declipsee

Mahen berjalan dengan cepat saat dia merasakan sesuatu yang aneh setelah membaca pesan dari Sagara.

Agatha tuh bukan anak kandung mama, makanya mama gasuka sama dia. Dia cuma anak Papa diluar nikah sama selingkuhannya.

Mahen mematung. Tak jauh dari tempatnya berdiri dia mendengar kalimat itu terucap oleh mulut Jayden.

Semua pertanyaan di kepalanya kini mulai terjawab satu-satu.

Mulai dari sikap mama Agatha yang sangat sentimen pada gadis itu hingga alasan yang membuat Agatha seperti 'dibuang' sejak kecil di U.S.

“Hah?” Tanpa sadar Mahen membuat suara sehingga Jayden dan Sagara menatap kearahnya.

Jayden mendecak lalu beranjak dari sana.

Sagara mengintip Agatha dari kaca yang ada di pintu ruangannya, gadis itu masih tertidur.

“Kita omongin nanti ya? Tapi please jangan sampe Agatha tau.”

Mahen menatap Sagara meneliti. “Lo, bukannya gasuka sama Agatha? Dia sering ngeluh tentang lo ke gue.”

Sagara menghela napas. “Mau gimana pun dia adek gue kan?”

“Meskipun beda nyokap?”

“Mahen, dia punya darah bokap gue yang artinya dia masih adek kandung gue. Gue gapeduli mau nyokap gue sama dia sama atau engga, she always be my sister.

Mahen mengangguk paham meski dia belum menemukan jawaban mengapa Sagara sempat bersikap dingin kepada Agatha.

Setelah membalas pesan dari Mahen, Sagara berlari menuju kamar rawat Agatha. Dia memaki dalam hati.

Jayden, dia tidak pernah berhenti untuk melakukan rencana gilanya.

Sesampainya di kamar Agatha, bisa Sagara lihat saudaranya itu memegang sebuah suntikan yang dia tidak tahu apa isinya.

Sagara bergegas masuk lalu menendang tangan Jayden dan membuat suntikan itu terlempar.

Jayden mendecak. Dia menatap saudaranya kesal. “You again? Mind your own business, dude.

Sagara langsung menarik Jayden keluar agar Agatha tidak terganggu.

Jayden menghentakkan tangan saudaranya itu dan menatapnya dengan tatapan amarah.

“Lo bisa ga? gausah ganggu urusan gue?”

“Ga, Agatha adek gue. Gamungkin gue biarin lo, orang gila yang bahkan pengen lenyapin adeknya sendiri.”

Jayden tertawa. “Sagara, Sagara. Lo mau tau ga alasan gue sama mama ngelakuin ini?”

Sagara terdiam. Sebenarnya dia suda tau alasan dibalik semua ini, namun dia tetap berpura-pura di depan Jayden berharap saudaranya ini bisa sadar.

“Agatha tuh bukan anak kandung mama, makanya mama gasuka sama dia. Dia cuma anak Papa diluar nikah sama selingkuhannya.”

Sagara menatap Jayden tajam.

“Hah?”

Sebuah suara membuat Jayden dan Sagara menoleh.

Agatha kini berpose di depan hp nya juga di depan Mahen yang menatapnya malas.

“Ini udah hampir seminggu, lo belum sembuh?” Tanya lelaki yang tengah menatap si gadis yang juga sedang asik sendiri.

“Lo ga denger apa kata dokter? Jahitannya belum kering.”

Mahen mendecak. Dia mengambil apel lalu mengupasnya.

“Nih.”

Agatha mengerutkan keningnya saat sepotong apel berada tepat di depannya.

“Makan cepet.” Paksa Mahen.

Agatha mendengus kesal lalu melahap potongan apel tersebut.

Agatha tidak bisa berbohong, menghabiskan waktu bersama Mahen di ruangan ini selama hampir seminggu membuat sebuah perasaan aneh merasukinya.

Atau bahkan jauh sebelum itu? Entahlah, tapi Agatha baru menyadarinya beberapa hari terakhir.

Saat dia membuka mata, orang yang pertama kali dilihatnya adalah Mahen. Begitupun saat dia ingin tidur, Mahen adalah orang terakhir yang dia lihat.

Since Mahen carelessly make sure that she already sleep or just asking is she comfortable with everything around her makes her heart beating faster.

Without her knowledge, she already rely on him. Everything she wanted to do she always call his name.

