declipsee

Di Bus

Hyunjae menghela napas, hari pertama di sekolah barunya ternyata cukup melelahkan.

Dia berdiri di halte sekolah menunggu bus menjemputnya.

Tak lama kemudian, bus terlihat dari kejauhan.

Senyumnya mengembang.

Dia mengedarkan pandangannya dan matanya menangkap satu kursi kosong.

Dia bergegas duduk disana.

Ada gadis dengan seragam yang sama di sampingnya.

“Hai.” Sapa Hyunjae.

Gadis itu mengangkat alisnya sebelah.

“Kita dari sekolah yang sama, gue pindahan.”

Gadis itu ber-oh ria.

“Gue Hyunjae.”

“Lo bisa panggil gue Sha.”

Hyunjae mengangguk.

Cukup lama mereka terdiam.

Lalu Sha kembali membuka suara. “Jadi hari ini hari pertama lo?”

“Iya hari pertama.”

“Okey.”

Sampai akhirnya gadis itu turun, Hyunjae tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Cantik

  • virtual

Rara menunduk mengatur napasnya yang memburu.

Dia melihat sekitar, mencari keberadaan Reyhan.

“Rara?”

Rara tersentak. Lantas spontan memukul pemilik suara.

“Anjing.”

“Lo kenapa deh? Cepetan bentar lagi take off

“Lo kenapa bisa tau kejadian ditaman? Lo ada disana?”

Reyhan menggaruk tengkuknya.

“Riki ngasih tau katanya lo bete, yaudah mau gue samperin.. tapi..”

Rara mengernyit. “Gue suka sama lo.”

Terlalu tiba-tiba.

“Hah?”

Gadis itu mendecak. “Gue Aurora Ainsley suka sama lo Reyhan Aarav. Lo suka gue juga ga?”

Reyhan mencoba mencerna perkataan Rara.

Asli. Dia tiba-tiba saja merasa bodoh.

“Bukannya lo sama Satya?”

“Dia nolak gue gara-gara lo, jadi gausah banyak tanya.” Ucap Satya yang datang out of nowhere

Reyhan menatap Rara yang tersenyum ke arahnya. “Gak Ra.”

Senyuman itu hilang.

Sorry” Reyhan berjalan melewatinya.

Rara terperangah. “Dasar lo bajingan!” Teriak Rara.

“Anjing Sat gue malu, bawa gue pergi.”

Rara merasa panas dibagian ubun-ubun nya karena kesal.

Tiba-tiba mic pengumuman berbunyi.

Itu pasti pengumuman untuk keberangkatan Reyhan.

Tes

Aurora Ainsley please hold on

Rara membelalak. Berbalik mencari sumber suara hingga matanya menangkap sosok Reyhan.

Sorry, maksudnya engga tuh yang ga gitu. Bukan lo yang harusnya confess duluan tapi ya gimana.

Jadi, gue Reyhan Aarav juga suka sama lo. Be mine ya Ra?

Riuh pikuk seisi bandara pemberangkatan terdengar karena tingkah dari Reyhan.

  • virtual

Rara merasa kesal, pasalnya dia sudah janjian dengan Satya namun lelaki itu terlambat.

“Tau gini gue minta bareng aja.”

Tiba-tiba saja lampu taman padam.

Semuanya jadi gelap.

“Ih anjing kok mati lampu.”

Rara mengotak-atik hapenya mencoba menghubungi Satya.

Tiba-tiba sebuah bucket bunga terjulur di depannya bersamaan dengan menyalanya lampu kecil yang di susun sepanjang taman.

Rara membelalak. “Satya?”

Satya tersenyum.

“Ra, gue gatau perlakuan gue sekarang bakalan berdampak apa sama persahabatan kita tapi gue gapeduli Ra. Gue udah siap dengan semuanya. Lo tau? Mendam perasaan tuh sakit, sesek. Apalagi liat lo cerita tentang cowo lain. Gue gamau ngerasain itu lagi, gue mau ungkapin itu sekarang biar gue bisa lega terlepas dari apa respon lo nanti.”

