declipsee

Agatha berjalan malas mengekori Mahen yang melangkah lebih cepat darinya.

Menyadari gadis itu tak ada disampingnya, Mahen berbalik menatap Agatha yang sedang menatap jalan.

Dan.. bruk

Mahen dengan sengaja berdiri di depan gadis itu dan membuat Agatha menabrak dirinya.

Agatha mengaduh, mengangkat kepala menatap Mahen tajam. “What does that mean?

Namun, Mahen tak menjawab.

“Duduk dulu yuk, gue capek.” Mahen menarik Agatha untuk beristirahat di kursi taman.

Mereka duduk berdampingan. Mereka berdua sama-sama sedang memandang sesuatu.

Agatha yang memandang langit dan Mahen yang memandang Agatha.

“Ta.”

“Hm.”

“Lo kenapa belain gue depan keluarga lo?”

“Karena lo bodyguard gue.”

“Ga, pasti ada alasan lain. Being a bodyguard won't make you got those kind of treated.

Agatha terdiam. Mahen benar, kenapa dia melakukan hal itu?

Gadis itu diam, tak bersuara sedikitpun.

Dalam diam, dia juga mencari jawaban atas pertanyaan Mahen.

Agatha menoleh dan netranya langsung terpaku oleh milik Mahen. Mereka saling mencari jawaban satu sama lain dan salah satunya mulai menyadari sesuatu.

cw // kiss

Mahen mengejar Agatha yang melangkahkan kakinya cepat.

“Agatha?”

Tidak ada jawaban, gadis itu hanya terus berjalan memasuki kamarnya.

“Hey.” Mahen menarik lengan gadis itu menghadapnya.

Agatha hanya menutup kedua matanya mengatur napas meredakan emosinya.

Gadis itu membuka matanya menatap Mahen.

What are you staring at?

Mahen mengangkat kedua alisnya. “You.

Agatha mendecak mendorong Mahen menjauh.

“Ta lo harusnya ga kayak tadi.”

“Lo diem deh, jangan bikin gue makin emosi.”

“Ta gue serius, yang tadi itu gabagus.”

“Mahen please.”

“Lagian yang dibilang nyokap lo bener, gue bukan siapa-siapa. Ini salah gue.”

“MAHEN!”

Agatha meninggikan suaranya, menatap lelaki itu tidak percaya.

“Gue belain lo padahal? Kenapa lo malah nyalahin gue?”

“Tapi Ta.”

Agatha berdiri menjauh. “Keluar aja lo dari sini.”

“Ta.”

Mahen please why didn't you just leave me alone?

Agatha berbalik dan langsung terkejut saat Mahen sudah ada di depannya.

Lelaki itu menatapnya lekat.

Because of it.

Kedua mata Agatha melebar saat Mahen langsung menarik tengkuknya dan mencium bibirnya.

Agatha terkejut, namun anehnya otaknya tidak menolak. Dia membiarkan Mahen tetap menciumnya.

Sentuhan lelaki itu membuat Agatha melupakan kemarahannya bahkan saat Mahen menarik diri dia masih tak bergeming.

Ditatapnya lelaki itu yang langsung tersenyum.

“Daritadi kek diemnya, musti di cium dulu baru stop?”

Fuck you.” Agatha berjalan melewati Mahen dan dengan sengaja menabrakkan bahunya ke lengan Mahen membuat lelaki itu tersentak.

Kini keluarga Evans tengah duduk bersama di meja makan untuk menyantap makan malam mereka, kecuali Agatha.

Where is your daugther Keenan?” Tanya Liana kepada suaminya.

Well, just wait. We won't start the dinner if she's not here.

Jawaban dari suaminya membuat Liana memutar bola mata malas.

Senyuman Keenan mengembang saat melihat putrinya berjalan mendekat bersama Mahen di sebelahnya.

Agatha mengambil tempat di samping Jayden diikuti oleh Mahen.

Tepat saat saat Mahen menarik kursi tiba-tiba pertanyaan Liana membuatnya berhenti.

Loh, what are you doing here? Ini Evans mau dinner keluarga, are you one of us?” Sinis Liana.

Mom?