“Mahen gue mau minum.”

Meski terlihat ogah-ogahan tetapi Mahen tetap melakukan apapun untuk Agatha.

Pertanyaan mulai muncul dikepala putri Evans itu.

Apakah memang hubungan client dan bodyguard pada umumnya seperti ini? Atau hanya dirinya yang merasakan semua keanehan ini? Atau Mahen memang bersikap terlalu perhatian dibandingkan bodyguard pada umumnya sehingga membuat dia merasakan perasaan yang aneh?

Selama ini, Agatha adalah orang yang selalu memberi dan tidak pernah menerima karena dia yakin akan dirinya. Dia percaya dia bisa mendapatkan apa yang dia mau sehingga dia tidak pernah bergantung kepada orang lain sebaliknya orang-orang yang bergantung padanya entah karena memang tulus atau hanya memanfaatkan dirinya yang kaya raya.

Setelah bertemu Mahen, dia bisa merasakan bagaimana rasanya jika dia dimarahi bukan karena Mahen sosok yang buruk tetapi karena lelaki itu khawatir.

Baru kali ini Agatha merasakan kehangatan dari pelukan seseorang saat dia diserang rasa panik atau rasa takut.

Mahen membuatnya merasakan berada di sekitar orang yang kau sebut teman dan bisa bertingkah bodoh di depan mereka meski Agatha masih sering menutup diri di depan Jaevan dan Kafka.

Agatha bukanlah sosok orang yang bisa mempertahankan hubungan dekat dengan orang lain tetapi dia bisa selama ini terikat dengan Mahen.

Apa semua ini? Pikir Agatha.

Dia menatap punggung Mahen yang tengah mengisi gelasnya dengan air di dispenser. Entah dorongan dari mana dia turun dari ranjangnya meski rasa keram masih terasa di perutnya.

Mahen yang berbalik melihat Agatha seketika panik mencoba memegangi gadis yang langsung menabrak dirinya sehingga gelas yang tadi diisinya jatuh dan pecah.

Agatha memeluknya.

Erat.

“Ta?”

Wait a minute Mahen.” Ucapnya dengan helaan napas yang bisa Mahen dengar.

Mahen menghela napas menggerakkan tangannya memeluk Agatha dan mengusap lembut rambutnya sehingga gadis itu semakin mengeratkan pelukannya.

Tanpa Agatha tahu bahwa yang dia peluk juga menghadapi perang di dalam dirinya bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua.

Mata Agatha membulat saat membaca chaf dari Jaevan. Dia beralih menatap Mahen tajam, sedangkan yang ditatap memberi tatapan bingung.

“Apa?”

“Ngeselin.” Kesal Agatha sembari melempar remot AC ke arah lelaki itu.

Mahen mengernyit. “Apasih?”

Dia berdiri mendekati Agatha namun gadis itu mengangkat tangannya mengisyaratkan agar dia tidak mendekat.

“Gausah deket-deket.”

Namun bukan Mahen namanya jika dia menurut. Dia langsung mendudukkan diri di ujung ranjang Agatha membuat gadis itu memundurkan badannya secara otomatis.

Sikap Agatha membuat Mahen tertawa. “Lo takut gue cium lagi?”

Sialan ini orang. Pikir Agatha.

Bagaimana bisa dia bersikap biasa saja setelah mencium dirinya dua kali?!

Agatha tak habis pikir. Dia kira Mahen hanya pandai berkelahi, ternyata dalam hal menggoda lelaki itu juga sangat jago.

“Kan ketauan yang sebenernya seducing selama ini siapa. Lo yang seducing gue Mahen.”

“Engga lah, lo yang seducing makanya gue kepancing.”

fuck you.

Mahen tersenyum, dia mendorong tubuh Agatha pelan agar gadis itu berbaring.

“MAU NGAPAIN ANJING?!”

“Dih gue cuma nyuruh lo istirahat. Gausah ngomel.”

You fucker.

“Lagian lo kenapa marah banget sih?” Tanya Mahen penasaran.

First kiss gue anjing. Kutuk Agatha dalam hatinya.

Seolah Mahen bisa membaca pikirannya dia langsung menutup mulutnya terkejut.

“Jangan bilang kemaren itu first kiss lo?”

Agatha menatap Mahen malas lalu berbalik memunggungi lelaki itu.

“Ngeselin lo.”

“Berarti bener.”