Satya menarik Rara kedalam pelukannya. “Jadi Ra, gue sebenernya suka sama lo. Dari kita lulus SMA.”

Akhirnya, Satya mengatakan itu kepada Rara.

Tetap saat itu, mata Satya bertemu dengan mata Reyhan.

Reyhan akhirnya berbalik pergi.

  • virtual

Setelah kepergian Riki ke NY, Rara juga menjauh dari Reyhan.

Meski lelaki itu sering berdiri di depan rumahnya menunggu Rara sudi untuk sekedar mendengar apa yang dia ingin sampaikan.

Tapi maaf, cobalah terus. Namun itu akan sia-sia.

Karena meskipun Rara keluar rumah sekalipun dan bertemu Reyhan, gadis itu bersikap seolah-olah tidak melihat keberadaan Reyhan.

Sama seperti sekarang, dia menunggu Satya.

“Ra please.” Rara hanya diam.

Mobil Satya terlihat mendekat.

Reyhan menghela napas. Gadis itu lagi-lagi menghindar.

“Kenapa Ra?”

“Gatau tuh, aneh.”

“Yaudah jalan ya.”

Rara mengangguk.

Reyhan menatap mobil Satya menjauh.

Mungkin belum hari ini.

  • virtual

“Kak Raraaa” ucap Riki saat Rara datang.

“Riki” Rara memeluk anak itu.

Dengan lembut Riki mengusap rambut Rara melepaskan semua perasaannya selama ini. Semoga dia berhasil.

Maaf ya Rik, kakak nganggep kamu adek doang ga lebih. Kayak Juan sama Sean

Perkataan Rara hari itu, membuatnya mencoba ikhlas.

Sekarang dia akan menjalani kehidupan baru.

“Kak Rara kalo sedih bisa banget telfon aku ya?”

Rara mengangguk. “Kalo sampe kabarin ya Rik.”

Riki menatap Reyhan. “Bang, jagain. Jangan macem-macem.”

Reyhan mengangkat kedua alisnya tak mengerti.

Riki tersenyum.

“Dah ya, bentar lagi take off, see you” Ucapnya kepada Rara, Reyhan dan kedua sahabatnya.

Riki melepas semuanya, dengan senyuman.

  • virtual

Rara mendatangi rumah Riki untuk yang kedua kalinya, namun kali ini dia berniat untuk tetap berbicara kepada Reyhan.

Pintu terbuka menampilkan sosok Reyhan. “Ra..”

Kamar Reyhan memang lebih dekat dengan pintu utama, maka dari itu dia sering membuka pintu untuk orang yang datang meskipun itu hanya Rara dan Mas-Mas Gofud.

Dia memasang senyuman manisnya. “Reyhan, gue mau ngomong”

Reyhan tampak berpikir. “Yaudah, ke taman aja?”

Rara mengangguk.

Mereka berjalan bersama menuju taman di rumah itu.

“Mau ngomongin apa?”

“Gue mau minta maaf Rey.”

“Buat?”

“Semuanya.”

Reyhan mengernyit. “Apanya deh? Semuanya apaan Ra? Emang kita pernah ngelakuin apa? Dan ngelewatin apa?”

Rara mematung. Reyhan benar. Untuk apa?

“Lo udah selesein semuanya dua bulan lalu saat lo tiba-tiba ngeblock gue, terus apa lagi? Bukannya udah?”

Reyhan yang Rara tau memang adalah sosok yang blak-blakan namun dia tidak pernah menyangka kata-kata seperti ini akan dia dengar dari Reyhan.

“Kita cuma partner kan Ra?” Reyhan tertawa. “Terus ngapain? Lo berharap apa?”

Rara mengernyit. “Maksud lo? Gue cuma mau ngelurusin Rey!”