“Kenapa? Masih mending selama ini mama biarin dia karena dinner yang kemarin-kemarin dinner biasa tapi sekarang ini dinner keluarga buat rayain Sagara yang dapet nilai tinggi semester ini. Lagian kamu liat ada ga pekerja lain yang duduk makan bareng kita? Gada kan?”

“Kalau Mahen gaboleh makan disini then i wont either” Agatha mencoba berdiri namun tangan Mahen menahan bahunya melarang dia untuk beranjak.

Tetapi Agatha adalah Agatha, dia tidak akan mendengarkan siapapun.

“Agatha!” Tegur Keenan namun gadis itu tak mendengarkan.

“Agatha kalo lo pergi berarti lo ga nganggep kita keluarga.”

Agatha berbalik menatap Jayden. Dia tersenyum miring. “Emang kapan gue dianggap keluarga sama kalian? Yang nganggep gue disini cuma Papa kan? Yang lain engga?” Ucapnya tajam.

“Agatha behave.

No Dad, im tired of that fucking behave term

“AGATHA!” Sagara yang sejak tadi diam meninggikan suaranya.

“Apa? Shut up your mouth, i dont care Sagara Evans.” Tekan Agatha pada setiap kata yang dia ucapkan lalu pergi dan menarik Mahen menjauh dari sana.

tw // blood

Mahen melangkahkan kakinya mendekati kolam renang di rumah mewah keluarga Evans.

Dia berdiri di pinggir kolam mengawasi satu-satunya putri Evans yang sedang berenang.

Mahen dengan sengaja menendang air agar percikannya mengenai gadis itu dan seperti yang sudah diketahui gadis itu akan menatapnya tajam.

“Ngeselin.” Ketusnya.

Mahen hanya tersenyum kecil.

Gadis itu mendekat ke tepian lalu keluar dari kolam renang menuju kursi yang tak jauh dari tempatnya meraih bathrobe yang menggantung disana lalu memakainya.

Mahen hanya memperhatikannya dari pinggiran kolam.

“Apa liat-liat?”

“Lah gue kan punya mata?”

Agatha mendecak sebal. Dia berjalan mendekati Mahen dan berdiri disampingnya menatap kearah kolam.

“Ngapain lo?”

“Apa?”

“Ngapain kesini?”

“Ya suka-suka gue? Emang ada larangan Mahen ga boleh ke kolam renang? Gada kan?”

Agatha tak menjawab hanya menghela napas kasar.

Mahen menoleh menatap Agatha dengan wajah kesalnya.

“Gausah liatin.” Ucap gadis itu tanpa menoleh.

“Kenapa? Lo salting?”

“Terserah lah. Capek gue ngomong sama lo.”

“Yaudah, shut the fuck up

How dare this fucker.” Lirih Agatha yang masih bisa tertangkap indra pendengaran Mahen.

Tiba-tiba saja sesuatu tertangkap oleh netra Mahen membuatnya menyipit untuk memastikan apa yang dia lihat.

“Agatha.”

“Apa?”

“Sini.”

Agatha mengernyit bingung menatap Mahen aneh.

“Apasih.”

“Sini.” Ucapnya sedikit dengan penekanan.

“Ap— Mahen!” Agatha memekik saat dirinya tertarik ke depan lalu menabrak tubuh Mahen lalu lelaki itu dengan cepat mendekapnya dan berputar.

Mata Agatha melebar saat dia melihat arah tangan Mahen yang satunya lagi menahan sebuah pisau yang hampir saja menusuknya.

Mahen menatap orang itu tajam lalu dengan cepat kakinya bergerak dan menendang orang itu hingga limbung dan tercebur ke kolam renang.

Bersamaan dengan itu para pengawal yang berjaga di depan masuk karena mendengar teriakan dari Agatha.

“Bawa orang itu, dia hampir menyakiti nona muda.” Ucap Mahen mengibas-ngibaskan tangannya yang sudah mengeluarkan banyak darah.

Seorang pembantu mendekat namun Agatha menahannya.

“Gapapa, biar saya aja yang obatin.” Perintah Agatha masih dalam dekapan Mahen.

Agatha menatap tangan Mahen dengan perasaan bersalah sementara Mahen berkutat dengan pikirannya.

Agatha membuka pintu kamarnya dengan wajah datar menatap Mahen yang tersenyum aneh dengan rambut basah yang berantakan— sudah mandi.