“Musnah aja lo Nathan bajingan Mahendra.”

Sagara menatap Mahen yang memandangi wajah tertidur Agatha.

Pemandangan itu membuat Sagara langsung menyimpulkan sesuatu.

Tiba-tiba pintu terbuka memunculkan sosok Jayden dengan senyuman lebar dan sebuah parcel di tangannya.

Mahen langsung berdiri menyambutnya sedangkan Sagara? Dia hanya memuta bola mata malas.

Disgusting banget astaga, ini saudara gue bukan sih. Pikirnya.

Jayden menatap Sagara aneh. “Loh, sejak kapan kalian akrab?”

Mahen memilih untuk diam.

“Emang lo akrab sama Mahen?” Tanya Sagara tajam.

Jayden tertawa. “At least i have more interaction than you.

Dalam diam, Mahen mengernyit. Ada sesuatu diantara dua bersaudara ini.

“Eh ini buat Agatha kalau udah sadar ya.” Mahen hanya mengangguk menerima pemberian Jayden. Tak mau ambil pusing, lebih tepatnya.

“Lo pulang deh, biar gue yang jagain Agatha.”

“Dih siapa lo nyuruh-nyuruh?”

“Lo kan udah jaganya, giliran gue.”

Mahen menatap kedua bersaudara itu kesal. Masih sempatnya mereka berdebat.

Dia memilih untuk berdiri lalu mendorong Jayden serta Sagara keluar dari ruangan Agatha.

“Mending lo berdua pulang, Agatha biar gue yang jaga.”

Sagara menatapnya tidak terima, dia khawatir Mahen akan terpedaya oleh Jayden kalau saja lelaki itu datang lagi lalu mencoba mencelakai Agatha.

“Ga, kemaren aja lo kecolongan. Gue mau jagain juga.”

Jayden menatap Sagara. Dia tahu, ini adalah langkah saudaranya itu untuk mencegah dia berbuat sesuatu.

“Gue aja yang jagain Agatha.” Ujar Mahen lelah.

“Mending lo berdua pergi dah, serius.” Tekan Mahen lalu mendorong keduanya dengan keras sehingga mereka terjengkang memberi kesempatan untuk Mahen menutup pintu ruang inap Agatha.

Agatha berjalan menuju mimbar saat Keenan memanggilnya sebagai seseorang yang kini bergabung ke dalam Evans Group.

Riuh tepuk tangan mengiringi langkahnya yang tampak anggun dengan dress putih selutut membuat semua orang terpana dan pandangan tertuju padanya.

Dia memberikan berapa sambutan yang disambut meriah.

She return to the corner of the ball and stand in her bodyguard side, Nathan Mahendra.

Nervous?He asked

Agatha shake her head “Biasa aja.”

Mahen tersenyum singkat menanggapi jawaban gadis itu.

MC diatas mimbar pun akhirnya mengumumkan akhir dari acara yang akan ditutup dengan pesta dansa.

Agatha menerima banyak tawaran dari para putra kolega Evans Grup sehingga dia bingung untuk sekedar membuat pilihan. Melihat itu, Mahen yang sejak tadi bersedekap berjalan malas menuju meja lalu meminum segelas beer yang ada disana.

Dia kemudian berbalik saat suara gadis itu mulai meninggi.

Ternyata beberapa orang mencoba bertindak terlalu jauh.

Mahen berjalan mendekat dan langsung meraih pinggang gadis itu.

Mata Agatha melebar, menoleh menatap Mahen.

Sorry, dia sama gue.” Ucap lelaki itu datar membuat para pemuda yang ada disana mundur dengan kecewa.

“Apa-apaan lo?”

Mahen mendecak. “Masih bagus gue tolongin.”

Sementara itu, musik mulai mengalun membuat orang-orang mengisi area tengah ballroom lalu berdansa.

Agathan menatap mereka lalu menoleh ke arah lelaki yang sejak tadi masih memeluk pinggangnya.

Shall we?

Mahen mengangguk dan mulai melangkahkan kakinya dengan pelan menyeimbangkan diri dengan gerakan kaki Agatha.

Kedua lengan Agatha diletakkan melingkar ke belakang leher Mahen.

Mahen mengunci netra Agatha lekat.

Mereka berdansa dalam diam hingga lampu ballroom tiba-tiba padam membuat semua orang kebingungan dan mencoba menepi namun tidak dengan mereka berdua.

