelasnya itu membisikkan sesuatu yang membuat mata Caca membulat lalu menatapnya horor.

Ya Allah, lindungi hamba Batin Caca.

Saat dirinya terlihat, seketika semua yang ada diruangan itu menatapnya. Caca yang menjadi bahan perhatian secara tiba-tiba merasa keki apalagi panitia yang ada diruangan osis itu mostly cowok.

“Siapa Jay?” Tanya seseorang dengan badge kelas 12 di lengan bajunya.

“Oh ini bang, yang ngirim foto jake di base.” Orang itu tersenyun kecut menatap Jake yang daritadi memasang wajah dongkol.

Jake berdiri, lalu menarik Caca keluar ruangan.

“Dihh maen tarik-tarik aja, awas Jake kecantol.” Teriak Jay saat keduanya sudah melewati pintu.

“Eh kak mau kemana?” Jake tetap diam dan menariknya agak kencang saat dia berjalan lambat.

Sampai akhirnya Jake melepaskan lengannya mengarah ke UKS.

“Eh? Ngapain kesini?” Caca merasa khawatir, jangan-jangan Jake mau memukulnya? Caca menggeleng.

“Nih obatin lutut lo.” Jake menyodorkan kotak p3k kearahnya.

“Eh? Buat apa?”

Jake menunjuk lututnya yang ternyata sedikit tergores. Pasti akibat squat jump tadi.

Caca menurut.

Jake melipat kedua tangannya di depan dada.

“Kak maaf ya.”

“Maaf kenapa?” Tanya Jake dengan alis terangkat.

“Ya itu, ngirim foto lo di base.”

Jake menghela napas kasar. “Emang tujuan lo ngirim foto gue di base tuh apa?”

Caca diam, dia juga tidak tahu apa tujuannya. Dia hanya ingin melampiaskan kekesalannya.

“Lain kali jangan diulangin, lagian pas apel gadibolehin main hape kenapa lo bisa motoin gue?”

Caca hanya menyengir.

Udah sana balik ke barisan. Dikit lagi acara inti.

Caca mengangguk. “Makasih kak.” Dia keluar dari UKS dengan terburu-buru.

Jake menghela napasnya, hingga matanya menangkap sesuatu di atas kasur.

Younghoon

WARNING !! blood, death

Mereka semua terperangah, Younghoon tergeletak di ruang tamunya bersimbah darah.

“Bagaimana bisa? Padahal dia tadi ngechat di grup suruh kesini?” Sunwoo menggeleng tak percaya.

Chanhee dan Hyunjae terduduk melihat keadaan Younghoon.

Hyunjoon? Dia sudah lemas, melihat begitu banyak darah dia merasa mual dan seketika tidak punya tenaga untuk berdiri.

Kevin, Eric, dan Juyeon menghela napas. Melihat sekeliling mereka membuat mereka bingung, jika memang benar pelaku itu ada diantara mereka bagaimana bisa mereka sekaget dan seputus asa ini melihat kejadian yang terjadi sampai hari ini?

Siapa yang harus mereka percaya?

Kevin menghela napas kasar.

“Gue telfon polisi ya.” Mereka yang ada di ruangan itu mengangguk lemah.

Satu lagi, teman mereka menjadi korban dan sampai sekarang petunjuk menuju pelaku masih sangat abu-abu.

Seperi biasa, setelah melakukan aksinya.. Dia tersenyum tipis.

ternyata lo?

WARNING !! blood, violence

Pintu Younghoon terbuka saat suara ketukan terdengar kurang lebih empat kali.

Younghoon dengan susah payah berjalan, tersenyum melihat siapa yang datang.

“Lo gapake kursi roda?”

“Kaga, capek tangan gue. Ohiya lo bisa taro sepatu lo disitu terus make sendal tamu yang ada disana.” Younghoon berjalan sedikit pincang sembari menunjuk tempat sendal dengan dagunya.

Orang itu hanya tersenyum.