“Ngelurusin apa gue tanya?”

Rara berpaling. Tiba-tiba saja dadanya sakit, air matanya memaksa untuk menetes.

“Gue balik.”

Rara berjalan menjauh.

Matanya menangkap sosok Riki yang berdiri tak jauh dari mereka.

Riki melihat itu, sebuah air mata yang lolos.

Membuat Riki mengeraskan rahangnya dan mendekati Reyhan.

Bugh

Rara terkejut. “Riki???!”

“Mau lo apa sih bang?! Lo kenapa bikin kak Rara nangis hah?! Brengsek.” Riki menghujam Reyhan dengan pukulan.

Reyhan yang sudah terbawa emosi juga membalas dengan sekali pukulan. “Ini kan yang lo mau?” Ucap Reyhan pelan membuang ludah yang bercampur dengan darah.

Berjalan menjauh. Meninggalkan Riki dan Rara.

  • loving you is a losing game.

Kevin bertepuk tangan diikuti Chanhee dan Changmin.

“Wow Juy, ga nyangka gue.”

“Lo bikin Lala tunduk dalam waktu sesingkat itu. Dan sekarang? Udah enam bulan anjir.”

Chanhee memberi kunci Range Rover yang dia janjikan. “Nih, you are a winner

Juyeon mengambil kuncinya dengan senyuman.

“Lo masih pengen lanjut sama Lala?” Tanya Changmin.

“Lo bisa ga bertahan sampe setahun Juy? Gue kasih yang lo mau, dengan aturan yang sama kayak 6 bulan yang lalu pas kita mulai taruhan ini.”

Tiba-tiba pintu kamar Juyeon terbuka, menampilkan sosok Lala disana dengan air mata yang terurai.

Juyeon terkejut. “La..”

Lala berbalik pergi. Juyeon mencoba mengejarnya namun ditahan oleh Chanhee. “Lo kejar dia, lo kalah.”

Juyeon menarik napas, menutup mata sejenak.

Dia membuka matanya menatap Chanhee dan bugh.

Satu pukulan mendarat di wajah Chanhee. Kevin dan Chanhmin terkejut. “Lo gila?”

“Gue gila, i loved her” Juyeon melempar kunci mobil yang diberikan Chanhee tadi. Dia tidak peduli seberapa banyak yang akan dia bayar karena hal ini. Dia hanya tidak ingin kehilangan Lala.

Yeah, juyeon was losing the game

  • virtual

Setelah berpikir semalaman, Rara memutuskan mengunjungi rumah Riki untuk bertemu Reyhan.

Dia memencet bel yang ada di sebelah kanan pintu besar berwarna putih itu.

Dan saat pintu terbuka muncul sosok yang dia pikirkan semalaman.

Reyhan.

Bisa Reyhan lihat, mata gadis itu berbinar menatap ke arahnya.

Ingin rasanya Reyhan memeluk gadis itu, melepaskan segala rasa rindu yang hanya dia habiskan perantara internet.

Apalagi gadis itu terlihat lebih cantik saat bertemu langsung.

Tapi tidak bisa. Dia harus menjaga perasaan Riki.

“Rey...han?”

“Oh hai Ra.”

Canggung. Seakan stok oksigen di sekitar mereka menghilang.

“Kak Rara?”

Keduanya menoleh.

“Riki?”

Melihat Riki datang, Reyhan berjalan menjauh.

Memilih masuk ke dalam kamarnya.

Rara mengernyit. Reyhan menghindar?

“Masuk kak.” Ucap Riki datar.

“Kak Rara ngapain? Aku kan udah sembuh.”

Rara ingin mengatakan maksud kedatangannya, namun tiba-tiba saja suasananya menjadi sangat tidak bersahabat. Entah kenapa.

“Aku mau masakin kamu, kata Juan kamu suka nasi goreng buata aku kan?”