Baik Mahen maupun Agatha masih bertukar tatap satu sama lain.

Mahen tidak akan menyangkal fakta bahwa gadis di depannya ini memang sangatlah menawan. Hingga tatapannya jatuh pada bibir gadis itu.

Sebuah memori saat dia mencium gadis itu kembali muncul. Saat itu dia hanya mencoba membuat gadis ini diam dan sekarang entah dorongan dari mana Mahen kembali menarik Agatha dan menciumnya.

Respon gadis itu pun masih sama seperti kali terakhir, terkejut.

Mahen tersenyum kecil membuat Agatha mengeratkan pelukannya dan membuat lelaki itu merasakan manisnya bibir Agatha.

Sentuhan lembut di bibirnya membuat Agatha terbuai serta mempercepat detak jantungnya.

Ciuman itu berbeda seperti saat terakhir kali dimana Mahen berkata bahwa dia terpaksa mencium dirinya karena terlalu berisik namun detik ini sesuatu di dalam dirinya berdesir aneh membuatnya berharap bahwa waktu berhenti untuk sesaat.

Namun, tiba saat Mahen tersadar lalu dia menarik diri membuat Agatha menatapnya bingung.

Sorry Ta, i thought i was drunk.” Mahen mendorong pelan Agatha agar gadis itu melepaskan pelukannya.

Tepat setelah Mahen berjalan menjauh, sebuah tangan dengan pisau mendekat dan menusuk Agatha.

“Mahen.” Lirih gadis bersamaan saat lampu kembali menyala.

Mahen berbalik melihat Agatha kini terduduk memegangi bagian perutnya yang kini sudah mengeluarkan darah dan menodai dress putihnya.

“Agatha!” Mahen panik saat matanya tidak bisa beralih dari gadis itu sehingga sang pelaku tidak bisa dia temukan.

He sighed, look at the drama that his brother and his own mother did in their group chat.

When will they stop act like this sih aduh.*” Ucap Sagara yang tengah merebahkan dirinya di kasur king size yang dibalut dengan bed cover berwarna hitam.

Dia menggeleng melihat bubble chat dari saudaranya itu muncul seolah-olah membela Agatha- saudari perempuannya.

They must be planned something

Sagara sebenarnya khawatir dengan Agatha, namun dia tidak tahu bagaimana cara untuk menunjukkan kepeduliannya itu.

Kelakuan Jayden dan Mamanya membuatnya begitu malu sehingga dia tidak sanggup untuk bahkan menyapa Agatha.

Dia selalu mendambakan keberadaan seorang adik perempuan yang dia pikir akan sangat cantik sejak Papanya memberitahu mereka bahwa ada seorang gadis kecil yang tinggal jauh dari mereka.

Namun, karena semua hal yang telah dilalui gadis itu membuat Sagara bahkan tidak bisa maju selangkah pun mendekati Agatha yang juga memiliki kepribadian yang keras.

He remember something and pick up his phone then type some message to someone.

Mahen menatap Agatha datar lalu melangkahkan kakinya memasuki kamar Agatha tanpa izin.

Gadis itu menatap Mahen tidak percaya. Sebenarnya yang bos siapa?

“Ngapai lo liatin gue gitu?” Tanya Mahen datar membuat Agatha sedikit bergidik.

Sumpah demi apapun, Agatha lebih memilih Mahen yang rese, yang pedenya ketinggian daripada Mahen yang ada di depannya saat ini.

“Lo masih ngambek?” Tanya Agatha saat menduduki sofa yang ada di samping kasurnya— karena Mahen berbaring di kasurnya.

“Ga.”

“Ih. Kenapasih? Jangan gitu dong. Gue takut.”

Mahen menoleh menatap gadis itu.

Dia bangun dan mendekati Agatha sehingga gadis itu memundurkan dirinya menyentuh sandaran sofa.

Mahen mengungkung Agatha dengan kedua lengannya.

But i thought you told Jaevan you didn't scare of anything?He is asked but the girl refuse to stare at him straight to his eyes because she swear to the God, Mahen looks different right now.

“Mahen gue beneran takut.”

“Kenapa? Ohiya im a monster, remember?

“Mahen.” Suara Agatha bergetar.

Dia menutup kedua matanya sehingga membuat air mata Agatha menetes.

“Eh lo nangis?” Ucap Mahen panik.

Dia mengambil tempat di samping Agatha meraih wajah gadis itu dengan tangannya.