“What you want?” The girl ask but the boy just walk passing her.

Agatha menarik Mahen dengan cepat saat lelaki itu duduk di kasurnya.

How dare you?!

Mahen hanya menatapnya datar seperti am i wrong? i just wanna sit, i dont do anything.

Agatha mendecak menatap Mahen malas lalu ikut duduk disebelah lelaki itu.

“Tumben pakaian lo tertutup gini?” Sarkas Mahen menatap gadis itu dari atas sampai bawah.

“Mau gue pukul?” Agatha sebenarnya malas meladeni lelaki ini tapi apa boleh buat.

She continued to apply the serum on her face. Mahen just stare at her gently and start to curious.

Dia menahan tangan Agatha yang bergerak di wajah mulusnya membuat gadis itu menoleh menatapnya tajam. “Apa?”

“Gue pengen juga, bagi ya?”

“Gaji lo gue potong?”

“Terserah.”

“Ini mahal anjir, masa bagi dua sama lo.”

“Ya kan mau potong gaji gue?”

Agatha berdecak. Dia tidak akan pernah menang jika berdebat dengan Mahen.

“Cuci muka dulu sana.” Suruh Agatha menunjuk wc di sudut kamarnya membuat Mahen bergegas menuruti perintah.

Gadis itu mendengus. “Tumben nurut, cutie like a puppy.” Agatha tersenyum.

Namun, senyuman itu langsung pudar saat Mahen sudah muncul dari balik pintu kaca disana.

“Udah.”

“Duduk sini.”

Mahen listen to her and the girl really think that she just playing with a puppy. Apalagi dengan Mahen yang bareface dan SEDANG tidak babak belur membuat lelaki itu tampak berbeda.

Setelah memasang facemask untuk dirinya, Agatha mulai dengan telaten mengaplikasikan beraneka ragam jenis skincare yang dia miliki.

Sementara itu, Mahen hanya diam menatap gadis itu memijat wajahnya pelan.

“Awas lo naksir.”

“Gabakal, lo kali yang naksir gue. Lo kan hobi seducing gue Ta.”

Agatha mengernyit. “Ta?”

Mahen berdehem. “Tata kan.”

Gadis itu langsung memukul dahinya. “Gausah sok akrab.”

“Nama lo kepanjangan. Capek gue, Tata aja.”

“Ngatur.”

“Bodo.”

Agatha menghela napas kasar mendorong Mahen menjauh. “Udah. Sana balik.”

Gadis itu mengambil pelembab bibir miliknya dan mengoleskannya di bibirnya yang kecil dan tipis lalu bergegas masuk ke dalam selimut.

Mahen masih tak bergeming.

“Apaa? Gue mau tidur.”

“Gue ga dipakein itu?”

Please Nathan Mahendra itu barang private gaboleh asal bagi.”

“Lah kenapa?”

Agatha kembali bangun, mengubah posisinya menjadi duduk.

“Lo galiat gue tadi make nya disini?” Agatha pointing her lipson my lips

“Terus?”

Gosh.

“Oh indirect kiss nya?”

Agatha membulatkan matanya menatap Mahen aneh. “Lo naksir ya sama gue?”

Mahen hanya mengendikkan bahunya. “Cepetan, abis tuh gue cabut.”

Fuck you

Agatha melakukan apa yang Mahen inginkan. “Puas?”

Mahen tersenyum sebagai jawaban.

“Eh satu lagi, mirror selfie dulu.”

“Banyak mau lo anjing.”

Agatha dengan terpaksa mengikuti keinginan lelaki itu agar dia cepat keluar dari kamarnya.

“Udah.”

“Oke.”

“Sana keluar!”

“Sabar elah.”

“Nyebelin.”

“Bodo.”

Agatha kembali mengambil posisi di kasurnya, namun sebelum itu dia memposting beberapa foto di akun instagram miliknya.

The Evans kini berkumpul di ruang tamu.

Sudah ada Agatha disana dengan kopernya.

Keenan tersenyum melihat putri satu-satunya itu.

Tak lama kemudian pintu rumah mereka diketuk.

Agatha berlari kearah pintu dan membukanya. Tampak sosok yang sudah dia tunggu.

Mahen.

Come in” ajak Agatha.