Wajah Riki bersinar. “Iya kak, kok tiba-tiba?”

“Gapapa, hadiah. Kan udah sembuh.”

Riki mengangguk antusias. “Yaudah, kedapur sekarang?”

“Ayo.”

Reyhan mendengar semuanya. Dibalik pintu yang tidak dia tutup rapat.

Mungkin dia harus merelakan Rara untuk Riki.

  • virtual

Reyhan menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong.

Sejak berada di Indonesia, taman di rumah masa kecilnya ini menjadi tempat favoritnya.

Dia memikirkan apa yang harus dia lakukan.

Disatu sisi dia sangat ingin bertemu dengan Rara tapi disisi lain dia memikirkan Riki.

Dia tidak mau Riki berpikir dia merebut segala hal darinya.

Padahal tidak seperti itu.

Dia menelfon Nicho sebagai gantinya. Semoga saja kali ini, cerita kepada Nicho bisa memberinya petunjuk.

Hm?

“Nic, gue ketemu Rara.”

Hah? Wait a minute. Terdengar suara grudukan di seberang sana.

Kok bisa?

“Ya bisalah.”

Nicho mendecak, bukan itu jawaban yang ia inginkan. Gimana ceritanya?

“Jadi, Rara nih kakaknya temen Riki. Terus..”

Terussss apa?

“Riki ngegebet Rara.”

Tepat saat itu tawa Nicho pecah begitu saja. Kasian banget Reyhan.

What a pity

“Lo anjing Nic.”

Oke sorry, gue kelepasan. Tapi serius, lo..... pathetic.

“Setan lo.” Ucap Reyhan lemas.

Jadi gimana? Lo mau ngalah?

“Gatau, gue bingung. Satu sisi lo tau gimana gila nya gue kemaren-kemaren pas kangen sama Rara dan pas gue nemu orangnya eh malah gabisa....” Ucap Reyhan gantung.

Karena Riki?

Reyhan mengangguk. Yaudah.

“Apa?”

Berhenti anjing. Keluarga is priority.

“Gitu ya?”

Hm

“Lo anjing, gada gunanya curhat sama lo.”

Reyhan mematikan telefonnya.

Mengacak rambutnya frustasi. Dia harus bagaimana.

  • virtual

Juan memijit kepalanya pusing. Setelah Rara dengan riangnya berkata 'Ju, ternyata Reyhan abangnya Riki' lalu dia melihat tweetan anak itu.

Sumpah, kebetulan macam apa ini. Dia tidak tahu harus berkata apa kepada Rara.

Dia tahu betul, betapa Riki menyukai kakaknya sedangkan Rara hanya menganggap semua itu sebagai lelucon anak sma.

Dengan keadaan dimana Riki baru saja kehilangan Oma nya. Dia tidak ingin sahabatnya itu melakukan hal gila.

Riki memang tidak pernah menceritakan soal keluarganya, yang dia dan Sean tahu hanya Oma yang selalu perhatian kepada Riki.

“Riki kenapa anjir Ju, kok gue gatau apa-apa.” Tanya Sean yang baru saja tiba.

“Lo inget ga partner kakak gue yang gue ceritain pas dia ikut exchange? Yang Riki ceritain juga pas kakak gue curhat ke dia?”

Sean mengangguk.

“Itu abangnya Riki anjing.”

Andai saja rahang Sean bisa terjatuh ke lantai untuk mengungkapkan betapa terkejutnya dia.

“Aduh rumit.” Ucap Sean.

“Bakalan gelut ga si Riki sama abangnya.”

Juan menggeleng bingung. “Gue gatau.”

“Mana kakak gue seneng banget pas tau.”

Sean menghela napas. “Kakak lo emang cuma nganggep Riki adek ya?”

“Kayak kita.” Juan mengangguk.

Mereka menghela napas berat bersama. Memikirkan kemungkin yang bisa saja terjadi.