declipsee

  • virtual

Rara mengangkat telfon dari Riki.

Kak Rara hueee

Rara mengernyit. “Kenapa?”

Terdengar suara cekikan disana.

Gapapa kok, iseng aja

Gapapa kok, iseng aja terdengar suara lain disana yang anehnya Rara tidak asing dengan suara itu.

Pemilik suara itu jelas sekali tengah mengejek Riki karena setelah suaranya terdengar langsung disusul oleh dengusan yang Rara yakin dari Riki.

Apasi bang, sok deket banget lo sama gue.

Rara memasang telinganya.

Ya emang gaboleh? Lo ga kangen apa 10 tahun ga ketemu gue.

Kita bahkan ga sedeket itu buat kangen-kangen bang, apaan banget.

Sekarang gue mau deket sama lo, emang gaboleh? Lo kan adek gue.

Ga males.

Oh takut gebetan lo sukanya sama gue? Pemilik suara itu tertawa.

Suara tawa yang sangat Rara kenal.

Tawa yang menamani hari-harinya dulu selama tiga bulan meski lewat virtual.

Suara itu. Yang sangat dia rindukan selama ini.

Suara yang menemani malamnya hingga dia terlelap.

Itu dia. Rara yakin.

Tanpa sadar air matanya menetes dan bibirnya tak kuasa menahan diri agar nama itu tak terucap. “Reyhan..”

Loh? Kak Rara tau dari mana nama abang aku?

Hah? Rara? Ucap pemilik suara.

  • virtual

Rara tak pernah beranjak dari sisi Riki sampai akhirnya anak itu tertidur.

Dari tadi yang diucapkannya 'kak rara' terus.

Karena shock dia tiba-tiba terkena demam dan mengigau.

“Gimana kak?” Tanya Juan yang mengintip dari pintu kamar Riki.

Rara mengangguk.

“Yaudah gue tunggu di depan ya.”

Rara menarik selimut Riki hingga dadanya.

Tak lupa kompresan baru dia tempelkan di dahinya.

Semoga anak itu cepat sembuh.

Rara berjalan keluar dari kamar Riki dan memberi tahu bibi Ina untuk mengabari jika saja Riki terbangun.

“Baik non, nanti bibi kabarin.”

“Makasih ya bi.”

Bi Ina mengangguk lalu kembali ke dapur.

Rara melewati jendela besar yang langsung menampilkan taman belakang rumah Riki.

Ada seseorang disana.

Tunggu, wajahnya tak asing.

Dia mencoba mendekat.

Dengan ragu Rara melangkah.

Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahunya.

Rara tersentak. “Anjing Juan.” Ucapnya pelan.

“Lama sih lo, gue udah laper. Liatin apa sih.” Juan menengok ke arah taman. Tidak ada apa-apa.

“Cepetan kak.”

Rara mengangguk, berlari kecil mengikuti Juan yang sudah jauh.

  • virtual

Riki berjalan berdampingan bersama Rara di salah satu taman yang ada di Jakarta.

“Kak Rara mau makan ga?” Tanya Riki membuat Rara mendongak.

Maklum, meski Riki baru berusia 18 tahun tapi bisa dibilang proporsi tubuhnya sangat bagus untuk anak seusianya.

Ditambah lagi Riki itu ganteng.

Banyak adek kelas bahkan kakak kelas yang mencoba mendekat namun dia menghindar dengan dalih 'udah punya cewek' kalau ditanya mana ya dia ngasih foto Rara ke mereka.

Dan itu akan membuat mereka otomatis mundur, karena Rara secantik itu.

Oke.

“Makan apa ya.” Rara tampak berpikir.

“Bakmi aja gimana kak?”

Dia mendapat anggukan sebagai jawaban.

Dia sengaja mengajak Rara jalan karena hari ini tepat dimana hari dia menjanjikan motor untuk Juan pakai balapan. Jadi ya sekalian.

Jangan ngomong kak Rara suruh Juan yang dibalas jempol oleh Riki.

Tiba-tiba hape Riki berdering.

“Eh bentar kak.” Melihat nama yang tertera disana membuat bola matanya terputar malas.

“Halo.” Sapanya bete.

....

“Hah? Lo di Indo? Ngapain?”

....

“Jangan bercanda gila.”

....