“Gue bikinin minuman ya, entar dulu.”

“Eh emang lo bisa?” Younghoon mengangguk.

“Aman.”


Saat Younghoon kembali ke ruang tamu membawa minuman yang telah dibuatnya.

Orang itu dengan sengaja membuat Younghoon tersandung hingga jatuh.

“Eh sorry Hoon, ga sengaja.”

“Gapapa, bisa bantu gue berdiri ga? Masih sakit kaki gue.”

Namun tak ada pergerakan dari orang itu.

Younghoon mengernyit, menatap orang di depannya. Ekspresinya berubah.

“Yah kasian Younghoon sendirian.”

“Maksud lo?”

Orang itu mengendikkan bahu. Menginjak kaki Younghoon yang masih terbalut perban.

Younghoon berteriak kesakitan. “ANJING, TERNYATA LO?!!”

Younghoon masih meringis saat perbannya yang sedari tadi berwarna putih bersih kini berubah menjadi warna merah sedikit demi sedikit.

“Ih kasian banget malah berdarah.” Dia menjauhkan kaki nya dari kaki Younghoon. “Duh jadi kangen Haknyeon, dulu paha dia juga gue injek. Kasian banget ga si.” Ucapnya dengan nada sedih.

“Kita ada salah apa sih sama lo?!” Teriak Younghoon.

“Salah kalian? Hmm..” Orang itu meletakkan jari telunjuk di dagunya bersikap seperti sedang berpikir. “Kalian sok dan gue gasuka. Gue lebih cakepan kemana-mana dibanding lo, tapi kenapa lo yang kepilih buat tampil dimajalah sekolah?”

“Alasan lo basi.”

“Ohiya?” Orang itu berjalan mendekati Younghoon, menginjak kaki lelaki itu membuatnya berteriak kesakitan.

Orang itu mengambil pecahan gelas lalu mengiris tangan Younghoon membuat lelaki itu semakin merasa kesakitan.

“AKKKKK ANJING LO.”

Orang itu hanya tersenyum, lalu kembali mengiris segala pusat nadi di tangan Younghoon.

Younghoon melemah, hanya suara napas yang bisa orang itu dengar.

Dia menghela napas, mencuci tangan nya dan menghilangkan segala bukti yang ada.

Dia mengambil hape milik Younghoon, menghubungi seseorang.

Quite

Mereka semua terperangah, mereka kira akan ada titik terang ternyata malah membuat mereka makin merasa tidak aman.

Air mata Haknyeon tampak jelas mengalir namun dia tidak bisa mengeluarkan suara.

Beberapa menit yang lalu, saat dokter memberi kabar bahwa Haknyeon telah siuman mereka sangat senang..

Sebuah nama yang terucap akan membuat semuanya selesai. Tapi ternyata mereka salah, hal ini akan lebih parah.

“Kok bisa sih?” Tanya Sunwoo entah kepada siapa.

Mereka semua meremas rambutnya frustasi.

“Serius, pas gue sama Chanhee jaga gada yang mencurigakan.” Kata Eric.

“Lo berdua sempet keluar barengan ga?” Tanya Kevin.

Eric dan Chanhee saling menatap lalu mengangguk.

Mereka menghela napas.

“Bangsat keparat, bisa-bisanya lakuin ini ke kita?!” Suara Younghoon meninggi dan dia menangis.

“Kita ada salah apa sih?”

“Cuma Haknyeon satu-satunya jawaban kita, tapi dia dibungkam.” Juyeon menghela napas berat.

“Nyeon, lo yang kuat ya?” Hyunjae menenangkan Haknyeon yang sedari tadi menangis. Pantas saja lehernya terasa kaku dan perih.

Sekali lagi ditengah kepanikan semua orang, sebuah senyuman tipis terlukis diwajah seseorang.

Dirumah Hyunjae

Karena khawatir, Juyeon mengajak teman-temannya menyusul ke rumah Hyunjae..