He is nodding and take his step entering the evans house.

“Malam pak, bu saya Mahen. Bodyguard nya Agatha.”

Bisa dia rasakan tatapan tak suka berasa dari wanita paruh bayah yang duduk tepat di depannya.

“Hai, lo pasti udah tau gue kan. Kita ketemu di kantor polisi hari itu.” Ucap Jayden, membuat Mahen mengangguk.

“Kantor polisi?” Tanya Liana.

Putranya mengangguk mengiyakan. “Iya ma.”

“Ngapain kamu ke kantor polisi?”

Mom, please stop. Mahe baru nyampe gausah nanya aneh-aneh.”

“Ayo Mahen, saya akan bicarakan beberapa hal dengan kamu.”

Keenan berdiri berjalan ke arah taman belakang diikuti oleh Mahen meninggalkan Agatha, Liana, Jayden dan Sagara disana.

He is here.

IMG-20210915-202950

Agatha mengaduk ice matcha lattenya malas. Meski dirundung rasa takut karena tidak ada sosok Nathan Mahendra di sampingnya dia tetap nekat melakukan apa yang dia mau.

Ya, seperti itulah Agatha tough outside. Also for herself.

Hingga sebuah suara dari sudut cafe itu mulai terdengar oleh telinganya.

Eh itu putri the evans yang baru balik dari USA ya? Katanya kemaren kena terror?

Agatha menghela napas kasar.

Cantik ga sih? Mana seksi banget.” Ucap seorang lelaki kepada teman lelaki nya.

Agatha mengerutkan kening, dia tidak suka mendengar kalimat itu.

Boleh kali digodain?”

Jangan lah, lo gatau apa Evans pengaruhnya gede. Bisa kena masalah lo.

Dia pasti juga mau lah, lagian di USA pasti hidupnya bebas. Liat aja bajunya kebuka kayak gitu, dia pasti ngundang lah.

Baru saja Agatha ingin berdiri tiba-tiba sebuah tangan menahan bahunya.

“Lo diem aja, duduk cantik disini. Biar gue yang urusin.” Mata Agatha membulat sempurna. Itu Mahen.

Dengan secepat kilat Mahen menghampiri orang yang berbisik dengan suara keras dibelakang perempuan itu dan memberinya satu pukulan yang cukup membuat mereka tersungkur.

Keributan pun terjadi dan disitulah peran Agatha.

Dia menghampiri cashier dan memberi beberapa lembar uang serta kartu nama.

“Kalau kurang just hit me up

Penjaga cashier itu terkejut saat melihat nama Evans disana. Dengan cepat dia mengangguk paham.

“Jangan pernah pake mulut lo buat ngomong macem-macem sama dia atau lo bakalan nyesel.” Ancam Mahen membuat kedua orang itu mengangguk ketakutan.

Jujur saja, sebenarnya Agatha juga takut akan sosok Mahen yang seperti ini. Dia tahu, Mahen bisa menghabisi siapa saja jika dia mau. Dia bergidik sendiri mengingat bagaimana menyebalkannya dia saat bersama Mahen, berharap lelaki itu tidak menyimpan dendam padanya.

“Udah?” Tanya Agatha.

Mahen mengangguk sedikit meregangkan sendinya lalu menyisir rambutnya kebelakang.

“Yuk.”

Agatha tersenyum menatap kedua lelaki yang tadi berbicara banyak hal tentangnya. Dia menjulurkan lidah lalu berbalik memasang kacamatanya berjalan keluar dari cafe bersama Mahen disampingnya.

c2fb49909c010f31f0fb8d0de11f4fe7

Mahen melajukan mobilnya dengan cepat saat melihat grup chat nya bersama Jaevan dan Kafka.

He cursed along the way.

After arriving, he did parking and ran into the bar then found Agatha sitting limply at the counter with Jaevan who's already worried.

Mahen menghela napas. Dia menarik Agatha kasar membuat perempuan itu kewalahan untuk melawan karena dia masih shock.

“Mahen, calm down.” Cegah Jaevan membuat Mahen menatapnya dengan menggeleng sehingga kawannya itu melepas tangannya yang menahan lelaki itu.

“Mahen sakit tangan gue.” Protes Agatha namun lelaki itu tidak menghiraukannya

He pushed the girl into the car and stare at her sharply.