Riki tampak gelisah. “Yaudah otw.”

Riki menatap Rara bingung. “Kak.. maaf ya, kayaknya kita harus pulang.”

Rara mengernyit pasalnya mata Riki berkaca-kaca. “Kenapa Rik?”

“Oma aku gawat kak.”

Rara langsung mengangguk. “Yaudah gapapa, kamu ke rumah sakit aja. Aku bisa pulang sendiri.”

Namun anak itu menggeleng. “Gapapa aku sekalian anter kakak pulang dulu, gaenak sama Juan. Maaf ya kak.”

Rara menarik Riki ke dalam pelukannya. Mengusap lembut rambutnya agar Riki merasa tenang.

“Yaudah tenang dulu. Baru nyetir.”

Riki mengatur napasnya. Inilah yang membuat dia sangat suka kepada gadis itu, Rara tahu bagaimana cara membuatnya tenang.

Setelah dirasa cukup, Riki akhirnya berlari menuju mobilnya lalu mengantar Rara pulang terlebih dahulu.

  • virtual

Rara menggeser ikon berwarna hijau dan suara Riki pun terdengar.

Kak Raraaaaaaa Sapanya gemas.

Rara tersenyum. “Rikiiiiiii.”

Kakak kenapa kok galau mulu.

Rara menghela napas. Eh kalau gabisa cerita gapapa kok, aku cuma ma nemenin kakak ajaaaaaa

“Rik, aku ngerasa ada space kosong dalam hati aku akhir-akhir ini. Wajar ga?”

Terdengar suara grusukan di seberang sana. Maksudnya? Kak Rara ngerasa sepi?

“Bisa jadi, aku ngerasa kehilangan sesuatu.”

Riki berdehem. Kak Rara deket sama orang ya? Terus something happens and boofffhh semuanya selesai tanpa belum dimulai.

Rara mengangguk menyetujui.

Terus kakak ngerasa ada yang hilang karena hal itu berakhir? Am i right?

Exactly, pinter banget bayi aku.”

Riki menghela napas. Orangnya siapa emang kak? Bukan Azka-Azka itu kan?

Gadis itu mendengus. “Bukannnn, aku sama Azka ya bercandaan doang kayak aku sama kamu.”

Tanpa sadar, ucapan Rara membuat Riki melemas di seberang sana.

Padahal dia mah serius. Terus orang nya itu gapernah ketemu lagi sama kakak?

“Gapernah ketemu Rik.”

Loh, gimana maksudnya?

“Kenalnya trough internet

Hah, kok.... Ucapan Riki menggantung.

Emang sih kak, kadang apa yang ga ada di depan mata malah bikin nyaman.

“Makanya aku bingung. Kita tuh cuma ketemu secara ga sengaja lewat virtual tapi kenapa bisa ngasih efek kayak gini? Aku ngerasa ada yang hilang.”

Yahhh, kak Rara jangan sedih dongggg. Kan ada akuuuuu.

Gadis itu tertawa. “Iyaaa bayiiii.”

Coba deh kak Rara nyari kesibukan biar pikirannya kealih gitu.

“Apa ya, mana udah liburan semester. Aku mau ngapain.”

Gimana kalo jalan sama aku?

“Jalan kemana?”

Kemana aja. Asal kak Rara seneng.

“Hmmmm.” Rara menimbang-nimbang.

“Okedeh, ayooo.”

Gimana kalo minggu depan? Aku bisanya minggu depan kak, maklum masih sekolah.

“Iyaa gapapa, nanti jemput aja kerumah. Oke?”

Sip kakk, makasih kak Rara cantik. Jawab Riki antusias.

“Riki makasih yaa.”

Sama-sama, kak Rara kalo ada apa-apa bisa telfon aku. Jangan sedih-sedih yaa kak.

“Iyaaa.”

Yaudah aku matiin ya kak, udah mau tidur. Besok sekolah.

“Selamat tidur bayi gemes.”

Selamat tidur kakakku sayang

Bip

Selesai. Percakapan ringan antara dirinya dan Riki memberi sedikit rasa tenang.

Semoga saja hal ini akan berlanjut.

Hai Mr.Aarav

Thank you for everything.

Makasih, udah bersedia gue repotin selama tiga bulan belakangan.

Makasih, udah bersedia jelasin materi yang gue belum paham.