Untungnya semuanya bisa datang kecuali Chanhee dan Eric yang menjaga Haknyeon.

Juyeon sempat meliha orang yang berdiri di depan rumah Hyunjae namun karena mendengar suara motor, orang itu lari.

Hyunjae membuka gerbangnya saat semua temannya tiba termasuk Younghoon.

“Sorry banget ya, gue ngerepotin.”

Mereka semua menggeleng. “Gapapa Je.” Ucap Sunwoo yang diangguki yang lain.

“Ohiya, tadi gue liat tuh orang. Tapi pas gue parkir motor dianya lari.”

“Lah pembunuh tiga orang dimana duanya dipenggal terus satunya ditabrak ditambah satu lagi sekarat malah takut ngeliat Juyeon?” Tanya Hyunjoon tak percaya.

Kevin menggeleng. “Dia pasti takut identitasnya kebongkar. Juyeon kan ngomong di grup buat nyuruh kita keisni, dia pasti tahu dan akhirnya lari.”

Younghoon membelalakkan matanya. “Berarti dia ada disini dong?! Wah gue mau pulang.” Younghoon berdiri namun ditarik oleh Hyunjae hingga terduduk.

“Lo gila? Kesempatan lo dibunuh saat lo keluar dari rumah gue lebih gede.” Hyunjae mengedarkan pandangannya. “Siapapun lo, gue tau lo gabakal berani ngelakuin niat lo di rumah ini.”

Tanpa Hyunjae sadari, seseorang tersenyum mendengar itu.

Siapa bilang? Batinnya.

“Yaudah untuk malam ini kalian nginep disini aja, besok gantian Eric sama Chanhee buat jagain Haknyeon.” Hyunjae berdiri menyiapkan beberapa kamar untuk teman-temannya.

“Je? Wc mana?” Tanya Juyeon.

“Disana Juy” Hyunjae menunjuk arah wc di sudut dapur.

Sunwoo menatap punggung Juyeon yang berjalan kearah yang ditunjuk Hyunjae sementara Hyunjoon merebahkan dirinya di sofa. Melepaskan semua kepenatan, fisik dan batin.

Younghoon menatap Hyunjoon datar. “Gue masih penasaran, ini udah tiga minggu kematian Jacob dan waktu yang sama lo nerima peringatan kalo lo selanjutnya tapi lo kok belum mati Joon?”

Hyunjoon diam, dia baru saja ingin menenangkan dirinya. Tiba-tiba lelaki itu mengganggunya.

“Lo salah waktu nanya kayak gitu bro.” Kevin menepuk bahu Younghoon.

Karena kesal Younghoon berniat mengambil minuman di dapur untuk menyegarkan dirinya.

Hyunjoon hanya menggeleng, mengendikkan bahunya tak peduli.

“ANJING” Tiba-tiba teriakan terdengat dari dapur, itu Younghoon.

Mereka berlari menghampiri Younghoon.

Eww what the fuck! Please gue gabisa liat ini.” Hyunjoon mengalihkan pandangannya saat melihat jari kaki Younghoon tergeletak jauh terpisah dari kakinya.

Younghoon meringis. “Bantuin gue kek.”

“Kalian gotong Younghoon bisa ga? Gue nyalain mobil dulu.” Juyeon mengangguk lalu dibantu dengan Kevin dan Hyunjae menggotong Younghoon sedangkan Hyunjoon berjalan sambil sedikit menutup matanya. Dia hematophobia.


Mereka semua menghela napas, mereka tidak menyangka kejadian ini akan terjadi bahkan saat mereka berkumpul bersama.

“Kok bisa sih kayak gini” Sunwoo menjambak rambutnya frustasi.

“Gatau Nu, gue juga bingung. Padahal tadi cuma Younghoon duluan yang kedapur tapi kenapa dia bisa kena kejadian kayak gini? Ga masuk akal banget tau ga.” Hyunjae menggeleng tak percaya kejadian ini terjadi di dalam rumahnya.