“Gue paling gasuka dibantah Agatha.” Suara dingin Mahen seakan menggelegar memecah keheningan di dalam mobil.

Agatha tersenyum sebisanya, tetap terlihat kuat meski tangannya masih terasa dingin. “Ada hak apa lo ngomong gitu ke boss lo?”

“Ini demi keselamatan diri lo. Tugas gue buat keep you safe gue nyuruh lo diem dirumah sampe gue balik dari misi tapi lo?” Ucap Mahen panjang menoleh menatap perempuan itu.

Agatha terkesiap, menatap Mahen yang luka lebih dari sebelumnya. Dia teringat kata Jaevan.

He always told us to not disturb him when he in a mission, soalnya kalau fokusnya Mahen pecah dia bisa aja kecolongan terus masuk ke keadaan bahaya. Soalnya dulu pas awal dia nerima misi, Kafka pernah nelfon Mahen terus karena ga tau terus Mahen hampir ketangkep. Hampir kehilangan nyawa. Untung yang ngasih dia misi gercep nyelametin Mahen.

Dia jadi sedikit merasa bersalah. Ingat, hanya sedikit.

“Ya harusnya lo berhenti aja nerima misi.”

Mahen menggeleng. “Gabisa, ini udah pekerjaan gue dari lama. Kalo lo gabisa nerima dan ikutin apa yang gue suruh meskipun itu demi kebaikan lo sendiri.”

“Gue berhenti.” Tegas Mahen tepat setelah dia memarkirkan mobilnya di basement mansion tempat Agatha tinggal.

“Mahen, are you serious?” Tanya Agatha tak percaya.

“Keluar.”

Agatha mendecak. “Fine.”

Agatha menutup pintu mobilnya dengan keras.

Perempuan itu berjalan menjauh tepat setelah mobil Mahen melaju meninggalkan basement. Agatha berbalik tak percaya saat lelaki itu benar-benar melakukan apa yang dia katakan.

Tepat semenit setelahnya, Agatha regret what she ever said to the boy.

Agatha mematut dirinya di cermin, tersenyum senang akhirnya gaun yang dia beli kemarin bisa dia kenakan hari ini.

Gaun backless panjang berwarna hitam sangat cocok dengan dirinya.

“Lo lama bener dah, ini cuma dinner.” Ucap Mahen yang tengah bersandar di depan pintu kamar milik perempuan yang tengah mencoba mengulurkan tangannya ke belakang untuk mengikat tali gaunnya namun kesulitan.

“Bacot.”

Mahen hanya menatap perempuan itu malas.

Dia hanya diam melihat perempuan yang 'sebenarnya butuh bantuan' itu kesulitan berkutik dengan tali gaun milliknya.

“Lo ngapain berdiri disitu? Bantuin kek.”

Lelaki itu menghela napas. “Ya lo gaminta.” Dia berjalan mendekati Agatha yang menatapnya tajam melalui cermin besar di depan mereka.

Mahen ikut menatapnya tajam. “Diapain ini.” Sembari tangannya menarik tali itu agak kencang membuat Agatha melotot.

“Kekencengan sialan gue ke cekek.”

Lelaki itu tersenyum kecil.

“Iket aja, yang bagus tapi biar ga melorot. TAPI JANGAN DIIKET MATI!” Jelas perempuan itu.

Mahen bersedekap saat pekerjaan mengikat talinya selesai.

Agatha tersenyum senang, dia kembali menatap dirinya di cermin.

Cantik. Pikirnya.

“Mending ga pake baju ga sih?” Tanya Mahen membuat perempuan itu berbalik menatapnya aneh.

“Ya liat aja itu modelnya begitu.” Protes Mahen sebelum perempuan itu mengomelinya.

“Ini backless bodoh.”

“Setau gue backless mah sepinggang doang lah ini pinggul lo juga keliatan?”

Agatha hanya mendecak lalu berjalan melewati Mahen.

Lelaki itu memutar bola matanya malas. Dia paling tidak suka jika lawan bicaranya hanya berlalu tak acuh oleh perkataannya, sebelumnya tidak ada yang berani melakukan hal itu padanya. Hanya Agatha, perempuan aneh itu.

b69647be1a93c55a689dda3c103a589f