Makasih, karena udah nemenin gue dan jadi orang yang bisa gue andelin.

Makasih, karena udah peduli pas hari itu.

Makasih, buat movie datenya.

Makasih, buat waktu lo.

Maaf, gue suka nyebelin.

Maaf, karena hari itu gue tiba-tiba ngilang dan bikin lo kena minus poin gue udah ngomong ke Miss Smith kalau itu murni kesalahan gue dan minta pembatalan minus itu.

See you Rey.

See you in the best part of life according to our destiny.

-aurora

  • virtual

Reyhan melempar apapun yang dilihatnya di kamar Nicho.

Dude its expensive. Fuck you.” Tegur Nicho.

“Bahkan gada ngomong apa-apa sama gue.”

Nicho menghela napas. “Ya lo berharap dia ngomong apa emang? Orang dia lagi bingung gitu, friend” ucap Nicho membuatnya mendapat tatapan tajam.

Reyhan mengacak rambut ya frustasi.

“Lagian Miss Smith kenapa sih nunjuk gue jadi partnernya. Kenapa ga lo aja? Lo kan dari Indo juga?”

“Ya kalo gue, emang lo rela bayangin gue yang tiap hari spending time with her?”

Dan ya, satu bantal sudah mendarat di wajahnya.

FUCKK!!!

You Rey” sambung Nicho dengan jari tengah mengacung kearah Reyhan.

Reyhan hanya membaringkan dirinya. Berharap semua ini hanyalah mimpi.

Berharap semua ini tak pernah di mulai, jika saja bisa.

Sampai saat matanya akan tertutup rapat, sebuah notifikasi membangunkannya.

  • virtual

Rara menghela napas, ini hari terakhirnya yang juga berarti setelah ini dia tidak bisa lagi berhubungan dengan Reyhan.

Oh my god Miss Ainsley thank you so much for you partipate on our class” Ucap Miss Smith sedih.

Unfortunately, we have to be apart already. Hope you will remember us. You know what? I like you, you're the bestest exchange student i've ever met. Makes me feel like you are really my student. Would you like to coming here someday, and visit me?

Rara mengangguk. “Yes, i would Miss.

Wanita separuh baya itu tersenyum. “Oh how about Mr. Aarav? Is he treated you nice?

Yes, he's nice Miss. Thank you.

Ofcourse, he's nice Miss until there are the seeds of love between them.” Siapa lagi kalau bukan Nicho.

Really?

No Miss, there is no something like that. We are friend” Elak Rara.

Mendengar itu Reyhan menjadi tidak mood.

Ahh okey i see i see. Its fine, there is no problem with it. Anyways, thank you again Miss Ainsley.

Rara tersenyum mengangguk.

Oke student, see you next meeting.

Layarnya menghitam. Selesai.

Semuanya benar-benar selesai.

Rara mengambil bantalnya, dan mencoba untuk tidur.

Namun tanpa sadar, air matanya menetes.

See you Rey, see you at the best part of life according to our destiny.

  • virtual

Rara tersenyum menatap layar, tampak Reyhan disana menyiapkan empat buah donat dan lilin di atasnya.

Happy birthday Rara, Happy birthday Rara, Happy birthday Happy birthdayy, Happy birthday Raraa

Rara menyatukan kedua tangannya, mengucapkan keinginannya saat ini.

Reyhan menunggu.

Dia meniup lilinnua tepat saat gadis itu membuka mata.

“Makasih ya Rey.”

No problem

Wish lo apa Ra?”

“Ada deh, kok kepo sih lo.”

Tiba-tiba pintu kamar Rara terbuka menampilkan Juan dan beberapa orang dibelakangnya.

Azka dan Riki yang masih berebut kue. Sedangkan yang lainnya nyengir.

“Loh kalian disini?”

Reyhan merasa ini waktunya dia pergi, dan langsung mematikan skypenya.

Rata yang berbalik mengernyit. “Kok dimatiin.”

“Happy birthday kak Rara.” Ucap Riki menghambur ke pelukan gadis itu.

“Yeuu lu mah modus mulu Rik.” Protes Azka.

Riki hanya menatapnya tajam.

Mereka berkumpul menunggu Rara mengucapkan keinginannya.

Satu persatu lilin padam dibarengi suara heboh dari mereka.