Hyunjoon menghela napas. “Ya ga masuk akal gimana? Lo lupa itu rumah lo? Sebelum kita dateng, lo mau ngapain aja kita kan gatau. Jangan-jangan lo sengaja bikin kita kerumah lo terus lo bisa bunuh kita semua?!” Hyunjoon meninggikan suaranya.

Hyunjae berdiri menarik kerah baju Hyunjoon. “Maksud lo apa?! Lo nuduh gue?! Bukannya yang patut dicurigain itu lo? Bener kata Younghoon, udah sekitaran tiga minggu dan lo belum mati?! Bukannya itu yang mencurigakan?!”

“Udah udah udah, ini rumah sakit. Lo gila hah?! Lo mau kita diusir?” Sela Kevin, memisahkan mereka berdua.

Younghoon hanya menggeleng melihat semua ini, kakinya terlalu perih membuatnya tak mampu untuk mengucapkan sesuatu.

Tiba-tiba Eric dan Chanhee datang. “Ada apa?” Chanhee menatap Younghoon dan kakinya yang diperban.

“Kena pisau.” Singkat Juyeon.

“HAH?!” Eric tidak bisa menahan teriakannya lagi. “Kok bisa? Bukannya kalian bareng dirumah Hyunjae?”

“Ya bisalah, orang Hyunjae pelakunya.” Cuek Hyunjoon.

“Joon please, diem dulu.” Sunwoo memijat ujung pelipisnya. Dia sangat pusing melihat semua ini.

Mereka semua menghela napas. Sampai hape Chanhee berdering.

“Halo?” Sapa Chanhee.

“Serius dok? Baik dok, makasih.” Ucap Chanhee antusias.

“Haknyeon udah sadar.” Ucap Chanhee membuat mereka semua menuju kamar Haknyeon dengan terburu-buru. Tak lupa Hyunjae membantu Younghoon naik ke kursi roda dan mendorongnya dengan lumayan cepat.

Dirumah Hyunjae

WARNING !! blood

Karena khawatir, Juyeon mengajak teman-temannya menyusul ke rumah Hyunjae..

Untungnya semuanya bisa datang kecuali Chanhee dan Eric yang menjaga Haknyeon.

Juyeon sempat meliha orang yang berdiri di depan rumah Hyunjae namun karena mendengar suara motor, orang itu lari.

Hyunjae membuka gerbangnya saat semua temannya tiba termasuk Younghoon.

“Sorry banget ya, gue ngerepotin.”

Mereka semua menggeleng. “Gapapa Je.” Ucap Sunwoo yang diangguki yang lain.

“Ohiya, tadi gue liat tuh orang. Tapi pas gue parkir motor dianya lari.”

“Lah pembunuh tiga orang dimana duanya dipenggal terus satunya ditabrak ditambah satu lagi sekarat malah takut ngeliat Juyeon?” Tanya Hyunjoon tak percaya.

Kevin menggeleng. “Dia pasti takut identitasnya kebongkar. Juyeon kan ngomong di grup buat nyuruh kita keisni, dia pasti tahu dan akhirnya lari.”

Younghoon membelalakkan matanya. “Berarti dia ada disini dong?! Wah gue mau pulang.” Younghoon berdiri namun ditarik oleh Hyunjae hingga terduduk.

“Lo gila? Kesempatan lo dibunuh saat lo keluar dari rumah gue lebih gede.” Hyunjae mengedarkan pandangannya. “Siapapun lo, gue tau lo gabakal berani ngelakuin niat lo di rumah ini.”

Tanpa Hyunjae sadari, seseorang tersenyum mendengar itu.

Siapa bilang? Batinnya.

“Yaudah untuk malam ini kalian nginep disini aja, besok gantian Eric sama Chanhee buat jagain Haknyeon.” Hyunjae berdiri menyiapkan beberapa kamar untuk teman-temannya.

“Je? Wc mana?” Tanya Juyeon.