Agatha menatap Mahen dengan mata berair.

“Sorry, gue bercanda doang Ta.”

Agatha menghentakkan tangan Mahen berdiri menjauh.

“Ga lucu. Keluar deh.”

“Ih gue bercanda doang.”

“Tapi guenya beneran takut anjing!” Bentak Agatha dengan suara bergetar membuat air matanya kembali mengalir.

Mahen bingung, dia hanya ingin mengerjai gadis itu namun it goes wrong.

Lelaki itu menggaruk tengkuknya.

Agatha masih membelakanginya dengan bahu yang sedikit bergetar.

“Ta.” Panggil Mahen lembut mencoba menenangkan Agatha.

“Tata sorry.”

Agatha berbalik menatap Mahen kesal.

“Sorry sorry, lo tau ga sih gue tuh takut lo bakalana minta berenti lagi kayak waktu itu.” Omel gadis itu.

“Lo tau kan Mahen gue selama ini gatau apa-apa, but everything seems like wanted me to gone. To disappears. Tau kan? Lo malah bercanda gitu.”

Mahen diam. Dia hanya menarik Agatha ke dalam rengkuhannya sehingga gadis itu diam.

Dont ask, i just wanna keep you safe. Physically and mentally.He said.

But, without his knowledge the hug is the beginning of something unexpected.

Sagara dan Jayden hanya menatap Mahen dan Agatha yang menjauh.

“Bisa ga lo stop ngelakuin ini?”

Yang ditanya hanya tersenyum singkat.

“Apa peduli lo? Gue kira lo gasuka sama Agatha?”

Sagara menoleh menatap saudaranya tajam. “Gue emang ga akur sama dia, tapi gue ga munafik kayak lo. Muka dua.”

Jayden mendecak. “Gue juga lakuin ini demi mama.”

“Lo bahkan gatau alasan mama ngelakuin ini sama Agatha apa.”

“Mau pake alasan atau engga gue bakal tetep ngelakuin ini. Lo tau alasannya apa, Sagara.”

Better you stop Jayden Evans.

In your dream.” Ucap lelaki itu berjalan melewati Sagara yang terdiam.

Sagara menghela napas. “I've warned you.

Jaevan mendecak kesal saat dia baru saja membaca pesan dari gadis aneh bernama Agatha.

“Kenapa lo?” Tanya Kafka dengan dahi berkerut.

“Biasa, princess jadi-jadian. Mentang-mentang belakangan aman, dia jadi sok berani lagi. Haduh, kasian juga Mahen harus punya client macam dia.” Ujar Jaevan menggeleng. Dia berjalan menuju toilet yang tak jauh dari tempatnya lalu menggedor pintu itu.

“Woe cepetan, Agatha katanya mau kesini sendirian.”

Mahen mendecak. “Agatha please let me live in peace.

Dia segera membersihkan diri lalu bergegas keluar dari sana.

Di seberang bar Jaevan he could see the girl standing uncomfortably because the high-heels she's wore.

Mahen menggeleng, dia berjalan perlahan mendekato gadis yang belum menyadari keberadaannya.

Gadis itu mulai melangkahkan kaki dengan tatapan yang masih terpaku kepada hp nya.

Matanya menyipit saat dari sebelah kanan gadis itu sebuah mobil melaju kencang.

Dia segera berlari. Bisa dia lihat Jayden juga berlari keluar dari cafe mencoba menghentikan gadis itu.

“AGATHA!”

Langkah Mahen terhenti, kejadian itu begitu cepat. Agatha terjatuh karena tarikan seseorang.

“Sagara? Lo ngapain sih?” Tanya gadis itu heran.

“Agatha astaga lo nyebrang ga liat jalan, lo hampir aja ketabrak.” Ucap Jayden khawatir.

Agatha melebarkan matanya terkejut.

“Ta? Lo gapapa kan?” Mahen datang dan langsung memapah gadis itu.

Agatha mengangguk.

Sagara menatap Mahen datar. “Lo gimana si? Katanya bodyguard? Kenapa malah ninggalin dia?”

“Sorry, tadi ada urusan.”

“Urusan apa yang lebih penting dari client lo?”

Jayden memegangi lengan Sagara mencoba membuat saudaranya itu tenang.

Agatha berdiri menepuk bagian belakang bajunya.

“Gausah sok peduli lo.” Ucap gadis itu lalu menarik Mahen menjauh.