Rara tersenyum, semoga saja wish nya bisa terwujud.

  • virtual

Rara sedang asik menonton sweet home bersama Reyhan di belahan bumi yang lain.

Perbedaan zona waktu bukan menjadi penghalang keduanya untuk bisa menghabiskan waktu bersama.

Ohiya, akhir-akhir ini mereka semakin dekat.

Tak jarang skype-an sampai Rara ketiduran, atau Reyhan yang ketiduran.

Sampai Juan sendiri tak habis pikir.

Tiba-tiba..

“RARAAA AYANG BEB AZKA KANGEN.” Suara itu menggelegar.

Mata Rara membulat kaget dan langsung menutup laptopnya.

Di seberang sana Reyhan mengernyit.

Mungkin saja gadis itu kedatangan tamu.

Apa pacarnya?

Entahlah.

Reyhan menunggu beberapa menit namun karena gadis itu tak kembali maka moodnya menonton kini hilang terbawa angin.

“Mending tidur.” Ucapnya.

Sedangkan Rara? Ayo kita lihat.

“Ya elah ngapain lo pada?”

“Gue kangen tau Ra, udah hampir dua bulan gada lo di kelas.” Jawab Azka dengan wajah sedih.

“Gue kira lo lagi tidur, tapi kata Juan lo netflix-an?” Tanya Mahesa.

“Hah, astaga.” Rara segera mengecek laptopnya namun yang nampak hanyalah wallpapernya.

Itu berarti Reyhan mematikan nya secara sepihak.

Dia segera menghubungi lelaki itu.

“Kenapa Ra?”

Gadis itu menggeleng. “Gapapa li. Bentar ya. JUAN AMBILIN MINUM DULU.” Teriak Rara lalu sibuk dengan hapenya.

Dia mengirim beberapa pesan disana, namun tak ada balasan.

Dia tidur kali ya?

Yasudah, Rara akan mengirimkan pesan lagi nanti.

Sekarang waktunya dia bersama teman-temannya.

  • virtual

Rara tersenyum saat Reyhan menyapanya.

“Yang mana Ra?” Tanya Reyhan.

Rara mengambil catatannya dan membaca bagian yang tidak dia mengerti.

Reyhan mengangguk, menjelaskan dengan sabar.

Gadis itu menatapnya dengan tersenyum membuat dirinya merasa haus seketika.

“Tunggu, gue haus.” Reyhan beranjak.

“Oke Ra jadi, WHAT THE FUCK” Reyhan terkejut.

“Oh jadi lo yang namanya Reyhan?” Tanya seorang lelaki.

Reyhan melihat di samping lelaki itu Rara sudah tertidur.

“Rara tidur mulu padahal masih pagi, begadang ya?” Lelaki itu mengernyit karena Reyhan tidak tampak tertarik pada identitas nya.

“Lo apain kakak gue sampe sering begadang? Lo ngasih tugasnya aneh-aneh ya?”

Reyhan memutar bola matanya. Ya, dia sudah tau Juan lebih dulu.

Siapa lagi kalau bukan Rara yang memberitahu?

“Gimana luka lo?”

Juan mengernyit. “Wah kakak gue udah cerita sejauh itu?” Ucapnya kagum.

Sampai tepuk tangan..?

“Kenapa emang?”

“Aneh aja, dia cerita tentang 'orang itu' juga?” Reyhan langsung mengerti maksud Juan saat mengatakan 'orang itu' dan dia mengangguk.

“Lo kenal sama kakak gue baru sebulan dan lo udah tau. Wow, rekor.”

Reyhan mengernyit. “Rekor gimana?”

“Ya rekor aja, temen-temennya dulu taunya pas semester dua? Pas dia ngerasa udah bener-bener deket dan bisa percaya.”

Ada rasa bangga dalam diri Reyhan saat Juan mengatakan hal itu.

“Berarti lo orang baik. Salam kenal ya Rey, gue Juan.” Ucap Juan meletakkan tinjunya di depan layar dan disambut oleh Reyhan.

“Jagain kakak lo.” Juan mengangkat jempolnya.

“Yaudah gue matiin ya, nanti kalo Rara bangun kasih tau buat ngecek imess aja gue vn in penjelasan nanti.”

“Oke.”

Dan layar pun menghitam.