“Disana Juy” Hyunjae menunjuk arah wc di sudut dapur.

Hyunjoon merebahkan dirinya di sofa. Melepaskan semua kepenatan, fisik dan batin.

Younghoon menatap Hyunjoon datar. “Gue masih penasaran, ini udah tiga minggu kematian Jacob dan waktu yang sama lo nerima peringatan kalo lo selanjutnya tapi lo kok belum mati Joon?”

Hyunjoon diam, dia baru saja ingin menenangkan dirinya. Tiba-tiba lelaki itu mengganggunya.

“Lo salah waktu nanya kayak gitu bro.” Kevin menepuk bahu Younghoon.

Karena kesal Younghoon berniat mengambil minuman di dapur untuk menyegarkan dirinya.

Hyunjoon hanya menggeleng, mengendikkan bahunya tak peduli.

“ANJING” Tiba-tiba teriakan terdengat dari dapur, itu Younghoon.

Mereka berlari menghampiri Younghoon.

Eww what the fuck! Please gue gabisa liat ini.” Hyunjoon mengalihkan pandangannya saat melihat jari kaki Younghoon tergeletak jauh terpisah dari kakinya.

Younghoon meringis. “Bantuin gue kek.”

“Kalian gotong Younghoon bisa ga? Gue nyalain mobil dulu.” Juyeon mengangguk lalu dibantu dengan Kevin dan Hyunjae menggotong Younghoon sedangkan Hyunjoon berjalan sambil sedikit menutup matanya. Dia hematophobia.


Mereka semua menghela napas, mereka tidak menyangka kejadian ini akan terjadi bahkan saat mereka berkumpul bersama.

“Kok bisa sih kayak gini” Sunwoo menjambak rambutnya frustasi.

“Gatau Nu, gue juga bingung. Padahal tadi cuma Younghoon duluan yang kedapur tapi kenapa dia bisa kena kejadian kayak gini? Ga masuk akal banget tau ga.” Hyunjae menggeleng tak percaya kejadian ini terjadi di dalam rumahnya.

Hyunjoon menghela napas. “Ya ga masuk akal gimana? Lo lupa itu rumah lo? Sebelum kita dateng, lo mau ngapain aja kita kan gatau. Jangan-jangan lo sengaja bikin kita kerumah lo terus lo bisa bunuh kita semua?!” Hyunjoon meninggikan suaranya.

Hyunjae berdiri menarik kerah baju Hyunjoon. “Maksud lo apa?! Lo nuduh gue?! Bukannya yang patut dicurigain itu lo? Bener kata Younghoon, udah sekitaran tiga minggu dan lo belum mati?! Bukannya itu yang mencurigakan?!”

“Udah udah udah, ini rumah sakit. Lo gila hah?! Lo mau kita diusir?” Sela Kevin, memisahkan mereka berdua.

Younghoon hanya menggeleng melihat semua ini, kakinya terlalu perih membuatnya tak mampu untuk mengucapkan sesuatu.

Tiba-tiba Eric dan Chanhee datang. “Ada apa?” Chanhee menatap Younghoon dan kakinya yang diperban.

“Kena pisau.” Singkat Juyeon.

“HAH?!” Eric tidak bisa menahan teriakannya lagi. “Kok bisa? Bukannya kalian bareng dirumah Hyunjae?”

“Ya bisalah, orang Hyunjae pelakunya.” Cuek Hyunjoon.

“Joon please, diem dulu.” Sunwoo memijat ujung pelipisnya. Dia sangat pusing melihat semua ini.

Mereka semua menghela napas. Sampai hape Chanhee berdering.

“Halo?” Sapa Chanhee.

“Serius dok? Baik dok, makasih.” Ucap Chanhee antusias.

“Haknyeon udah sadar.” Ucap Chanhee membuat mereka semua menuju kamar Haknyeon dengan terburu-buru. Tak lupa Hyunjae membantu Younghoon naik ke kursi roda dan mendorongnya dengan lumayan cepat.